Kereta kuda melaju dengan langkah mantap. Melintasi jalan berbatu yang terbentang di luar istana. Sorotan matahari senja menciptakan bayangan-bayangan yang panjang di sepanjang jalan dan menghasilkan warna-warna emas yang memukau.
Ardan duduk dengan tenang di satu sudut kereta. Dengan matanya yang tak berhenti menatap pada Sera yang duduk di kursi seberang. Sementara itu, Sera memandangi luar jendela kereta dengan tatapan yang dalam. Sedari tadi Sera menyadari jika Ardan terus memandang ke arahnya. Hal itu sontak membuat Sera berdecak pelan.
"Berhenti menatap." Ujar Sera dengan suara rendah namun tajam. Seraya mengalihkan pandanganya pada Ardan. Sedangkan Ardan menghela nafasnya dalam-dalam. Seolah menyadari bahwa pandangannya telah terlalu lama terfokus pada Sera.
"Kau terlihat murung sejak keluar dari istana itu." Sahut Ardan dengan datar.
"Apa aku terlihat seperti itu?" Tanya Sera dengan sedikit terkejut.
"Ya." Jawab Ardan dengan singkat.
Seketika Sera terdiam tak bersuara. Ardan melihat itu kemudian memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Lalu enyandarkan punggungnya. Sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Apa ada yang menyakitimu?" Tanya Ardan dengan datar.
Sontak Sera mengerjapkan matanya. Lalu memalingkan wajahnya dengan cepat. "Tidak ada." Sahut Sera dengan pelan.
"Kau yakin?" Tanya Ardan kembali.
"Ya, aku hanya lelah saja." Jawab Sera dengan cepat. Tanpa mengalihkan pandangannya.
Setelah itu tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Hingga sesampainya di mansion Sera langsung melangkahkan kakinya terlebih dahulu memasuki mansion. Membuat Ardan yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku gadis itu. Hanya menatapnya dengan datar.
*****
Sinar bulan yang redup mulai menyelinap masuk dari jendela. Lilin-lilin yang terpasang di dalam ruangan pun menciptakan atmosfer yang lembut dan hangat.
Setelah selesai mengganti gaunnya. Sera kemudian melangkahkan kakinya mendekati tempat tidurnya. Namun, seketika Sera mengerutkan keningnya.
Saat salah satu sudut matanya tak sengaja menangkap satu sosok yang duduk santai di salah satu sofa di sudut kamar. Dengan cepat Sera menolehkan kepalanya.
Namun, seketika ia tersentak saat melihat Ardan terlihat begitu tenang. Dengan mata terpejam dan kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Sontak Sera membelakkan kedua matanya tak percaya.
"Apa yang sedang kau lakukan di dalam kamarku?" Tanya Sera dengan heran.
Suara Sera yang cukup menggelegar. Sontak membuat Ardan perlahan membuka matanya. Kemudian menatap Sera dengan datar.
"Bersantai." Jawab Ardan dengan suara yang tenang namun tegas. Sebelum akhirnya kembali memejamkan matanya dengan santainya. Seolah tak memperdulikan keterkejutan gadis itu.
"Kau bisa beristirahat dan bersantai di kamar sebelah, Ardan. Kenapa harus di kamarku." Ujar Sera dengan kening berkerut.
"Kamarmu jauh lebih tenang di banding kamar sebelah." Sahut Ardan dengan kedua mata yang masih terpejam.
Seketika Sera mencebikkan bibirnya. Begitu mendengar jawaban yang diberikan oleh Ardan. Namun, tak lama kemudian Sera menghela nafas sejenak. Sebelum akhirnya merangkak naik ke atas tempat tidurnya.
"Kau tak akan keluar dari kamarku?" Tanya Sera kembali.
"Aku akan keluar setelah kau memejamkan matamu." Jawab Ardan dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...