CHAPTER 50

14.1K 1.1K 40
                                    

Selama Sera dan Aria berjalan di sekitar Jalan Rosalyn. Mereka menikmati keramaian di sekitar jalan yang penuh dengan aktivitas.

Pasar kecil berjajar di sepanjang trotoar. Aroma rempah-rempah dan bunga-bunga segar pun menghiasi udara di sekitar Jalan Rosalyn. 

Di sebelah kiri mereka sekelompok anak kecil dengan ceria bermain bekel. Teriakan gembira mereka menyatu dengan riuh rendah pasar.

Mereka berlarian kesana-kemari mengelilingi tiang-tiang lampu yang berdiri tegak sepanjang jalan.

Beberapa dari mereka mengejar burung-burung kecil yang bermain-main di udara. Dengan mata penuh kagum akan keindahan sayap-sayap yang berwarna-warni.

Beberapa lagi menyeruak masuk ke antara penjaga-penjaga dengan seragam khas mereka. Sambil meminta cerita-cerita tentang Pedang ajaib.

"Sepertinya di sekitar sini banyak anak kecil ya, Nona." Ujar Aria sambil menampilkan senyumnya.

"Kau, betul. Daerah ini sangat berbeda jika di bandingan dengan Armor."

Sontak Aria yang mendengar perkataan Nonanya itu. Langsung menoleh dengan cepat. "Apa anda pernah ke sana sebelumnya?"

Sera menarik kedua sudut bibirnya ke atas tanpa sadar. "Ya, aku pernah sekali ke sana."

Seketika Sera kembali teringat pada momen saat Ardan membawanya keluar dari mansion setelah beberapa hari keadaannya pulih. Pasca tragedi yang terjadi di Hutan Eldermyst. Sudah hampir seminggu juga Ardan kembali ke Flammae Eternae. Namun, ia tak mendapatkan kabar apapun dari pria itu hingga saat ini.

Sontak Sera menghela nafasnya sejenak. Namun, di tengah keramaian pasar yang riuh. Tiba-tiba Sera kembali merasa ada sesuatu yang tak beres. Seolah ada seseorang yang selalu mengikuti mereka berdua sejak keluar dari mansion.

Tak jarang salah satu sudut matanya. Menangkap satu sosok yang seolah bersembunyi di sebuah gang kecil di antara bangunan. Sera yang akhirnya merasa jengkel. Sontak memanggil Aria.

Dengan cepat Aria mengalihkan pandangannya pada Sera. "Ya, Nona?"

"Aku sangat ingin memakan Kue Revani. Tapi aku sedang malas mengantrinya. Apa kau bisa mengantrinya untukku?" Ucap Sera dengan lembut.

Sontak Aria tersenyum penuh antusias. "Tentu, Nona. Kenapa anda tidak mengatakannya sedari tadi."

"Saya akan kembali dengan cepat setelah mendapatkannya. Nona, tolong tunggu sebentar." Sambung Aria.

Seketika Sera menganggukkan kepalanya mengerti. Dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Begitu Aria sudah berjalan cukup jauh.

Lantas Sera langsung merubah raut wajahnya menjadi datar. Matanya kemudian melirik sekilas seseorang yang sedang bersembunyi itu. Lantas ia kemudian berjalan menjauhi kerumunan tersebut.

Di lain sisi seorang pria yang sedang bersembunyi di sebuah gang yang berada di antara bangunan tersebut. Sontak menyembulkan kepalanya. Lalu mengedarkan pandangan kesana kemari dengan heran.

"Kemana kedua Lady tersebut pergi?" Ucapnya dengan bingung.

"Bisa gawat jika aku kehilangan jejak mereka. Lebih baik aku mencarinya." Sambungnya.

Namun, saat hendak melangkahkan kakinya. Seketika tubuhnya menegang. Saat dia merasakan sesuatu yang dingin mengenai lehernya. Dengan perlahan matanya melirik ke arah benda tersebut.

"Sebaiknya kau katakan siapa yang menyuruhmu. Sebelum benda ini menancap di lehermu."

*****

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang