CHAPTER 87

5.3K 549 45
                                    

Setelah tiga hari penuh persiapan yang diwarnai dengan ritual-ritual keagamaan dan keterlibatan tiap individu dalam memahami perannya masing-masing. Akhirnya tibalah hari yang sangat dinanti-nantikan.

Suara-suara nyanyian suci terdengar bergema dari dalam kuil. Memenuhi ruangan sebelum akhirnya menjalar keluar, mengisi setiap sudut kuil dengan spiritualitas dan kekhidmatan. Para partisipan pun datang dengan penuh semangat dan antusiasme yang tercermin jelas dari wajah-wajah mereka.

Sebelumnya rumor tentang keterlibatan Putra Mahkota dan Putri sulung dari salah satu keluarga terkemuka di Kekaisaran Emberlyn telah tersebar luas dua hari sebelumnya. Kehadiran mereka dalam upacara ini telah menjadi pembicaraan yang hangat di seluruh kalangan. Maka dari itu banyak orang yang berduyun-duyun datang ke kuil untuk menyaksikan upacara itu.

Sementara di dalam sebuah ruangan lain, Sera membiarkan para biarawati membantu dirinya untuk bersiap-siap sebelum ia nantinya akan dibawa menuju Ruang Sala Sacralis untuk mengikuti upacara tersebut.

Sebuah gaun panjang dengan desain yang indah dan anggun telah disiapkan khusus oleh pihak kuil untuk dirinya. Gaun berwarna biru langit tersebut terbuat dari kain yang berkualitas tinggi dan dihiasi dengan detail-detail yang halus. Begitu gaun tersebut terpasang di tubuhnya. Sera memandang dirinya sejenak pada sebuah cermin besar yang terletak di sudut ruangan tersebut.

"Anda persis seperti seorang Dewi, Lady." Sahut salah satu para biarawati. Hal itu pun kemudian diangguki oleh para biarawati yang lain.

Sedangkan Sera yang mendengar pujian tersebut hanya bisa tersenyum tipis sambil terus memandang dirinya pada pantulan cermin. Sesaat Sera menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia menoleh ketika mendengar pintu ruangannya terbuka.

"Lady apakah anda sudah selesai bersiap?" Tanya salah satu biarawati lainnya saat memasuki ruangan tersebut.

"Ya, sudah." Jawab Sera dengan sedikit gugup.

Lantas biarawati itu menganggukkan kepalanya sejenak. "Baiklah, mari Lady kami antar menuju Sala Sacralis. Karena sebentar lagi anda akan memasuki ruangan tersebut." Ujar biarawati itu dengan lembut.

Sontak Sera menganggukkan kepalanya pelan. Menghela nafasnya sejenak sebelum akhirnya ia berjalan keluar di ruangan tersebut dengan di damping oleh para biarawati.

*****

Di sisi lain, Ardan yang baru saja tiba di sebuah gua dengan nafas yang terengah-engah. Sontak mengerutkan keningnya saat dia kembali merasakan adanya aura yang sama di dalam gua tersebut. Lantas tanpa ragu, Ardan bergegas melangkah masuk ke dalam gua yang gelap.

Sayang baru saja dia memasuki gua tersebut. Matanya menangkap sisa-sisa lonjakan energi yang berasal dari Jantung Naga Api Abadi tersebar di dalam gua. Seketika Ardan terdiam saat memperhatikan sisa-sisa energi tersebut. Hingga tanpa sadar Ardan menggepalkan kedua tangannya dengan erat.

"Sialan." desis Ardan dengan suara gemetar penuh dengan kegeraman.

*****

Di depan pintu ruangan Sala Sacralis yang tertutup rapat, Lucian berdiri dengan tegak dan pandangan yang menatap lurus ke depan. Meskipun pintu ruangan itu tertutup rapat, suara-suara chanting yang menggema dari dalam ruangan terdengar jelas hingga memenuhi setiap sudut kuil.

Sejenak Lucian menghela nafas pelan mencoba mereflekskan dirinya sebelum mendengar suara langkah kaki yang membuatnya refleks menoleh. Seketika Lucian terdiam saat melihat sosok Sera yang mendekat ke arahnya, diikuti oleh sekelompok biarawati yang berjalan mendampingi gadis itu.

Sebuah gaun yang membalut tubuh gadis itu terlihat sangat pas di tubuh Sera yang ramping. Sesaat Lucian baru menyadari jika warna gaun tersebut terlihat senada dengan baju formalnya saat ini. Begitu Sera yang akhirnya berdiri di hadapan Lucian. Sera kemudian menundukkan kepalanya sebelum akhirnya ia menghadap ke arah pintu Sala Sacralis yang tertutup rapat.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang