Chapter 22

594 70 2
                                    

"ehmm ... Jisoo, kenapa kamu makan di tempat seperti ini?, " tanya Irene hati-hati setelah menghabiskan makanannya.

gadis itu menatap Jisoo yang baru saja selesai menghabiskan nasi goreng nya, gadis itu meminum teh hangat hingga tak tersisa. lalu menatap Irene.

"memangnya kenapa Irene?," tanya Jisoo balik sembari membersihkan kotoran yang menempel di bibirnya yang dipenuhi minyak dengan tisu.

"kan makan disini gak sehat Jis ... kalau kamu sakit gimana?,"

manik cokelat kehijauan indahnya melirik sekitar dengan pandangan sedikit tidak nyaman. Melihat banyak kucing berkeliaran dimana-mana, bahkan salah satu kucing berwarna onyen memainkan rok sekolahnya. Dengan santai tanpa memedulikan Irene yang merasa rok sekolahnya akan melorot saat itu juga.

Jisoo terkekeh kecil, "itu resiko ... jika tidak bisa makan di restoran. lagipula, aku tidak bisa uang yang cukup buat makan di tempat mahal seperti itu. coba bayangin ... nasi di restoran harganya bisa sampai 8.000 , itu bisa dapat semangkok bakso kalau di tempat seperti ini. untung bukan?," Ucapnya sambil mengusap salah satu kucing liar berwarna hitam putih di sebelah kakinya.

Irene tersenyum aneh ... seperti terpaksa. dalam hatinya, ia merasa iba dengan kehidupan Jisoo yang pas-pasan. tidak seperti dirinya, yang dari dulu terlalu bergantung dengan kemewahan. Bahkan Kucing bisa mandiri seperti Jisoo,  batinnya sambil menarik keatas rok nya saat si kucing Onyen semakin senang bermain Rok sekolahnya.

"tapi aku gak papa kok ... asalkan bisa isi perut dan selama aku sehat-sehat aja. aku bakal masih ngelakuin hal ini," Sambung Jisoo sambil tetap tersenyum tanpa menatapnya.

tapi kan resikonya bakal terjadi nanti Jis, jawab irene tentunya dalam hati. Gadis itu tak tahan dengan kelakuan mesum kucing di bawahnya langsung menginjak ekor kucing berwarna Onyen tersebut hingga makhluk itu terjingat dan langsung menjauhi nya.

Jisoo menghentikan usapan kucing tersebut . Menyempatkan diri untuk menatap layar ponselnya sebentar, lalu panik seketika.

"eh? Irene! aku harus secepatnya pulang! aku gak bisa ninggalin rumah kelamaan," lalu gadis itu berdiri dari duduknya dan menghampiri sang penjual.

Irene melihat arloji di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan pukul 6 sore. gadis itu langsung berdiri dan langsung menghampiri Jisoo yang ingin membayar makanan mereka.

"ini pak, ambil kembaliannya," ucap Irene sambil menyodorkan selembar kertas berwarna biru pada si penjual nasi goreng,

"Makasih dek," ucap si penjual, lalu kembali sibuk melayani pelanggan lainnya.

Jisoo menatap Irene dengan tatapan sulit diartikan, "seharusnya aku aja yang bayar ".

"gakpapa, sekali-kali bayarin kekasih makan hehehe," cengir Irene bodoh sambil mengedipkan sebelah matanya membuat Jisoo blushing seketika.

"ayo pulang," Irene bejalan bergandengan bersama Jisoo menuju Mobil.

mereka akhirnya meninggalkan tempat tersebut.

singkat cerita, kini Jirene sudah berada di depan rumah Jisoo.

"Terimakasih untuk hari ini Irene," ucap Jisoo setelah melepas seatbelt.

"wahh ... ternyata kau sudah terbiasa memanggil namaku ya," goda Irene membuat wajah Jisoo merah padam. mau minta ditampol sumpah, tapi sayang, batin Jisoo.

"hehe ... it's okay Jisoo, lagipula aku menanggap hal ini sebagai kencan pertama kita," sambung Irene. Jisoo cengo sebentar,

"kencan itu apa?," Irene menepuk jidatnya mendengar ucapan Jisoo. ia baru teringat kepolosan Jisoo, (resiko pacaran dengan gadis polos tingkat dewa).

Forever With You (FWY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang