Setelah Sera bertemu dengan ayahnya yang sudah menunggu dengan sangat cemas sesuai perkataan Ardan. Kemudian Sera langsung mengarahkan Lucian menuju salah satu ruangan yang terdapat dalam mansionnya dibantu oleh beberapa pelayan untuk mengobati punggung Lucian yang terluka akibat serangan pria tak dikenal itu.
Dengan perlahan Lucian mulai melepaskan kemejanya dengan dibantu oleh Sera yang berada di belakangnya. Suara desisan halus terdengar begitu kemeja itu terlepas. Seketika perhatian Sera teralihkan pada punggung Lucian ada luka lebam yang menghiasi bagian itu.
Luka itu terlihat kontras dengan kulit Lucian yang putih pucat. Sejenak matanya terperangah menangkap luka itu. "Apa lebamnya cukup parah?" tanya Lucian, suaranya menembus keheningan yang mengisi ruangan.
Sera yang masih terpana refleks mengerjapkan matanya. Lalu mengalihkan pandangannya dari punggung Lucian ke wajah Lucian. "Ya, lebamnya terlihat cukup parah." jawabnya dengan suara pelan hampir tercekat.
"Aku akan mengompresnya terlebih dahulu." Sambungnya.
Lantas Sera langsung meraih sepotong kain kecil yang telah disiapkan sebelumnya. Lalu mencelupkan kain kecil itu dalam air dingin. Sementara Lucian yang mendengar itu hanya menghembuskan nafas pelan. Saat dia sedang terhanyut pada rasa sakit yang menghantam punggungnya.
Tiba-tiba dia tersentak begitu sesuatu yang dingin menyentuh punggungnya dengan lembut. Refleks Lucian merengut pelan ketika sensasi dingin itu kontras dengan rasa sakit yang dialaminya.
Sementara Sera yang sibuk mengompres memar di punggung Lucian hanya memandangnya dengan cepat. Matanya menyorot ke wajah Lucian sebelum kembali fokus pada perawatan yang tengah dia lakukan. Sebelum melontarkan pertanyaan pada Lucian.
"Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Sera dengan suara lembut.
Lucian yang mendengar itu bergeming sejenak. "Ada yang ingin aku tanyakan padamu."
"Apa itu penting?" Tanya Sera tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali.
"Ya, karena kau muncul dalam mimpiku." Sahut Lucian yang seketika membuat Sera refleks terdiam.
Suasana di ruangan itu seketika hening. Bahkan hampir terdengar desiran angin malam saja yang menyelinap masuk melalui jendela. Sesaat Lucian menarik napas dalam-dalam, mencari kata-kata yang tepat sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Aku melihatmu mati terbunuh olehku." Lanjut Lucian dengan pelan.
Sera yang mendengar itu seketika menegang. Dengan matanya terbuka lebar. Sementara Lucian menundukkan pandangannya sejenak. "Itu sebabnya aku ada disini." Timpal Lucian.
Sesaat Sera menarik nafasnya dalam-dalam. Sebelum kembali melanjutkan kegiatan mengompres luka tersebut. Sekitar lima belas menit Sera mengompres luka tersebut. Ia pun langsung meletakkan kain kompres tersebut ke tempat semula.
"A-aku sudah selesai mengompres punggungmu." Ucap Sera dengan sedikit gugup seraya dengan cepat bangkit dari duduknya.
"Kau bisa beristirahat disini hingga matahari terbit." Sambungnya. Namun, belum sempat Sera melangkah pergi. Tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan oleh Lucian dengan cepat.
"Aku mendengar percakapanmu dengan pria itu saat di lorong akademik siang tadi." Ungkapan yang dilontarkan Lucian secara tiba-tiba itu. Membuat detak jantung Sera berdegup kencang.
"Bisa kau jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lucian dengan nada yang seolah menuntut.
Sera menghembuskan nafasnya sejenak. Sembari melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Lucian. "Aku harus kembali ke kamarku." Ucap Sera dengan terus berusaha menghindari topik tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conqueror of Blades and Hearts
FantasySatu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan segalanya termasuk merencanakan pembunuhan terhadap Eva. Ketidaksukaan Sera terhadap Eva yang membuat at...