CHAPTER 46

15K 1.2K 14
                                    

Siang itu mentari bersinar cerah di langit ibukota. Memberikan sentuhan keindahan ekstra pada pemandangan kota. Sera duduk dengan anggun di dalam kereta kuda yang melaju menuju istana kekaisaran.

Saat kereta kuda yang ditumpangi oleh Sera melintasi jalanan ibukota. Sera melirik ke arah toko-toko yang tersusun rapi di kedua sisinya. Dengan tatapannya yang datar. Ia memperhatikan setiap ornamen dan hiasan yang menghiasi etalase toko-toko tersebut.

Ingatan akan pesta mewah yang diadakan oleh baginda ratu dua hari lalu masih segar dalam benaknya. Ruangan-ruangan megah, musik yang memikat. Bahkan tarian antara dirinya dengan Lucian pun. Semuanya masih terbayang dengan jelas dalam ingatannya.

Tapi setelah pesta tersebut berakhir. Keesokan harinya ia kembali mendapatkan undangan dari Baginda Ratu. Sejenak Sera menarik nafasnya dengan dalam. Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Ia kemudian meluruskan pandangannya.

Sayangnya, pada undangan kali ini ia tidak bisa menolaknya. Andai saja ia tidak berdansa dengan Lucian saat itu. Baginda Ratu pun tidak akan mengundang pada perjamuan tehnya. 

Sesaat Sera menjatuhkan kepalanya pada sisi jendela kereta kuda. Dengan pandangan kembali menatap ke luar jendela.

*****

Setiba Sera di lorong istana. Matanya langsung menatap sekitarnya dengan tatapan datar. Tempat ini tidak berubah sama sekali. Semuanya masih sama seperti terakhir kali ia menginjakkan kakinya di kehidupan sebelumnya.

Tiba-tiba pelayan yang mengantarkannya itu berhenti di depan sebuah pintu yang menjulang tinggi. Seketika pelayan itu membalikkan badannya dan menghadap dirinya. Pelayan tersebut kemudian menundukkan kepalanya dengan penuh hormat.

"Beliau sudah menunggu anda sejak tadi, Lady. Silahkan masuk." ucapnya dengan suara pelan.

Seketika pintu yang menjulang tinggi itu terbuka lebar. Memperlihatkan keindahan ruangan di dalamnya. Dengan langkah pasti Sera memasuki ruangan tersebut. Namun, begitu kakinya melangkah masuk. Ia sedikit terkejut saat melihat orang lain dalam ruangan tersebut selain dirinya.

Matanya menatap dua orang yang sedang berbincang dengan Baginda Ratu. Salah satu dari mereka pun terkejut saat menatapnya. Tanpa sadar Sera menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Sepertinya ia tahu maksud perjamuan ini.

"Selamat datang, Lady. Terima kasih sudah mau menerima undangan dari saya." Ucap Vyora dengan lembut.

Seketika Sera menundukkan kepalanya dengan rendah. "Suatu kehormatan bagi saya atas undangan anda, Baginda."

Sera kemudian melirik ke arah Eluned terkejut menatapnya. "Senang bisa bertemu kembali dengan anda, Lady Eluned." Ucap Sera dengan sedikit tersenyum tipis.

Sontak Eluned mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ah, i-iya. Senang bertemu denganmu juga, Lady Ravenscorft." Ucap Eluned dengan gugup. Lalu dengan cepat memalingkan wajahnya.

Vyora yang memperhatikan itu seketika tersenyum. "Seperti anda berdua saling kenal."

"Tidak, Baginda. Kami hanya pernah beberapa kali berbicara saja." Sahut Eluned dengan cepat. Sedangkan Sera hanya tersenyum tipis sebagai tanggapannya.

Seketika Vyora menganggukkan kepalanya. "Sepertinya saya ketinggalan oleh Lady Eluned, ya." 

"Oh iya, Lady Ravenscorft perkenalkan dia Lady Quickbeam. Dia merupakan putri sulung dari Duke Quickbeam." Sambungnya.

Sontak seorang perempuan lain bangkit dari tempat duduknya. Lantas dia langsung membungkukkan tubuhnya ke hadapan Sera. "Saya Evangline Quickbeam. Senang bisa bertemu dengan anda, Lady."

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang