CHAPTER 80

6.3K 640 8
                                    

Ardan terus memandang datar kepergian para pendeta tersebut dari balik jendela. Para pendeta itu langsung pergi setelah Sera memberikan persetujuannya terhadap undangan yang diajukan.

Sementara Raven menghela nafasnya dengan pelan. Matanya menatap putri sulungnya. "Kau benar-benar akan ikut berpartisipasi?" Tanya Raven dengan serius.

Sontak Sera menatap sekilas pada ayahnya sebelum kembali meluruskan pandangannya. "Ya mau bagaimana lagi. Kalau aku menolaknya bukankah itu akan dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap Tuan Archiepiscoups."

Refleks Raven kembali menghembuskan nafasnya. "Kau benar orang-orang suci itu terlalu berlebih menganggap Archiepiscoups dengan sebutan wakil dewa."

Lantas Sera tertawa pelan begitu mendengar perkataan ayahnya. Ia mengerti kenapa ayahnya tidak terlalu menyukai Archiepiscoups karena dulu pernah terjadi perselisihan antara mereka. Meskipun ia tidak terlalu tahu apa yang memicu perselisihan tersebut. 

Tapi menurut cerita mendiang ibunya ayahnya memang secara terang-terangan tak menyukai Archiepiscoups. Sementara Raven kemudian menumpangkan salah satu kakinya di kaki lainnya. Dengan kedua tangannya dia lipatkan di depan dada. "Ayah ingin kembali bertanya tentang keputusanmu sebelumnya. Kau yakin ingin benar-benar mundur dari kandidat calon Putri Mahkota."

Mendengar itu Sera mendadak terdiam dengan pandangannya yang mengarah ke lantai marmer. "Apa ayah tidak setuju?"

"Bukan begitu ayah hanya ingin kembali bertanya saja tentang keputusanmu itu. Apa kau sudah benar-benar yakin dengan keputusanmu itu." Ujar Raven dengan raut wajah terlihat serius.

"Bukankah ayah sudah tahu jawabannya." Gumam Sera dengan pelan.

Raven yang mendapat respons seperti itu dari sontak menghembuskan nafasnya pelan. "Karena kau memilih mundur Baginda Kaisar dan Baginda Ratu sepakat akan menjadikan Lady Quickbeam sebagai Putri Mahkota." 

Sera yang mendengar itu hanya terdiam dengan pandangan yang mengarah ke lantai. Lagi pula ia sudah tahu begitu ia mundur dari kursi tersebut kemungkinan kursi tersebut akan menjadi milik Eva. Bukankah di kehidupan sebelumnya pun seperti itu.

"Mereka akan mengumumkannya secara resmi saat Perayaan akhir tahun nanti." Timpal Raven.

Sera yang mendengar itu kemudian sedikit membelakkan matanya. "Secepat itu?" Tanya Sera yang kemudian diangguki oleh Raven.

*****

Di sisi lain, Eva baru saja kembali ke kediamannya kemudian melangkah masuk ke dalam mansion yang menjadi tempat tinggalnya. Seorang pelayan wanita dengan cepat menyambut kedatangan Eva. Dengan tatapan penuh kekhawatiran yang terpancar dari wajahnya.

"Nona." Panggil pelayan tersebut dengan suara gemetar, menampilkan sedikit ketakutan di matanya. Sedangkan Eva hanya menatap pelayan tersebut dengan tatapan datar.

"I-itu ada seseorang yang menunggu Anda sejak tadi." Lanjut pelayan tersebut dengan sedikit gemetar.

Sontak Eva mengerutkan keningnya dengan ekspresi yang penuh keheranan. "Seseorang?" Tanya Eva, mencoba mencerna informasi yang disampaikan oleh pelayan tersebut.

Kemudian pelayan itu menganggukkan kepalanya pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Eva. "Beliau menunggu Anda di ruang tunggu, Nona." Sambung pelayan tersebut dengan suara yang sedikit gemetar.

Sesaat Eva terdiam sejenak, mencoba menerka-nerka siapa yang tiba-tiba datang berkunjung ke mansionnya. "Aku akan kesana." ucap Eva dengan suara yang mantap.

Lantas pelayan tersebut langsung menundukkan kepalanya begitu Eva melangkah maju menuju ruang tunggu yang terletak di sebelah barat mansion. Baru saja satu kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang