Dua puluh lima

661 45 0
                                    

  Kedua tangan saling bertaut dengan senyuman manis yang terukir di wajah masing-masing. Tangan kiri Irana ia gunakan untuk memegang apel dan Xagara?, pria itu juga tersenyum begitu manis. Irana mengigit apelnya bahkan wajahnya memerah mengingat pengakuan nya tadi. Dirinya terkejut saat tubuhnya di tarik menghadap ke arah Xagara dan tanpa permisi Xagara mengambil apel yang belum masuk sepenuhnya ke mulut Irana. Kedua matanya membulat menatap Xagara yang tengah mengunyah apel itu. Satu kecupan mendarat di bibir Irana dan lagi-lagi membuat Irana terdiam.

"Sangat manis,"ujarnya.

Ima yang berjalan di belakang mereka menggaruk tengkuk yang tak gatal. Dirinya harus berada di situasi sekarang sungguh membuatnya tak tau harus berbuat apa.

"Permisi Duke dan Ducches."

Keduanya berbalik apalagi Irana yang terkejut."Ima?. Kenapa kau berada di belakang ku?. Maksud ku kau sedari tadi?."

Ima mengangguk dengan menggaruk pipinya yang tak gatal."Kalau begitu aku akan pergi terlebih dahulu, permisi."Ia membungkuk lalu berlari meninggalkan keduanya.

"Apa yang Ima pikirkan?,"gumamnya.

"Sudahlah bukannya sebelumnya ia melihat kita yang tengah berciuman?. Jadi santai saja."ujar Xagara mengambil apel di tangan Irana lalu menggigitnya dan memakannya.

   Adalena terbangun ia melihat ke sekitar, sekarang ia berada di kamarnya. Ia mendengar bisik-bisik."Sekarang sihirmu telah hilang. Baik sihir jahat mu atau sihir pelindung mu. Kau tak ada sihir sama sekali."

Ia menunduk, siapa lagi yang membisikkan itu kalau bukan penyihir yahghiro. Suaranya yang berat menjadi Ciri khas tersendiri.

Adalena membuka sedikit bagian atasnya melihat ada tanda serigala berbulu abu-abu tepat di antara dada bagian atas. Ia menghembuskan nafas lelah, jika begini bagaimana ia bisa membuat Xagara menjadi miliknya?.

"Irana sialan. Badan besar seperti itu mengharapkan cinta seorang Duke?. Bagaimana bisa?, akulah wanita sempurna tak seperti mu yang banyak kekurangan."

  Langit malam telah menyapa dengan Ima yang sudah berjalan pelan ke kamarnya karena begitu lelah bekerja. Saat membuka pintu kamar ia di kejutkan dengan seseorang yang menarik dirinya keluar istana lebih tepatnya membawanya ke arah taman. Ia menepis tangan itu kasar dengan tatapan tajam ia menampar pria dengan tubuh tinggi itu. Jangan mengira bahwa Ima pendek, wanita itu juga tinggi. Dirinya menatap tajam pria itu dengan dirinya yang membuka perlahan jubah yang menutup wajahnya. Betapa terkejutnya Ima dengan orang yang berdiri di depannya.

"Tuan Vano?."Tanya Ima terkejut. "Sedang apa kau di sini?, dan kenapa menarik ku ke sini?. Apa ada sesuatu yang penting?."Tanya Ima.

"Aku hanya ingin melihat wajah cantikmu."ucapnya mengelus pipi nya yang memerah. Sungguh tamparan Ima sungguh kuat sampai-sampai pipinya begitu memerah.

Ima berdecih."Hei sialan, kau pasti pria mesum. Jangan macam-macam dengan ku sebelum ku panggil pengawal. Hei? Kau dengar?."Tanya Ima setelahnya ia terkejut saat tubuhnya seakan terbang membuat ia refleks memeluk tubuh Vano.

"Kenapa takut?."Tanya Vano yang sudah membawah Ima keluar dari kawasan istana.

Ima memeluk kuat, ia juga takut ketinggian."Dasar sialan!!. Kenapa kau terbang?!."Teriak Ima di dalam dekapan Vano yang berhasil membuat Vano tersenyum begitu manis.

"Kau sangat manis,"tuturnya lembut.

  Di tempat lain Irana baru saja memasuki kamarnya. Saat menutup pintu dan berbalik ia di kejutkan dengan Xagara yang hanya memakai celananya yang pastinya perutnya yang berbentuk sixpack itu terlihat jelas. Membuat Irana menelan Saliva susah payah, ia berdehem mencoba mengurangi rasa gugup.

"Ini su-sudah malam."ujarnya terbata-bata sambil berjalan melewati Xagara menuju lemari mengambil gaun tidurnya.

  Ia berjalan ke arah kamar mandi, baru saja ingin membuka pintu tubuhnya di peluk dari belakang membuat tubuhnya menegang.

"Ayo mandi bersama."Bisik Xagara.

Irana melepas dirinya dari Xagara."Hei!. Kau gila?. Mandi saja sendiri kenapa harus mandi denganku?. Kita sudah dewasa bukan anak kecil lagi!."Ucap Irana berteriak.

"Kenapa harus berteriak?, berucap pelan saja bisa. Oh apakah kau gugup sayang?."Tanya Xagara mendekat.

Irana dengan cepat membuka pintu kamar mandi dan kembali menutupnya tak lupa ia mengunci. Gedoran dari luar tak ia hiraukan, dirinya memilih merendamkan tubuhnya di bak mandi dengan menutup matanya sampai tak menyadari bahwa ada yang juga berendam di sampingnya. Irana menyadari saat pinggang nya di peluk dan reflek Irana berteriak.

"Huaaaa pria mesum!!!."Teriaknya.

"Aku suamimu."Ucap Xagara pelan sambil mengelus pelan surai hitam Irana.

Irana menutup dadanya dengan kedua tangannya. "Hei!. Bagaimana bisa kau tertarik dengan badan besar ini. Lengan,, lengan ku besar. Jika aku pukul, kau akan terluka."Ucap Irana gugup.

Xagara berkekeh."Tubuhmu karena keturunan mu, oh ya aku menyukai mu apa adanya sayang dan ya kekuatan ku lebih besar darimu."

Irana hanya bisa terdiam ia terus berendam tak peduli Xagara yang menyuruhnya untuk menyudahinya.




FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang