CHAPTER 17

27.4K 2.3K 1
                                    

Dalam gemuruh langkahnya yang mantap Lucian melangkah mendekati pintu aula megah Istana Kekaisaran. Cahaya berkilauan memantul dari setiap ukiran di dinding. Namun, tepat ketika langkahnya hampir mencapai pintu sosok yang tegap dan berwibawa tiba-tiba muncul di hadapannya. 

Sosok itu baru saja keluar dari aula itu adalah Grand Duke Ravenscorft. Seorang bawahan paling setia dan merupakan kaki tangan kaisar saat ini. Bangsawan terhormat karena gelar yang diberikan dan terkenal akan kebijaksanaan dan keberaniannya.

"Yang Mulia Putra Mahkota, suatu kehormatan bagi saya bertemu dengan Yang Mulia." sapa Raven dengan hormat sambil memberikan tubuhnya sedikit membungkuk.

Lucian membalas sapaan dengan anggukan hormat. "Grand Duke Ravenscorft, senang bertemu dengan Anda di sini."

Ravenscorft menyunggingkan senyuman ramah. "Sama-sama, Yang mulia." Sekilas Raven melirik pakaian yang dikenakan Lucian. "Sepertinya anda baru saja kembali, Yang Mulia."

"Ya, aku baru saja kembali."

Raven menganggukkan kepalanya. "Syukurlah jika anda kembali dengan selamat, Yang ulia. Saya turut senang melihatnya."

Lucian menyunggingkan senyum tipisnya. "Sepertinya anda baru saja selesai berbincang dengan Baginda."

"Anda benar. Baginda kaisar memanggil saya kemari. Untungnya saya sedang dalam waktu luang maka dari itu saya bisa bertemu dengannya." Ucap Raven dengan ramah.

"Mohon maaf, jika selama ini saya sering mengabaikan panggilan Yang Mulia."

"Tak apa-apa, beliau pasti mengerti posisimu."

"Terima kasih atas kebaikan hatimu, Yang Mulia. Sebelumnya mohon maaf atas kelancangan saya tapi saya tak bisa berlama-lama di istana. Saya harus segera kembali mengurus wilayah saya."

Lucian mengangguk kepalanya. Ia mengerti sebab wilayah Imperium Marinos merupakan wilayah kedua yang sama besarnya dengan Emberlyn. Itu sebabnya tak mudah mengurus wilayah yang besar itu sendiri.

"Saya mohon ijin pamit, Yang Mulia Putra Mahkota."

Raven membungkukan kembali tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Lucian di depan pintu aula. Namun, baru saja beberapa Langkah ia kembali mendengar Lucian memanggilnya.

"Ya, Yang mulia. Ada yang bisa saya bantu?"

Lucian sempat termenung sejenak ada sesuatu yang sedari tadi ingin dia tanyanya. Lucian sedikit ragu untuk mengajukan pertanyaan yang selalu muncul dibenaknya pada Grand duke Ravenscorft. Apakah ia harus mengajukan pertanyaan yang cukup spesifik tersebut padanya?

Raven yang melihat Lucian tak kunjung menjawab itu, memicingkan matanya. Ia memperhatikan ekspresi bimbang di wajah Lucian. "Yang Mulia?"

Seketika Lucian tersadar. "ah, mohon maaf Grand Duke. Tapi, maaf aku ingin sedikit bertanya."

"Akan saya dengar dengan sepenuh hati, Yang Mulia."

"Saya mendengar cerita mengenai kemampuan luar biasa dari kesatria wanita di Imperium Marinos. Apakah di sana terdapat kesatria wanita dengan keahlian pedang yang paling unggul?" Ucap Lucian dengan hati-hati.

Raven mengernyitkan keningnya seolah merenungkan jawaban yang tepat. Matanya berkedip sebentar sebelum ia menjawab dengan penuh pertimbangan.

"Di Imperium Marinos memiliki para kesatria wanita yang sangat terampil dan cukup unggul. Namun, tak banyak hanya beberapa saja. Mereka juga dikenal sebagai 'Perisai Laut Marinos'."

Lucian menganggukkan kepalanya. Sebenarnya ia kurang puas dengan jawaban yang diberikan oleh pria di hadapannya. Namun, hatinya memilih untuk tidak menjelaskan lebih lanjut tentang niatnya.

"Apa ada yang ingin kembali anda tanyakan mengenai mereka, Yang Mulia?"

"Ah, tidak. Oh iya, saya ingin memberitahu jika beberapa hari dari sekarang. Saya ingin mengunjungi Imperium Marinos. Apa anda berkenan, jika saya mengunjunginya, Grand Duke Ravenscorft?"

Sejenak Raven sedikit terkejut mendengar kabar tersebut. Namun tak lama dirinya menyatakan persetujuannya dengan anggukan lembut. "Dengan senang hati, Yang Mulia. Saya akan tunggu kedatangan anda."

Setelah percakapan hangat itu berakhir, Lucian melanjutkan langkahnya menuju pintu aula istana dengan langkah yang mantap.

*****

"Yang Mulia Putra Mahkota memasuki ruangan."

Lucian melangkah masuk ke dalam aula istana kekaisaran. Ruangan yang megah itu menghadapinya dengan deretan pilar-pilar marmer yang menjulang tinggi dan dinding-dinding yang dihiasi dengan lukisan-lukisan sejarah yang indah.

Cahaya perlahan memenuhi ruangan saat Lucian berjalan menuju tengah aula. Lantas Lucian merunduk rendah memberikan salam hormat yang tulus kepada Arcturus. "Saya menghadap pada Yang mulia Baginda Kaisar."

Kaisar menatap Lucian dengan penuh perhatian. Senyum lembut terukir di bibirnya. "Lucian, putraku. Kau sudah kembali?"

Lucian mengangkat pandangannya dan menatap ayahnya dengan mata penuh rasa hormat. "Baginda, dengan penuh penyesalan, saya harus memberitahukan bahwa upaya saya untuk membawa kembali benda peninggalan leluhur Emberlyn telah berakhir dengan kegagalan."

Seolah-olah waktu berhenti sejenak, atmosfer ruangan terasa begitu padat. Arcturus tetap diam. Namun tatapannya penuh dengan makna yang dalam. Lucian merasa hatinya berat. Tetapi dia melanjutkan dengan tekad yang tidak goyah.

"Saya telah melakukan segala upaya yang saya punya. Namun, meskipun begitu, saya harus mengakui bahwa benda tersebut masih belum berhasil saya temukan."

Arcturus tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Tetapi raut wajahnya berbicara banyak. Dengan suara yang rendah Lucian kembali melanjutkan, "Saya meminta maaf kepada Baginda dan leluhur kita atas kegagalan."

Arcturus akhirnya mengangkat tangan memberikan isyarat agar Lucian berhenti berbicara. Tatapannya yang hangat dan bijak tetap mengunci mata putranya.

"Lucian, putraku. Kau telah menunjukkan tekad dan semangatmu yang tak tergoyahkan. Meskipun hasilnya bukan seperti yang kita harapkan, ini adalah bagian dari perjalanan dan pengalamanmu sebagai seorang pahlawan."

Namun, sebelum Lucian bisa memberikan tanggapan. Arcturus melanjutkan dengan senyum yang menenangkan seolah memahami pertanyaan yang ada di pikiran putranya. "Benda peninggalan leluhur Emberlyn yang kau cari begitu gigih. Sebenarnya sudah berada di suatu tempat yang aman."

Raut heran muncul di wajah Lucian seolah tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Seketika rasa curiga mulai tumbuh di benak Lucian. Pikirannya berkecamuk, mempertanyakan bagaimana Arcturus bisa mengetahuinya. Sinar cahaya senja memantul dari mata Lucian saat ia menatap ayahnya dengan pandangan yang penuh kecurigaan.

Entah bagaimana tapi ia pun merasa curiga dengan kehadiran Grand Duke Ravenscorft di istana, dan dia mulai merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di balik semua ini. Apakah ini semua ada hubungannya dengan Grand Duke? Mengingat wanita yang menolongnya juga menggunakan lambang wilayah Imperium Marinos. Apakah ini ada kaitannya?

*****

Namratsr | Na

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang