CHAPTER 75

6.3K 716 18
                                    

Di sisi lain Ardan yang baru saja kembali ke mansion Ravenscorft refleks mengerutkan keningnya dengan heran. Sesaat setelah melangkah ke kakinya memasuki mansion tersebut. Tatapannya langsung tertuju ke sejumlah para prajurit yang tampak berlarian ke berbagai arah.

"Tumben sekali banyak prajurit kesana kemari." Gumam Ardan.

Namun, meskipun merasa heran Ardan memilih untuk tidak terlalu mengindahkan para prajurit tersebut. Lantas Ardan memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya memasuki mansion yang berdiri dengan megah tersebut. Langkahnya yang mantap terdengar di lorong-lorong gelap yang hanya diterangi oleh pancaran rembulan. Menciptakan bayangan-bayangan yang terbentuk di dinding-dinding batu kuno.

Namun, keheranan Ardan semakin bertambah. Ketika dia mendapati sekelompok para pelayan dan prajurit sedang berkumpul di depan pintu kamar Sera. Muka mereka tampak tegang. Bahkan para prajurit itu segera menundukkan kepala mereka setelah mendengar suara keras yang berasal dari dalam kamar. Suara tersebut terdengar seperti bentakan yang menggema dan memerintahkan dengan perintah yang tak terbantahkan.

Lantas Ardan yang merasa penasaran. Sontak melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Sera. Namun, ketika dia hampir mencapai pintu kamar tersebut. Seketika langkahnya terhenti ketika dia merasakan keberadaan energi yang tidak lazim yang mengalir dari dalam ruangan itu. 

Tanpa ragu Ardan masuk ke dalam kamar Sera dengan cepat. Pandangannya langsung menjelajahi setiap sudut ruangan itu. Mencoba untuk memahami apa yang terjadi pada ruangan tersebut. Sayangnya, ruangan tersebut sama sekali tidak terlihat mencurigakan. Namun, entah mengapa energi yang dia rasakan ini sama persis dengan yang dia rasakan waktu di Solarya.

Sementara itu, Raven terlihat sangat cemas ketika menyadari bahwa putri sulungnya telah menghilang. Kekhawatirannya jelas terpancar dari ekspresinya yang tegang. Sesaat matanya tak sengaja menangkap satu sosok yang baru saja terlihat olehnya.

"Darimana saja kau?! Bisa-bisanya kau baru kembali! Apa kau tahu putriku sedang menghilang saat ini!" Tegur Raven dengan suara yang tajam namun terdengar penuh kegelisahan.

Ardan yang mendengar teguran tersebut refleks melirikkan matanya sekilas. Sebelum kembali mengedarkan pandangannya. "Kau pikir tugasku hanya menjaga putrimu saja." Ketus Ardan dengan tajam.

Raven yang mendapat jawaban tersebut seketika mengepalkan kedua tangannya. Seraya menatap tajam pria berambut panjang tersebut. Sedangkan Ardan yang masih mengedarkan pandangannya kembali membuka suaranya. Kali ini terdengar seperti geraman yang ditahan.

"Siapa saja yang diijinkan memasuki kamar ini?" Sahut Ardan dengan suara yang rendah namun terdengar menusuk.

Willem yang kebetulan mendengar itu. Lantas menjawabnya dengan cepat. "Hanya para pelayan yang biasa bertugas membersihkan kamar Nona. Lalu pelayan pribadinya termasuk anda, Tuan."

"Siapa yang terakhir kali memasuki kamar ini?" Tanya Ardan kembali.

"Saya." Sahut Aria dengan pelan. "Terakhir saya berada di kamar ini setelah Nona tertidur. Setelah itu saya pun keluar. Saya yakin Nona pasti diculik, begitu saya keluar dari kamar ini." Sambung Aria dengan cemas.

Raven yang mendengar itu sontak memijat pelipisnya dengan pelan. Sial, bisa-bisa ada seorang penyusup yang berani memasuki wilayah mansionnya. Seketika itu juga emosinya kembali bergelolak.

Sementara Ardan yang mendengar penuturan Aria kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Seraya melontarkan satu kalimat yang membuat semua orang yang berada disana menatap Ardan dengan terkejut.

"Tidak ada penyusup yang memasuki mansion ini." Sahut Ardan dengan datar.

"Jadi maksudmu putriku tiba-tiba menghilang sendiri." Kilah Raven dengan cepat. Raut wajahnya terlihat memerah akibat emosi yang dia tahan sedari tadi. "Jelas-jelas putriku menghilang. Lalu siapa lagi jika bukan penyusup yang menculiknya." Sambung Raven dengan tajam.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang