[epilog]

492 24 3
                                    


di sebuah gereja di kota Seoul, kini di penuhi oleh orang yang sedang berduka. entah mengapa suasana di pagi itu ikut merasakannya, hujan gerimis di sertai kabut tebal yang memenuhi satu kota. di dalam sana terdapat beberapa orang yang menangis di hadapan sebuah peti mati yang berisi seorang gadis pucat yang tertutupi dandanan yang membuatnya tampak seperti putri tidur. gadis itu adalah Kim Jisoo.

wanita berambut kuning yang kini hanya bisa menunduk di pojok ruangan tersebut merenung mengingat dirinya yang lemah menghadapi ancaman dari orang lain, dan bertekad untuk menjadi sosok yang dapat di andalkan kedepannya.

di hadapan peti tersebut terlihat seorang wanita yang dari jasnya saja bisa di pastikan seorang wanita berkarir kelas atas yang meraung menatap bingkai foto yang menampilkan senyuman manis Jisoo. sembari menggengam tangan yang sudah dingin itu, ia terus berucap "maaf!maaf!maaf!," meski ia tahu bahwa ucapannya sia-sia saja.

ia adalah Sooyaa, kakak pertama Jisoo yang kini menangis atas penyesalannya telah meninggalkan adiknya menderita seorang diri dan berakhir seperti ini. ucapan Rose terbukti benar, karirnya tentu membuatnya bahagia. namun keluarganya hilang membuat semuanya terasa hambar, kenyataan yang didapatkan oleh Sooyaa pagi ini membuatnya syok dan langsung terbang hari ini juga.

kenyataan yang menamparnya seolah menyalahkan Sooyaa yang bimbang memilih keputusannya meninggalkan sebentar karirnya untuk menemui adiknya atau terus melanjutkan karirnya karena kesempatan emas tersebut. dengan bodohnya ia menghiarukan panggilan yang di beri tuhan lewat kehadiran Rose saat itu yang rela menemuinya jauh-jauh dari Korea.

ini salahnya, ia terbuai karir, kesuksesan, dendam ayahnya, dan kekayaan yang membuat ia lupa bersyukur bahwa ada seseorang yang lama memimpikan dirinya hadir untuk menemaninya di saat saat sulit hingga orang tersebut amnesia dan berakhir panggilan tuhan.

andai ia bisa memutar waktu, maka ia sejak awal akan bersama adiknya dan memulai hidup baru yang menyenangkan. namun angan-angan itu hanyalah omong kosong sekarang, tuhan tidak memberinya kesempatan kedua. ia hanya bisa tabah menerima kenyataan pahit ini.

siang harinya, pemakaman di lakukan, para hadirin mengikuti acara hingga selesai dan pemakaman tersebut kembali sunyi menyisakan dua orang berada di sana. Sooyaa hanya bisa menatap kosong makam bertuliskan Kim Jisoo tersebut, sedangkan Rose yang mulai menerima kenyataan dengan lapang dada hanya bisa terdiam sembari mendongak menatap langit. berharap keberadaaan gadis yang di cintainya itu melihatnya yang sedang tersenyum meski bukan sepenuhnya itu adalah senyuman bahagia.

"ini salahku," gumam Sooyaa pelan. Rose yang mendengarnya kemudian menatap Sooyaa dan menghela nafas.

"meski salahmu. jika hal ini terjadi maka penyesalan takkan membantu masalahmu. maka ikhlaskan dia," tutur Rose sambil menaruh bunga mawar putih yang berada di saku jas ke makam Jisoo.

Sooyaa mengusap air matanya lalu menatap Rose yang menatapnya balik, sudut bibirnya sedikit terangkat. hingga menampilkan sebuah senyuman yang sangat tulus di mata Rose, wanita pirang itu sampai terbengong.

"terimakasih atas kerja kerasmu mau menyadarkanku arti keluarga. aku mendapat karma atas keegoisanku telah mengabaikanmu saat itu," ucap Sooyaa. ia tersenyum tulus.

senyuman tersebut membuat Rose menyentuh permukaan bibirnya. ia menunduk lalu tersenyum balik pada Sooyaa.

"sama-sama Kim Sooyaa."

the END 

Forever With You (FWY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang