Pertama

6.7K 321 8
                                    

   Ciya gadis 20 tahun yang tengah tengelam dalam dunia novel yang sedari tadi menemaninya di malam yang gulita dan sunyi ini. Ia suka membaca cerita novel ditambah dengan musik yang mendukung, kebetulan ia membaca cerita fantasi maka dirinya akan memutar lagu dengan vibes fantasi.  Terus membaca tak memperdulikan bahwa jam sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari. Gadis biasa dengan badan yang pas sesuai umurnya itu tak peduli dengan kantung matanya yang menghitam. Siapa yang melarang?, Ia hanya tinggal sendiri jadi tak ada yang bisa melarangnya. Lagian besok, hari minggu jadi tak perlu begitu khawatir.

  Menghembuskan nafas lelah dengan  meletakkan novel itu di atas laci mejanya. Matanya sudah membengkak karena menangis membaca kehidupan sang antagonis yang menurutnya menyedihkan. Ya ,meski antagonis itu begitu jahat pada Duke dan orang di sekitarnya apalagi kepada seorang gadis yang menaruh hati pada Duke. Akan tetapi akhir ceritanya cukup menyedihkan, ia di cambuk dan di pegal kepalanya di depan kerumunan orang, lebih tepatnya di malam hari perayaan pergantian tahun.

"Meski Lo jahat ya tapi kan lu ada alasannya," ujarnya pelan,"lagian kenapa  sih bersikap nggak sopan ke laki lu. Kalau suka di ungkapin bukan di pendem dan malah nyakitin putri kecil yang kiyowo putri Adalena si pemeran protagonis,"dirinya terus berbicara sendiri.

"Au ah bodo amat. Lebih baik turu."

Ia mengambil handphone,melihat jam yang sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Masa bodoh, sudah di bilang ini hari Minggu dan dirinya tinggal sendiri.

  Karena terlalu lelah ia ketiduran hingga malam kembali menyapa.

  Gelap

Ia melihat sekitaran yang masih begitu gelap, mengedarkan ke segala arah tapi tak ada cahaya sedikitpun. Bangun dari tidurnya, kenapa begitu asing dengan kamarnya?. Kenapa letak tempat tidurnya begitu dekat dengan jendela kamar? Dan ya kenapa pakaiannya menjadi terusan begini? Bukannya ia mengenakan celana?. Menepikan pertanyaan ia harus meminum air sekarang karena dirinya dehidrasi. Membuka pintu kenapa ada lorong panjang?, Ini dimana?.

"Apa yang duchess lakukan di malam hari begini?."Tanya seseorang yang mengagetkan Ciya.

"Anjing."umpatnya.

"Eh?." Pengawal itu begitu terkejut.

"Eh sorry. Gue nggak sengaja tadi refleks." Ciya berucap tak enak.

Ia melihat tangannya kenapa jadi besar begini dan kenapa tubuhnya?, Tubuhnya?. Kecemasan melanda, tubuh siapa ini?, Kenapa badannya menjadi gemuk begini?.

"Ak-aku dimana?."Tanya Ciya terbata-bata.

"Kau di istana Nyonya duchess. Ada apa?."Tanya pengawal itu khawatir.

"Ah, maafkan aku tapi bisakah kau ambilkan ku air. Aku begitu haus."

"Baik Nyonya Duchess, tunggu sebentar." Dirinya pamit ke dapur.

Ciya berjalan ia harus mencari cermin sedangkan di kamarnya begitu gelap, dirinya tak tau mencari cahaya dimana. Dirinya  memutuskan mengikuti pengawal itu dengan tergesa-gesa dan  berlari.

Ciya terjatuh menabrak seseorang yang berdiri tegak. Mendongak menyipitkan matanya menatap pria Tegap didepannya. Ia bersusah payah berdiri membersihkan gaunnya yang sedikit kotor meski sebenarnya tak nampak juga debu itu.

"Kau siapa?."Tanya Ciya.

"Apa kau mabuk Duchess Irana."Tanyanya.

Suara yang cukup berat ter alun di indra pendengarannya. Irana  mendongak karena tingginya tak seberapa dengan pria di depannya.

"Duchess Irana?."Gumam Ciya."Tunggu, kenapa namanya tak asing? Ini aneh."

"Kau kenapa?."

"Nyonya duchess ini airnya." Tiba-tiba pengawal pria tadi datang memberikan segelas air. Air yang di taruh di dalam wadah perak.

Ciya menerima dan meminumnya hingga tandas lalu  mencari tempat yang mungkin bisa ia lihat, meski dengan penerangan bulan yang masuk di celah-celah Ciya bersusah payah bercermin dari wadah minum ini. Ia begitu terkejut bahkan sampai terjatuh lagi.Wajahnya berubah, kenapa wajahnya bulat begini?.

"Apa ini transmigrasi?."Tanyanya pelan pada dirinya sendiri."Ini beneran?"

"Kau kenapa?."Tanya pria Tegap itu lagi. Ia terpancing emosi karena Irana mengabaikannya.

"Duke Xagara Griffiskra?."Ia menatap manik biru tua milik pria itu. Dengan ragu pria mengangguk.

Sudahlah, memang ia transmigrasi ke dalam tubuh antagonis berbadan gemuk. Bertransmigrasi ke dalam novel yang belum lama ia baca.

"Dan kau Mogaril? Pengawal yang selalu berada di depan kamarku?."Tanya Ciya menatap Pengawal itu dan dengan Ragu dan tatapan bertanya ia mengangguk.

"Ya tuhan dosa apa yang aku lakukan?"lirihnya menatap keduanya yang juga tengah menatap dirinya heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya tuhan dosa apa yang aku lakukan?"lirihnya menatap keduanya yang juga tengah menatap dirinya heran.

Tersadar, Ciya berdiri dan menatap keduanya. Ia mengangkat dagunya dan menatap datar penjaga itu."Kembalilah menjaga di depan kamarku. Aku akan menyusul."

"Baik Nyonya duchess. Saya permisi."

Ciya atau Irana mengangguk.

"Irana Liyzakvaz Griffiskra memberikan hormat kepada Duke Xagara Griffiskra agar selalu diberikan kebahagiaan dan kesehatan." Irana sedikit menunduk memberikan penghormatan.

"Aku permisi dulu karena hari yang sudah tengah malam aku jadi suka tak fokus. Aku suka bertingkah konyol saat malam hari begini. Maafkan aku yang mulia."

Irana berjalan cepat melewati Xagara meski percuma karena tangannya sudah di tahan. Irana berbalik dan menatap Xagara dengan senyum manisnya. Pipi yang memerah dan wajah bulat membuatnya begitu sangat imut dan jangan salah ia juga cantik.

   Xagara berdehem."Apakah kau sakit?."

"Ah aku tak sakit. Sudah ku bilang aku suka bertingkah konyol di malam hari. Huh maafkan aku membuatku menjadi tak nyaman,"ujar Irana tak enak.

"Tak masalah dan tak biasanya kau tak menepis tanganmu. Biasanya kau akan selalu mengabaikanku."

"CK apa karena pernikahan politik begini aku jadi mengabaikan mu?. Wah aku sangat bodoh sekali bagaimana bisa aku mengabaikan pria tampan di depanku?. Aku sungguh gila, sepertinya aku tertutup roh jahat hingga tak bersikap baik padamu."Irana terus menyerocos dan Xagara yang terus memandangnya.

Meski hanya ada pencahayaan bulan yang minim akan tetapi wajah cantik istrinya dan keimutannya tak pernah hilang. Ia menyukai Irana meski Irana tak pernah menatapnya dan tak memperdulikannya. Tapi yang ia lihat sekarang?, Irana berbeda.

"Maafkan aku, apakah kau tak nyaman?. Aku banyak berbicara."Irana menatap manik biru tua milik Xagara.

Xagara menggeleng dengan senyum tipisnya.

"Aku benar-benar masuk ke tubuh Irana. Apa yang harus aku lakukan?, Apa aku akan mengikuti alur agar aku bisa kembali ke duniaku?."batinnya.

"Kau tak apa?."Tanya Xagara khawatir.

"Oh tidak apa-apa. Aku harus istirahat sekarang."

"Baiklah.. selamat malam duchess."

Irana mengangguk berjalan meninggalkan Xagara yang terus menatapnya.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang