Dengan refleks yang cepat Draven bergerak menghindar setiap serangan mematikan yang dilemparkan oleh Ardan. Cahaya berkilauan yang terpancar dari serangan Ardan terus meluncur menuju Draven tanpa henti.
Sementara, Zephyr yang menyaksikan pertarungan itu seketika menggeram pelan. Lantas tanpa kata-kata, Zephyr berbalik pada anak buahnya yang setia berdiri di belakangnya. Dengan gerakan halus dia sedikit menganggukkan kepalanya seolah memberikan perintah pada mereka.
Mereka yang mengerti dengan isyarat tersebut. Lantas dengan sigap mereka mengangguk mengerti sebelum mereka menghilang dalam sekejap hingga menyisakan kabut hitam di sekelilingnya.
Zephyr yang melihat itu lantas kembali mengalihkan pandangannya pada dua orang yang sedang terlibat dalam pertarungan tersebut. Namun, seketika matanya tertuju pada Pedang Wrath of the Ancients yang baru sedikit menancap di Jantung Naga Api Abadi.
Lantas Zephyr pun berniat menghampiri Pedang tersebut. Sayangnya, Zephyr seketika terhempas dengan sangat keras akibat lonjakan energi yang dipancarkan oleh Pedang Wrath of the Ancients dan Jantung Naga Api Abadi.
*****
Di sisi lain, Lucian terus memacukan seekor kuda yang ditunggangi olehnya dan Sera untuk berlari secepat mungkin menuju Hutan Eldermyst sesuai dengan perintah Ardan. Angin berdesir keras membelai wajah Lucian oleh kecepatan kuda yang melaju.
Setelah mengetahui permasalahan yang sedang terjadi saat ini Lucian pun bergegas mengambil Pedangnya dan langsung membawa Sera menuju Eldermyst dengan menggunakan kuda milik Kuil Sacra Arcanum. Beruntung pihak kuil mengijinkan mereka untuk menggunakannya.
Raut wajah cemas dan gelisah terus menghiasi wajah Sera. Bahkan Sera merasa saat ini detak jantungnya terasa berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Sera juga terus menatap langit yang semakin gelap. Ledakan-ledakan keras pun terus bergema tanpa henti, menciptakan suara gemuruh yang luar biasa.
Lantas Sera pun kembali meluruskan pandangannya. Pepohonan di sepanjang jalan berayun-ayun dalam kecepatan kuda yang melaju kencang. Debu dan tanah terangkat oleh langkah kaki kuda yang berlari menghantam udara.
Namun, di tengah-tengah perjalanan mereka tiba-tiba sebuah kekuatan yang tak terlihat dengan keras menghantam kuda yang mereka tunggangi hingga membuat keduanya terjatuh ke atas tanah dengan keras.
Lantas dengan cepat Lucian dan Sera bangkit. Kemudian dengan ekspresi cemas Lucian segera mendekati Sera. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya sambil memeriksa keadaan Sera dengan cepat.
Sera menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, aku baik-baik saja." Jawabnya dengan cepat.
Namun, di saat yang bersamaan sebuah kelompok orang berjubah hitam tiba-tiba muncul di sekitar mereka. Lucian yang melihat itu dengan refleks cepat tangannya menarik tangan Sera dan menyembunyikannya di balik punggungnya sembari menatap waspada orang-orang itu.
Sera pun memandang sekelompok orang itu dengan waspada dan benar saja tak lama kemudian orang-orang itu pun langsung menyerang mereka secara bersamaan. Sera dan Lucian yang tidak memiliki pilihan selain bertarung pun lantas berusaha melawan serangan mendadak tersebut.
Meski Sera tidak menggunakan pedangnya untuk menyerang balik. Namun, dia berhasil melumpuhkan beberapa dari mereka dengan kecepatan dan kecekatannya. Begitu pun dengan Lucian yang tampak sibuk bertarung meski sesekali melirik ke arah Sera untuk memastikan bahwa Sera tidak terluka.
Namun, di saat salah satu dari musuh hendak menggunakan sihir manipulasi, tiba-tiba sebuah pedang menuhus orang tersebut dan di saat yang bersamaan sekelompok kesatria muncul dan langsung menyerang orang-orang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...