Empat puluh tujuh

377 23 0
                                    

  Irana tengah bertapa mengumpulkan sihir Orgstras yang merupakan sihir turun temurun Bytra di tambah sihir-sihir lain dan setelahnya ia mengambil pedang lalu berlatih di dalam kamar ini. Sementara berlatih, pintu kamarnya di ketuk dengan Irana yang terhenti dari latihannya. Ia berjalan mendekat dan membuka pintu, terlihat Raja dan Ratu.

"Ayah?, ibu?, masuklah"Ucap Irana membuka lebih lebar pintu dan mempersilahkan keduanya masuk.

"Kami akan menjagamu Irana, ayahanda telah menyiapkan banyak penyihir agung jadi kau akan tetap aman."Tutur Raja Liokara yang di angguki Aulia.

"Kami hanya menyampaikan itu saja, kau silahkan beristirahat."Tutur Aulia lembut dan mengelus pelan bahu Irana lalu keduanya berlalu pergi.

"Maafkan aku, tapi aku tak ingin kalian kenapa-kenapa. Ini juga demi kebaikan kalian."Gumamnya menatap keduanya yang berlalu pergi.

    Di tempat lain banyak sekali prajurit yang tumbang dan ada juga dari monster yang terbunuh, di sini juga ada beberapa penyihir agung yang membantu. Xagara melayangkan pedang nya menebas para musuh di depannya, tak perduli dengan wajah dan tangannya yang penuh darah. Dan hari pun mulai gelap, langit mulai menunjukkan bahwa telah malam tapi siapa peduli?, Xagara terus menebas mereka di depannya.

  Menghindar dari serangan monster tapi lengannya seakan di gores terkena kuku yang amat tajam dari monster hijau di depannya. Xagara mengatur nafasnya dan mengeluarkan sihirnya membuat monster itu hancur sehancur-hancurnya.

  Terus melawan sampai semuanya terasa begitu lelah, waktu terus berlalu dan monster pun seakan enggan untuk habis bahkan mereka seakan bertambah bringas. Dirinya terduduk setelah melawan monster di depannya, ia mendongak menatap bulan yang amat terang, dengan penerangan bulan dan lentera, Xagara menunduk dan setetes air mata jatuh begitu saja. Dirinya merasa gagal, gagal menjaga rakyatnya, gagal menjaga mereka agar selalu aman. Xagara tak mungkin tak melakukan apapun, apalagi di bantu Irana, semua pengawal di kerahkan di setiap rumah warga, meski begitu tak elak beberapa dari mereka kalah dan Xagara harus mendengar teriakan kesakitan dari parah rakyatnya.

   Lion, Hiram, Reyka dan Miko datang mendekat, keempat nya seakan saling bertolak untuk berucap sampai Xagara menyadarinya dan mendongak menatap mereka.

"Ada apa?."

"Maafkan kami Duke karena menganggu dirimu akan tetapi sebentar lagi akan pergantian tahun, kami sarankan agar Duke kembali ke istana kerajaan untuk menemani Ducches."Ucap Hiram.

Xagara langsung tersadar dan baru teringat akan istrinya, ia bangun dari duduknya dan berlari pergi tapi sebelum pergi, Hiram kembali memanggilnya.

"Duke kami mempunyai kuda, sebaiknya gunakan kuda."

Xagara mengangguk dan tersenyum tipis, ia menunggang kuda menuju kediaman istana raja.

   Poran berjalan dan sampai di depan pintu istana kerajaan, ia dengan cepat menggunakan teleportasi dan dengan cepat dirinya sudah berada di kamar Irana.

"Meski mereka memakai penyihir agung, aku bisa dengan mudah memasuki kerajaan."Gumamnya.

Irana yang sedang meminum airnya terkejut dengan Poran yang muncul di depannya, ia terus menatap Poran yang seakan bergumam.

"Hai, apa kabar Ciya?."Tanya Poran mengangkat tangan kanannya dan tersenyum pada Irana atau Ciya.

"Kenapa kau bisa masuk ke sini?"Tanya Irana mundur beberapa langkah.

Poran tersenyum dan berjalan mendekat hingga Irana tak bisa mundur karena tubuhnya sudah berada di ujung dan menempel pada tembok.

"Ciya, mari pulang, ini bukan dunia mu."Ucap Poran menatap Irana.

Irana juga menatapnya, ia jadi teringat akan ucapan Irana.

  Kau mencintai Evan, jangan cintai Xagara."
   Aku ingin kembali ke ragaku. Ciya, jangan cintai Xagara, Xagara milikku,"ucapnya lagi.

  Irana menatap kedua mata Poran, ia mengepalkan kedua tangannya.

"Ya tapi biarkan aku melenyapkan raja monster."Putus Irana.

"Aku ingin mengubah alur tapi seakan tertahan."Ucap Poran.

"Apa Editor telah mengubahnya?, bukankah kamu membuat novel yang akan di terbitkan di salah satu penerbit dan aku rasa editor nya?, mungkin"Ujar Irana atau Ciya.

Poran mencerna apa yang di ucapkan Ciya atau Irana, apa yang diucapkan ada benarnya juga. Tapi kenapa dirinya melakukan hal seperti itu?.

"Tapi novelnya telah terbit, kau telah membaca nya kan?"Tanya Poran, karena tak mungkin editor, sudah sangat jelas bahwa cerita itu telah di terbitkan dan di pasarkan.

Irana mengangguk kembali memikirkan apa yang Poran katakan, tapi dirinya kembali menggeleng karena bukan saatnya memikirkan hal itu, ada hal yang lebih penting.

"Poran, bantu aku mengalahkan raja monster dan setelahnya aku meminta Adalena agar jiwa Irana asli bisa kembali dan setelah itu, aku akan ikut denganmu. "Ucap Irana dengan yakin. Ya apa yang ia putuskan adalah benar, meski dirinya mendapatkan cinta dari Xagara tapi ia tak boleh egois, Irana adalah istri Xagara maka Irana lebih pantas mendapatkan hal itu, lagian Irana juga mencintai Xagara dan Xagara mencintai Irana.

  Ciya yang berada di tubuh Irana mengangguk beberapa kali, mencoba meyakinkan dengan apa yang ia pikirkan.

   Irana asli tengah duduk terdiam di taman itu menatap bunga-bunga yang begitu indah tapi tidak dengan tatapannya yang begitu datar, tak ada seutas senyum dan hanya wajah datarnya. Dirinya mendongak saat ada yang berdiri di depannya, penyihir agung yang pernah mengajar di akademi waktu ia sekolah.

"Apa yang kau pikirkan?."Tanya penyihir agung yang ikut duduk di samping Irana.

"Apa Ciya bisa melewati semuanya?. Jika tidak maka aku akan ikhlas jika jiwa ku di ambil."Lirih Irana.

Penyihir agung itu ikut menatap hamparan bunga di depannya.

"Irana, kata orang kita tak boleh pesimis, aku percaya Ciya bisa melewati hal ini. Dirinya adalah gadis yang baik, ia tak akan segan membantu seseorang yang menurutnya bisa ia bantu. Jika di pikir-pikir, dirinya tak perlu repot-repot membantu mu mengalahkan raja monster itu tapi karena hatinya seperti dirimu maka ia akan membantumu sebisanya."Ucap penyihir agung itu."Dan ya, dirinya juga sudah putuskan bahwa ia akan kembali bersama Evan atau Poran itu. Dia juga akan meminta Adalena untuk membacakan mantra pelepasan kalung itu. Bukankah dirinya baik?."

Irana mengangguk."Penyihir agung Rihom, kau penyihir agung yang sudah mengetahui semua tentang diriku maka aku bisa meminta tolong agar membantu Ciya sebisamu?."Tanya Irana meminta pertolongan.

Penyihir agung Rihom yang merupakan penyihir agung tempat dirinya belajar saat masa akademi. Kini penyihir Rihom sudah lebih dari setengah abad atau bisa di bilang sudah berusia 78 tahun.

"Aku akan membantu."

Irana tersenyum, dirinya berharap Ciya bisa melewatinya dan dengan terus berdoa agar Ciya bisa selamat.

    

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang