chapter 18

623 86 14
                                    


       Irene mengunci ruangan OSIS setelah keluar dari ruangan tersebut. Helaan nafas yang dikeluarkannya, menandakan gadis itu dalam keadaan lelah. 

"Rene, maaf," Wendy tiba-tiba muncul di belakangnya.  Irene terdiam ... Ia enggan berbicara sekarang, apalagi sosok yang berbicara di belakangnya ini.

    
      Gadis itu memutuskan untuk berjalan meninggalkan Wendy yang berdiri menatapnya sedih. Ia tak ingin berurusan dengan gadis yang sudah memanfaatkannya dan membuatnya tersiksa.

Kau memang pantas harus merasakan hukumannya Wendy, batin Irene.

Irene berjalan hingga berada di perempatan jalan koridor, ia menghentikan langkahnya . Retina coklat kehijauan miliknya menatap sekitar, bermaksud mencari jalur tercepat untuk pergi ke kantin menemui teman-temannya.

       Tatapannya seketika jatuh pada gadis berambut hitam panjang sedang berjalan menuju perpustakaan. Ia tahu gadis itu. Adik kelasnya, Kim Jisoo.

        Irene mengunci pandangannya pada adik kelas tercintanya itu, tangan kanannya merongoh sesuatu di dalam Jas OSIS. Setelah mendapatkan barang " itu", gadis itu menunduk melihat barang digenggaman nya.

Terbesit rasa ragu dan gugup dalam dirinya, akankah ia diterima? Atau malah gadis itu sudah berpaling darinya. Irene meremas barang itu.

"Kau harus berani!," Gumamnya.

Irene kembali memasukkan barang tersebut ke dalam kantong dan berjalan mengikuti Jisoo yang sudah masuk ke dalam perpustakaan beberapa menit yang lalu.

     Disana, ia melihat Jisoo sudah tidak ada di perpustakaan utama. Satu-satunya orang yang terlihat di ruangan utama ialah Mr. Jimin yang sedang sibuk merapikan buku. Irene segera menghampirinya.

"Permisi Mr. Jimin, apakah anda melihat Kim jisoo di sekitar sini?," Tanya irene.

"Jisoo? Ooh ... anak itu sedang mengembalikan buku ke rak buku pojokan bagian kanan perpustakaan, ada apa memangnya?," Irene terkejut .

"Terimakasih Mr. Jimin !," Seru Irene berlari menuju jajaran rak buku yang seperti labirin kokoh. Mengabaikan pertanyaan Mr. Jimin. Hal itu membuat Mr. Jimin sempat bingung, namun kemudian mengendikkan bahu tak peduli.

         Keringat mulai keluar dari wajah cantik Irene. Gadis itu semakin menambah kecepatan berlari, hatinya semakin berdegup kencang. Merasa cemas.

Jisoo takut kegelapan gelap gulita,

Jika ia berada di tempat gelap pekat. Dia bisa kembali trauma dan Stress berkepanjangan.

        Ucapan seulgi pagi dan Lisa terngiang-ngiang di pikirannya. Otaknya semakin ditandai dengan rasa khawatir yang semakin meningkat. Kumohon bertahanlah!!. Irene memacu kecepatannya, lagi.

Ia terus berlari hingga akhirnya, dia sampai di penerangan lampu terakhir bagian Kanan perpustakaan, namun belum sampai di pojokan.

Nafasnya terengah-engah, 10 meter lagi ia akan sampai ke tempat tujuan nya. Tempat yang terasing, tergelap, dan terabaikan di Perpustakaan ini.

Irene yang tak kuat lagi berlari memutuskan untuk berjalan pelan masuk ke dalam lorong gelap. Tidak ada penerangan apapun di sini membuatnya sulit mencari keberadaan Jisoo.

namun suara kegaduhan buku yang bergeser yang dibuat oleh adik kelasnya itu membuatnya mudah mendapatkan Jisoo di dalam kegelapan.

Hingga akhirnya Irene tiba di lorong ujung pojokan perpustakaan bagian kanan, Irene merasakan Jisoo di sana. Ia berdiri di dibelakang Jisoo yang menaruh buku.

Forever With You (FWY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang