CHAPTER 60

10.9K 987 21
                                    

"Kalian dengar tidak. Katanya Yang Mulia Putra Mahkota dekat dengan Lady Ravenscorft."

"Iya, aku mendengarnya. Katanya Yang Mulia Putra Mahkota ketahuan berjalan dengan Lady Ravenscorft di sekitar Rosalyn. Dengan dikawal oleh beberapa para kesatria."

"Jangan bilang kalau Yang Mulia Putra Mahkota sedang berkencan dengan Lady Ravenscorft."

"Aku rasa itu hanya formalitas saja. Apa kalian tidak tahu kalau Lady Ravenscorft pun masuk kandidat sebagai Putri Mahkota."

"Aku tidak yakin kalau kencan mereka itu hanya formalitas. Pasalnya pelayanku pernah melihatnya. Mereka tampak sangat dekat."

"Bukankah Yang Mulia Putra Mahkota sebelumnya tak pernah dekat dengan kedua kandidat Putri Mahkota lainnya. Jangan dekat. Sekedar berpapas pun beliau langsung menghindarinya."

"Apa itu artinya Yang Mulia Putra Mahkota menaruh hati pada Lady Ravenscorft."

"Aku tidak bisa membayangkan akan sekuat apa kekaisaran di masa Yang Mulia Putra Mahkota nanti. Kalau beliau sampai menjadikan Lady Ravenscorft sebagai pendampingnya."

Namun, seketika percakapan mereka terpotong. Saat pintu aula besar itu bergerak perlahan. Menghasilkan suara gemerincing dari engselnya yang berat. Ketika pintu itu terbuka sepenuhnya.

Seketika suasana di dalam ruangan menjadi sedikit hening. Begitu mata mereka menatap seorang wanita di balik pintu tersebut. Dengan langkahnya yang mantap, Sera melangkahkan kakinya memasuki aula yang dihiasi dengan megah.

Setelah dua hari yang lalu kakinya sembuh. Ia langsung mendapatkan undangan perjamuan kelas atas yang diadakan rutin oleh kekaisaran.

Aula itu bersinar dengan gemerlap lampu-lampu kristal yang menggantung di langit-langit. Menciptakan kilauan yang memantulkan keanggunan dan kemegahan. Setiap langkah Sera terdengar dengan jelas di lantai marmer yang mengkilap.

Seketika Sera menghentikan langkahnya. Dengan raut wajah yang datar. Saat Lucian berdiri menghalangi jalannya. Sontak hal itu semakin menambah suara bisikkan di sekitarnya.

"Kau menggunakan sepatu tinggi lagi?" Ujar Lucian dengan kening yang berkerut.

Refleks Sera memutarkan kedua matanya dengan malas. "Lalu aku harus menggunakan apa."

"Kenapa kau tak menggunakan sepatu kemarin saja." Cetus Lucian dengan ringan.

Sontak Sera melebarkan kedua bola matanya. "Kau menyuruhku untuk menggunakan sandal tidur saat berpesta."

Lantas Lucian mengangkat kedua bahunya dengan santai. "Bukankah itu lebih cocok untukmu." Balas Lucian seraya menampilkan senyum tipis.

Refleks salah satu tangan Sera terkepal. Seolah menyalurkan emosinya. Ia masih sangat ingat bagaimana Lucian mengganti sepatu tingginya dengan sebuah sandal tidur milik pria itu.

Ditambah sandal itu sangat kebesaran saat digunakan olehnya. Yang membuatnya sedikit kesulitan untuk berjalan. Hal itu sontak mengundang tawa pria itu. Tawa menyebalkan pria itu bahkan masih sangat jelas di benaknya.

Lucian yang bisa membaca raut wajah emosi gadis itu. Seketika menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. Tak lama terdengar alunan musik yang mengalun di tengah-tengah ruangan.

Suara musik itu mengalir begitu indah. Menciptakan suasana yang mempesona di sekeliling mereka. Lantas Lucian kembali menatap Sera.

"Sayang sekali, kali ini kau tak berdansa denganku." Goda Lucian.

Sontak Sera mengerutkan keningnya. Dengan kedua mata yang menatap tajam pada Lucian. "Lagi pula, siapa yang mau berdansa denganmu." Sungutnya.

"Bukankah kau harus membayar jasaku karena telah mengobatimu." Ujar Lucian dengan sedikit menyeringai.

The Conqueror of Blades and HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang