Tiga puluh delapan

466 36 1
                                    

    Adalena kini menuju ke istana Duke dengan embel-embel merindukan Irana, dirinya memang berniat melakukan hal itu secara cepat, ia ingin memiliki Xagara dan tak ingin jika Skara terus saja mengganggunya. Di depan pintu istana ia berpapasan dengan Xagara yang akan keluar, dengan menampilkan senyuman manisnya Adalena tersenyum begitu lebar.

"Sedang apa kau kemari?."Tanya Xagara dengan nada tak bersahabat, ia juga tidak menatap Adalena.

Adalena yang mendengar pertanyaan itu di buat cemberut, kedua bibirnya ia manyungkan dengan ekspresi kesal. Tak lupa kedua tangannya yang ia cakarkan pada pinggang.

"Kau kenapa?, kenapa dirimu tak pernah berbicara lembut kepadaku?."

Xagara berdecih pelan, ia melewati Adalena begitu saja malas untuk menangapi manusia tak jelas itu.

  Kini Adalena berjalan menuju kamar Irana meski begitu di belakangnya ada beberapa pengawal yang mengawalinya. Meski begitu ia tak nyaman karena seakan pergerakan nya selalu di perhatikan dan merasa menjadi orang yang di waspadai. Karena itu ia berbalik menatap kelima pengawal.

"Hei, kalian kembalilah bekerja. Aku bisa pergi sendiri dan tak perlu mengawalku,"katanya mengusir mereka.

"Kami sedang menjalankan tugas dan tugasnya mengawasi mu nona,"jawab seorang pria bersurai abu-abu.

Adalena kembali berbalik berjalan cepat menuju kamar Irana, saat di depan pintu pun ia di hadang oleh empat pengawal yang menjaga di depan kamarnya membuat Adalena menghembus nafas lelah. Kesabaran nya seakan di uji oleh manusia-manusia ini.

"Irana, ini aku Adalena."Teriak Adalena mencoba menggedor pintu meski usahanya tak membawakan hasil karena tubuhnya di dorong lebih dulu.

  Meski begitu Adalena tak menyerah, dirinya terus saja berteriak memanggil nama Irana hingga tiga kali pun pintu terbuka menampilkan Irana yang masih memakai gaun tidur dengan rambut sedikit acak-acakan. Adalena menampilkan senyum manisnya dan merapikan rambut berwarna merahnya.

"Hai, apa kabar?."Tanya Adalena basa-basi.

Irana membalas nya dengan senyuman dan mengijinkan Adalena masuk ke kamarnya, Irana juga mengetahui jika kekuatan Adalena telah hilang sepenuhnya karena semua laporan dari Skara. Ternyata Skara telah membuntuti Adalena cukup lama.

Saat di dalam kamar dan pintu kembali tertutup, Irana mempersilahkan Adalena untuk duduk di kursi yang berada di kamar tersebut. Setelah duduk Adalena melihat sekitar dan kembali menatap Irana dengan senyuman manisnya.

"Pengawal!."Panggil Irana membuat pintu di ketuk dengan suara nyautan dari luar

"Ya Ducches."

"Masuklah."

Seorang pengawal masuk dengan menunduk.

"Beritau pelayan berikan dua cangkir teh dan makanan kecil lainnya."

Pengawal itu mengangguk dan pamit pergi meninggalkan Irana dan Adalena sendiri.

"Bagaimana kabar mu?."Tanya Irana basa-basi sambil merapikan rambutnya.

"Aku baik-baik saja, lalu dirimu bagaimana?. Kau seperti orang sakit sekarang."Tanya Adalena menatap Irana yang memang seperti kurang tenaga.

"Ya aku memang sedang sakit apalagi setelah kejadian keracunan waktu itu. Aku jadi cepat lelah."Katanya mencoba membuka kembali memori waktu itu.

Irana bisa melihat Adalena tersenyum begitu tipis tapi ia memilih tak peduli. Setelah beberapa saat minuman beserta cemilan pun datang dengan Irana yang meminumnya lebih dulu di ikuti Adalena.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang