CHAPTER 9

35.6K 2.7K 24
                                    

Kejadian sebelumnya

"Hei, sebenarnya kau ingin menunjukkan apa padaku?" Teriak Sera kesal.

Sera terus mengejar burung Phoenix yang semakin jauh bersama Storm. Melihat itu Sera menjadi kesal pasalnya ia sudah lelah mengejarnya, meskipun ia menunggangi kuda. Tetap saja ia kesal karena tak diberi jeda di tambah jaraknya yang sangat jauh.

Tunggu, bukankah ini kembali ke kaki gunung. Sial, rupanya burung itu menyuruhnya untuk turun begitu. Awas saja, jika benar akan ia panggang menjadi burung panggang saat itu juga.

Tak lama, burung Phoenix itu berhenti terbang di dekat semak-semak belukar. Sera dan Storm, kuda kesayangan Sera pun segera menghampirinya.

"Disini kau rupanya." Ucap Sera setelah turun dari punggung Storm.

"Sebenarnya apa yang ingin kau tunjukkan?" Tanya Sera sambil berdecak pinggang.

Namun, tiba-tiba terdengar suara geraman yang cukup besar dari sebrang sana. Hal itu membuat Sera membungkukkan tubuhnya dengan cepat seraya menarik leher Storm untuk turut serta bersembunyi. Ia menatap di antara celah-celah semak-semak belukar tersebut.

Matanya membulat sempurna saat melihat segerombolan Gloomhounds di depan sana. Bagaimana bisa ada Gloomhounds. Dari buku yang ia baca Gloomhounds akan hadir jika monster itu dipanggil dan diperintahkan oleh penyihir hitam.

Tapi kini makhluk mengerikan itu ada di depan sana dan tunggu. Lantas Sera memicingkan matanya. Memfokuskan matanya menatap seseorang yang berdiri di depan Gloomhounds dengan pakaian serba hitam.

Jadi, benar ada penyihir hitam. Batin Sera.

Mata sera bergulir mencari sesuatu. Apa penyihir itu sedang mengobrol dengan seseorang dan matanya tak sengaja menangkap sesosok pria dengan pakaian mewah sedang menunggangi kuda di sebrang penyihir hitam itu. Bak seorang pangeran dari negeri dongeng pria itu tampak gagah menunggangi kudanya.

Tunggu sebentar, seketika Sera terkejut bukan main. Tubuhnya mendadak kaku saat matanya tak sengaja melihat wajah dari pria dengan pakaian mewah itu adalah Lucian, pria yang dulu ia kejar-kejar cintanya.

Tak peduli perkataan serta perlakuan yang ia terima. Ia tetap mengejarnya hingga akhirnya pria itu pula yang membunuhnya. Walau saat detik-detik pria itu hendak memotong lehernya pun. Ia masih mencintainya dengan tulus.

"Jadi, kau menuntunku kesini karena ini?"

Sera menatap tajam burung keabadian yang berada di sampingnya yang sedang asik merebahkan tubuhnya di atas tanah. Sedangkan yang di tatap memberikan ekspresi tak bersalah.

"Ka-"

Seketika terdengar suara gesekan antara pedang dan cakar Gloomhounds secara keras. Sera kembali menatap ke depannya melihat situasi dengan teliti.

Bukankah seharusnya Lucian datang ke Pegunungan ini dua tahun lagi? Lalu kenapa sekarang pria itu ada di sini? Dan siapa pria misterius di ujung sana?

Sial. Sungguh sial nasibnya.

Niat menghindari pria itu di pertemuan yang akan diadakan beberapa minggu lagi. Tapi kini pria itu malah muncul dihadapannya. Apa alur kehidupannya kali ini berubah karena dirinya?

Lalu dimana wanita ular itu? bukankah seharusnya Lucian bertemu dengan wanita itu di sini?

Sera berdecak, untuk apa ia memikiran hal itu. Lantas matanya kembali menatap peperangan tersebut. Bukankah tidak adil jika Lucian melawan mereka sendirian. Apakah ia harus membantunya? Tidak, tidak.

Ia sudah bertekad untuk menghindari dari segala apapun yang berkaitan dengan pria itu. Sera tersentak merasakan sebuah tepukkan di pahanya refleks menoleh. Ternyata burung keabadian itu menepakkan ekornya pada paha Sera.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang