keempat

2.7K 185 1
                                    

Hari telah malam dan mereka memutuskan untuk beristirahat dengan para ksatria yang membuat tenda. Ada tiga tenda, dua untuk ksatria dan satunya untuk Irana dan Xagara. Dan Irana juga telah berganti dengan gaun yang lebih santai, hanya dress merah muda yang berpaduan dengan warna putih. Mereka berkumpul dan makan malam bersama. Menurut Irana nasi dan ikan bakar ini sangat enak.

"Emm ikan dan nasinya sangat enak." Ucapnya penuh semangat sambil menatap Miko, salah satu ksatria dengan surai merah maron nya.

Tersenyum manis."Terima kasih Nyonya duchess Irana, saya sungguh tersanjung."

"Tunggu sebentar."Irana berjalan masuk ke tenda dan keluar setelah beberapa menit. Ia berjalan melewati Xagara dan duduk di samping Miko.

Xagara yang melihatnya hanya menatap datar berbeda dengan hatinya yang terbakar api cemburu. Irana memberikan syal bahkan ia pakaikan di leher Miko.

"Itu adalah hadiah dariku. Terima kasih telah membuat makanan seenak ini."Tuturnya lembut dengan senyuman yang masih merekah bahkan tatapannya masih terus menatap Miko.

"Saya sangat mengucapkan terima kasih."

"Sama-sama Miko. Aku harap kau selalu memakainya. Ini sangat hangat karena di buat dengan cinta"ucap Irana.

"Irana!!."Tegur Xagara dengan tatapan tajamnya tapi Irana tak peduli, dirinya mengambil ikan di piring Miko untuk di makannya karena ikan di piringnya telah habis saking enaknya. Dengan api unggun yang menjadi pencahayaan di antara mereka yang mengelilingi, Irana duduk di samping Miko dan makan ikan bakar dengan lahap.

Sementara para ksatria yang lain sudah tahan nafas merasakan aura tajam milik Duke Xagara.

"Irana!."Bentaknya yang berhasil mengagetkannya.

"Kau!!."Teriak Irana. Ia bisa saja tersedak, untungnya Miko dengan cepat memberikan air dan menepuk belakang lehernya.

"Turunkan tanganmu dari istriku dan jaga jarakmu, Miko!!."Peringat nya.

Miko dengan cepat menjauh bahkan mereka semua berlari menuju tenda yang sudah di bagi.

Xagara berjalan dan duduk di samping Irana sedangkan Irana menatapnya tajam. Kejam sekali, percuma tampan tapi sangat kejam.

"Kau kejam sekali. Apakah kau ingin aku mati?. Kenapa berteriak?. Sungguh mengagetkan."bentaknya.

"Masih bertanya?." Xagara menarik bahu kiri Irana dan kini Irana berhadapan dengannya.

"Sudah pasti aku cemburu. Apa lagi?."Desisnya.

"Apa kau mencintai ku?."Tanya Irana yang menatap Xagara serius.

"Ya."

Jawaban cepat dan tanpa keraguan dari Xagara berhasil membuatnya tertegun. Ini benar-benar, alurnya telah berantakan saat dirinya datang kesini. Biasanya jiwa yang bertransmigrasi akan mengalami kecelakaan sebelum nya akan tetapi dirinya hanya tertidur dan terbangun pada raga lain.

"Aku ingin tidur."Irana berjalan meninggalkan Xagara yang terus menatapnya.

Tubuhnya sedikit terkejut tapi setelahnya ia berpura-pura tertidur saat menyadari Xagara masuk ke dalam tenda mereka bahkan berbaring di sampingnya.

"Apakah kau sudah tidur?,"tanya Xagara pelan tapi Irana tak menjawab.

"Baguslah jika sudah tidur. Aku malu karena ucapan ku tadi. Huh, bagaimana bisa aku mengungkapkan begitu saja."

Dirinya menarik selimut Irana dan menyelimuti tubuhnya. Xagara mendekat memeluk Irana.

"Aku selalu memeluk mu dari belakang setiap hari setelah kau tertidur pulas."

"Benar-benar mencintai Irana. Bukannya ini bagus?, Ini akan mempermudah jalannya agar ending dari Irana tak mengenaskan,"Batinnya.

"Sayang."Panggil Irana pelan, ia berbalik badan menatap Xagara yang menatapnya terkejut. Tersenyum, tangan kanannya terulur mengelus pipi Xagara. Satu yang Irana suka, ia suka sekali mengecup bibir Xagara. Dan lagi, ia melakukannya dan lagi tak ada penolakan.

"Tidurlah. Besok kita harus melanjutkan perjalanan kita."ucap Irana lembut.

Mengangguk,Xagara memeluk Irana erat

"Aku mencintaimu Irana. Tak sekalipun rasa ini berubah. Aku mencintaimu dan kau milikku , hanya aku. Dan aku tak suka jika kau bercanda dengan pria lain. Itu membuat ku cemburu dan rasa untuk membunuh pria itu meningkat,"batinnya.

Berlari dirinya terus berlari tak akan ia biarkan pria bajingan itu melecehkannya. Dengan gaun hijau muda yang panjang ia berlari di hutan dengan pohon-pohon yang tinggi. Tak peduli kakinya terluka mengenai ranting-ranting kayu dan duri yang ia injak. Tak peduli berapa sakitnya tapi ia harus bisa melindungi dirinya. Keringat sudah membasahi wajah dan tubuhnya, suara teriakan pria bajingan yang sialnya adalah kekasihnya terus terdengar.

"Irana berhentilah, kau membuatku lelah. Apa susahnya kita berhubungan ranjang!!!."teriaknya.

Ia dengan cepat berlari dan Yap, dirinya berhasil menangkap Irana yang sudah kehabisan nafas. Irana tersungkur di tanah dengan tangan dan kaki yang sudah berdarah terkena duri ataupun ranting pohon.

"Aku mohon, aku mohon jangan lakukan itu Jio, aku mohon."Pinta Irana menangis tersedu-sedu, ia memundurkan tubuhnya dengan tatapan takut menatap Jio yang sudah tersenyum mesum dan tatapan penuh nafsu.

"Apa yang tertarik dari tubuh gemuk ku. Ku mohon lepaskan aku."Ucapnya bergetar ."Jio"Teriaknya saat Jio menarik paksa gaunnya hingga betisnya terlihat jelas.

"Kau sangat sehat. Uh aku menyukai yang besar-besar."Ucapnya pelan dengan tatapan mesum.

"Aku mohon lepaskan aku. Aku mohon." Pintanya. Irana tak tau apa yang harus di lakukan.

"Jangan!!!."Teriaknya.

"Ada apa?."Tanya Xagara yang terbangun.

Dengan nafas tercekat ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, keringat yang membasahi wajahnya. Mimpi apa itu?, Apa itu ingatan Irana?, Apa dirinya pernah di lecehkan?. Seketika rasa sakit menyelimuti dirinya, ia pun menangis dengan menutup mulut tak mau jika para ksatria terbangun.

"Irana?. Kau kenapa?,"tanya Xagara khawatir.

"Gara."Rintihnya memeluk Xagara, ia menangis tersedu-sedu.

"Tenanglah." Xagara mengelus punggung Irana hingga beberapa saat sampai Irana melepas pelukannya.

"Apakah sudah lebih baik?."

Irana mengangguk,"Terima kasih. Aku jadi merepotkan mu."

"Kau istriku jadi sudah sewajarnya. Kau kenapa?. Apa mimpi buruk?,"tanya Xagara lembut.

"Sepertinya tapi begitu nyata."

"Sudahlah. Kau istirahat lagi mungkin karena dirimu begitu lelah."

Irana mengangguk, mungkin saja ia lelah,"Terima kasih."

Dan keduanya kembali tidur dengan Xagara yang senantiasa memeluk tubuh Irana

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang