CHAPTER 29

22.1K 1.6K 5
                                    

Di tengah teriknya sinar matahari, Rowan menghabiskan waktunya untuk berlatih memanah. Matanya terfokus pada target yang terletak di kejauhan. Pada saat ia melepaskan anak panah. Suara desingan panah yang melesat terdengar seperti melodi di dalam harmoni alam. Setiap dentuman panah memecah keheningan.

Tak jauh dari tempat di mana Rowan berlatih, sekelompok kesatria berkumpul dalam keheningan di bawah teriknya matahari. Mata mereka tertuju pada Rowan, yang terus mengasah keterampilannya dengan tekun.

"Aku tak mengerti, kenapa tuan muda selalu berlatih memanah. Bukankah tuan muda seharusnya berlatih berpedang juga." Heran seorang pria berambut coklat yang merupakan salah satu diantara para kesatria itu.

"Aku bahkan belum pernah melihatnya berlatih berpedang. Selama dirinya kembali ke istana Imperium." Sahut pria berambut hitam yang sedang berdecak pinggang.

"Bukan akan sulit jika tuan muda mengikuti kompetensi berburu nanti dengan menggunakan senjata seperti itu." Ucap ragu pria berambut coklat tersebut

"Cih, selama setahun aku mengabdikan diri menjadi kesatria Golden Wave. Aku belum pernah melihatnya latihan berpedang." Ejek pria berambut hitam.

Di tengah kerumunan sekelompok kesatria yang tengah berbincang-bincang meragukan kemampuan Rowan. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Sera berdiri dengan tampang datar. Dengan kedua tangannya ia lipat di depan dadanya. Tubuhnya tersembunyi di balik tiang besar yang berada tak jauh dari sekelompok kesatria itu. Matanya menatap datar dinginnya lantai marmer yang ia pijak.

"Tapi bisa saja tuan muda juga berlatih pedang tanpa kita ketahui." Sahut pria yang tengah terduduk dibawah pohon sembari mengelap keringatnya.

"Aku tak yakin dia berlatih pedang. Kau tak lihat selama ini dia selalu berlatih alat itu saja."

"Walau begitu, tak mudah juga berlatih memanah. Tak semua orang bisa melakukannya sebaik tuan muda."

"Haruskah aku mencobanya?" Potong pria berambut hitam.

"Hah?" Ucap kedua pria yang sedang berdebat tadi. "Kau ingin mencoba memanah seperti itu, Jett?" Heran pria berambut coklat.

"Tidak, aku ingin mencoba mengajaknya sparing. Jika dia memang berlatih pedang tanpa kita ketahui. Seperti perkataan Giles tadi." Ucap pria berambut hitam bernama Jett.

"Apa? Jangan konyol, Jett. Beliau itu tuan kita, bisa gawat jika beliau terluka." Ucap Giles tak setuju.

"Jika dia terluka, berarti dia memang tak mempunyai bakat itu." Dengan wajahnya penuh keyakinan saat langkahnya mantap mendekati Rowan.

Meskipun teriakan keras Giles memenuhi udara, memerintahkannya untuk menghentikan aksinya, Jett memilih untuk mengabaikannya. Matanya tidak goyah, fokusnya sepenuhnya pada sosok anak remaja di depannya.

"Tuan muda."

Rowan tengah memusatkan pikirannya pada memanah, terpaksa menghentikan aktivitasnya begitu terdengar suara memanggilnya. Ia menoleh pada salah satu yang berdiri tak jauh darinya.

"Ya?"

"Tuan muda, mohon maaf atas ketidaksopanan saya. Tapi bolehkah saya mengajukan sesuatu kepada tuan muda. Jika anda tak keberatan, saya ingin mengajak anda untuk melakukan sparing dengan saya." Ucap Jett dengan percaya diri.

Rowan seketika terkejut dengan ajakkan kesatria itu. Sesaat dia terlihat ragu. Meskipun dia menguasai seni memanah, dia merasa tidak seyakin itu dengan kemampuannya dalam berpedang. Ya, meski dirinya pernah beberapa kali belajar berpedang dari sang kakak. Tapi tetap saja, ia tak seyakin itu bisa mengalahkan kesatria di depannya ini.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang