CHAPTER 42

16K 1.1K 12
                                    

Sera menatap datar ayahnya yang sedang sibuk memeriksa dan menandatangani beberapa dokumen di meja kerjanya. Saat ini dirinya sedang berada di ruang kerja ayahnya yang berada di dalam mansion keluarganya.

Di mana aroma buku tua dan kayu mewah menyelimuti udara. Cahaya gemerlap dari lampu kristal gantung menggambarkan suasana yang hening namun mewah.

Beberapa jam yang lalu, Sera dipanggil kemari oleh ayahnya. Namun, setelah ia menghadap sang ayah. Dirinya hanya disuruh untuk duduk di salah satu sofa yang tersedia di ruangan tersebut.

Sontak Sera menghela nafas pelan. Tangannya dengan lembut meletakkan sebuah cangkir yang selama ini berada di pangkuannya pada sebuah meja di depannya.

"Aku akan kembali lagi setelah ayah selesai dengan pekerjaan ayah." Ujar Sera memecahkan keheningan tersebut.

"Ayah sudah selesai." Sahut Raven sambil meletakkan salah satu dokumen yang baru saja dia tandatangani pada tumbukkan dokumen lainnya.

Sera sontak kembali menatap datar ayahnya. "Ayah ingin membicarakan sesuatu padamu."

"Jika selain kabar kita akan kembali ke Imperium Marinos. Aku tidak akan mendengarkannya." Sela Sera.

Sontak Raven menghembuskan nafasnya lelah. "Sayangnya, kita tak bisa kembali ke Imperium Marinos dalam waktu dekat."

Sera kemudian memutarkan kedua bola matanya dengan malas. "Kau tau sifat Kaisar seperti apa. Saat ini ayah harus mengurus beberapa masalah di kekaisaran ini." Sambung Raven.

"Apa kita tidak bisa memutuskan sumpah setia kita pada kekaisaran. Rasanya kita seperti di perbudak oleh kekaisaran." Ketus Sera.

Raven sontak tersenyum kecil. Dia memaklumi perkataan Sera. Sebab sejak beberapa minggu yang lalu, dirinya menjanjikan untuk kembali ke Imperium Marinos. Namun, tak kunjung terealisasikan akibat beberapa masalah yang baru-baru ini menimpa Kekaisaran.

"Ayah dengar, kau mendapat undangan pesta dari Baginda Ratu?" Tanya Raven sambil membuka dokumen yang harus dia periksa.

Atensi Sera seketika teralih pada sang ayah. Kemudian ia berdeham pelan. "Apa aku harus datang?"

"Jika kau tak ingin. Ayah akan meminta pengertiannya."

Sera sontak menyandarkan punggungnya lelah. Matanya menatap langit-langit ruang kerja ayahnya. Di mana langit-langit itu dihiasi dengan lukisan para leluhurnya.

Lalu matanya kembali menatap sang ayah yang terlihat mengernyitkan keningnya. "Apa ayah sedang menyelidiki masalah yang terjadi dua minggu yang lalu?"

Sontak Raven menatap sekilas pada putrinya yang terlihat menyadarkan punggungnya. "Ya, ayah sedang menyelidikinya ada yang aneh dari para monster itu."

Sera menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan sang ayah. Sebab ia pun merasa ada yang aneh dengan para monster itu. Saat itu Lucian pernah mengatakan jika para monster itu di kendalikan.

Haruskah ia bertanya apa Ardan. Ngomong-ngomong pria itu sudah satu hari tak kembali ke mansion setelah menghilang dari hadapannya tanpa mengatakan apapun. Tak lama Sera berdecak pelan saat mengingat hal itu.

"Aku akan kembali ke kamar." Ujar Sera seraya bangkit dari sofa.

"Kau benar tak ingin datang ke undangan itu?" Tanya Raven memastikan.

"Aku akan datang." Sahut Sera pelan namun masih terdengar oleh Raven.

"Ingin ayah temani?"

"Tidak usah."

Sontak Raven mengerutkan keningnya bingung. "Lalu kau akan pergi dengan siapa?"

Sera seketika terdiam menatap sang ayah. Benar, ia akan pergi dengan siapa ke pesta tersebut. "Entah, aku akan memikirkannya. Aku pamit undur diri, Ayah."

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang