chapter 8

918 115 12
                                    

             Jisoo terbangun saat merasa tenggorokannya terasa kering. Gadis itu memutuskan keluar dan mengambil air minum.

Jisoo mengambil segelas air dan menegakkannya hingga habis. Ia menaruh gelas yang kosong itu dan berniat untuk melanjutkan tidurnya yang terganggu namun tiba-tiba suara mengagetkannya.

BRUKK!!

Jisoo segera berlari ke sumber suara yang berasal dari ruang tamu. Terlihat sosok gadis berambut pirang tergeletak di lantai, wajahnya mencium lantai. Namun, tertidur lelap.

Jisoo baru ingat, Rose berada di rumahnya. Ia memaksa gadis itu untuk menginap dan disinilah gadis itu sekarang. Tertidur di sofa dan tengah terjerembab ke lantai dalam keadaan tak sadar. Rose tidak ingin tidur bersamanya dan memilih tidur di sofa. Jadi, jangan salahkan Jisoo jika gadis ini dalam keadaan mengenaskan.

Namun Jisoo tak tega melihat Rose tidur seperti itu, hatinya merasa tak enak. Ia merasa menjadi tuan rumah yang kurang sopan.

Jadi, Jisoo akhirnya memutuskan untuk membangunkan gadis itu dan menyuruh untuk tidur bersamanya.

      Jisoo berjongkok, ia memanggil Rose agar gadis tersebut bangun. Namun, Rose tak kunjung bangun.

Jisoo menggenggam lengan Rose, panas. Ia melepas genggamannya dan menaruh punggung tangannya di dahi Rose. Seketika ia panik.

Oh tidak... Kau demam!, Batin Jisoo.

Pantas saja Rose tak kunjung bangun.

Tanpa pikir panjang,  Jisoo menggendong tubuh Rose dengan sekuat tenaga. Tubuh Jisoo bergetar, Rose benar-benar berat. Ia berusaha berjalan pelan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Jisoo merebahkan tubuh Rose dengan hati-hati.

"Dia makan apa sih?.... Gajah?," Umpatnya pelan sambil mengambil kompresan air hangat di dapur.

     Jisoo kembali ke kamarnya. Di taruhnya kain basah tersebut di dahi Rose.

Maafkan aku jadi merepotkanmu, batin Jisoo sedikit bersalah. Jisoo dengan lihai menggantikan kompresan tersebut dan kembali menaruhnya di dahi Rose.

"Jisoo," panggil Rose.

"Iya?," Rose tidak menanggapi nya, Jisoo menatap Rose bingung. Apa dia mengigau, pikir Jisoo.

"Aku takut," Jisoo menggenggam tangan Rose, ia menguatkan genggamannya saat menyadari sebulir cairan kristal nan hangat mengalir membasahi pipi Rose.

"Aku ada disini," hibur Jisoo walaupun ia tahu usahanya mungkin sia-sia. Rose mengeratkan genggamannya, bulir peluh keringat Rose mulai keluar.

"Sooyaa .... Kumohon jangan pergi," isu dia menyimak ucapan Rose "Jichu... Jichu adikmu," sambungnya.

Kali ini Jisoo benar-benar mematung. Jichu lagi .... untuk kedua kalinya Jisoo mendengar kata itu keluar dari mulut yang berbeda. Dan siapalagi .... Sooyaa? Kenapa rasanya Jisoo sangat penasaran dengan orang itu. Ia seperti pernah mendengarnya, tapi dimana?.

"Akhh..." Jisoo meringis pelan, kepalanya berdenyut.

'sooyaa, temani aku beli Mainan.'

'sekarang namamu secara tidak resmi berubah menjadi Jichu oke,'

suara-suara asing itu tiba-tiba datang, diikuti oleh bayangan anak-anak yang berpelukan menghampiri pikiran Jisoo. Ia sama sekali tidak mengetahui anak anak itu, penglihatannya tak terlalu jelas, warnanya masih seperti siluet.  Jisoo mencengkram kepalanya, rasanya otaknya mau pecah.

"Sooyaa ... Jichu! Jichu!! Jisoo," gumaman Rose membuat Jisoo semakin tersiksa. Ucapannya terasa seperti menyayat hati Jisoo.

"Hentikan!! Hen-hentikan!," Jisoo menutup kedua telinganya rapat- rapat.

Forever With You (FWY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang