Empat puluh delapan

364 19 0
                                    


  Malam hari yang seharusnya di lalui dengan riang gembira kini terganti dengan suasana yang mencengkam. Irana atau Ciya tengah duduk bersama dengan Xagara di kamar mereka, keduanya tengah berhadapan dengan senyuman. Irana mendekat dan mencium kening Xagara, ia menjauhkan wajahnya dan kembali menatap Xagara.

"Xagara, tetap cintai Irana apapun itu, jika Irana sedikit berubah tolong kau biasa dan cintai lah Irana"Pinta Ciya yang berada di tubuh Irana dengan kedua tangan yang mengengam tangan Xagara.

Xagara mengantikan dengan memilih mengengam tangan Irana, ia mendekat dan mencium kening Irana cukup lama. Ia menjauhkan wajahnya dari Irana dan kembali menatap Irana.

"Kau adalah istriku dan rasa sayang maupun cinta akan selalu sama. Maka tetap bersama denganku apapun itu."

   Suara raungan serigala terdengar beserta suara-suara gemuruh dari arah luar. Keduanya berjalan mendekat dan melihat dari jendela, banyak sekali Monster yang mencoba masuk. Banyak penyihir agung dan prajurit, pengawal dan ksatria yang melawan para monster. Lagi dan lagi terjadi pertumpahan darah, kedua tangan Irana terkepal kuat, ia menatap bulan yang begitu terang menyinari bumi.

"Sebentar lagi"Gumamnya.

Xagara menatap ke depan, ia harus meminta Irana agar tetap berada di kamar yang sudah di berikan sihir pelindung, saat ingin menoleh dirinya sudah tak mendapati Irana di sampingnya. Sudah pasti Xagara ikut berlari turun, takut jika Irana melakukan hal nekat.

  Irana berlari dan melewati pintu yang di mana raja dan ratu mencoba menghadangnya meski berakhir sia-sia, Irana berlari keluar.

  Xagara berlari turun tapi saat berada di pertengahan tangga dirinya merasa tangan kirinya begitu sakit dan dadanya terasa di tikam, ia menaiki sedikit baju lengannya yang menampilkan tangannya yang sudah mulai hijau. Kembali dirinya menutupi tangannya dan berlari ke bawah.

   Irana berlari dan tepat di depan pintu gerbang, dirinya berteriak."Jangan menyerang, jika kalian menginginkan ku maka datanglah ke pusat kota, jangan sakiti dan lenyapkan manusia yang tak bersalah."Teriak Irana bahkan urat-urat lehernya begitu kentara.

Sudah pasti penuturan Irana akan di bantah oleh semua apalagi raja dan ratu berlari mendekat dan langsung menggeleng tak setuju, dan saat itulah para mosnter seakan pergi dari tempat itu.

"Seharusnya sedari awal,kenapa aku membiarkan mereka melukai para rakyat?."Lirih Irana.

"Sayang, jangan lakukan hal yang akan kau sesali, percayalah kami akan membasmi mereka jadi tetaplah disini agar kau selalu aman"Tutur Aulia lembut.

Irana menggeleng dan berlari keluar meski begitu tak ada seorang pun yang seakan mencoba untuk menahannya, Xagara berlari melewati kedua orang tuanya dan menyusul Irana atau lebih tepatnya mencoba menghentikan Irana.

  Keempat ksatria sudah pasti ikut di tambah para ksatria lain, prajurit dan pengawal. Mereka mengikuti setiap langkah Xagara.

  Kini Irana telah berdiri di pusat kota, ia melihat sekeliling terasa begitu sepi, dimana mereka?.  Gaun hijau yang ia gunakan yang panjangnya sampai mata kakinya itu tengah melihat sekeliling mencari di mana para monster itu, sudah pasti ia juga menyimpan senjatanya pada sihir miopranja yang merupakan kantung menaruh segala hal.

"Keluarlah"Ucapnya remeh menatap sekitar.
  Seketika begitu banyak sekali monster-monster yang muncul di balik bangunan-bangunan. Dirinya mundur beberapa langkah terdengar Xagara memanggil namanya, ia berbalik menatap Xagara yang berlari mendekati nya dan kini berada di sampingnya.

"Apa yang ingin kau lakukan?. Ayo kembali akan aku tangani."

Irana menggeleng dan kembali menatap ke depan."Dari pada kalian yang terbunuh lebih baik tunjukan raja kalian."

Xagara menggeleng, dirinya tak rela jika Irana akan terluka.

"Ayolah sayang, kembalilah." Bujuk Xagara memegang tangan kiri Irana.

Irana melepas pelan tangan Xagara."Kau  boleh membantuku tapi tetap cintai aku apapun yang terjadi."

  Saat keduanya saling menatap seketika suara dari prajurit begitu terdengar yang berteriak melihat wujud asli dari raja monster. Irana melihat ke depan begitu juga dengan Xagara, Monster yang begitu besar bahkan Irana tak tau berapa tingginya akan tetapi badannya begitu besar, terdapat duri-duri besar dan hitam pada tangannya, Ada empat taring di mulutnya dan mata yang bulat dengan manik mata hitam pekat. Irana yang melihatnya menelan Saliva dengan susah payah, ternyata sebegitu menyeramkan dirinya, meski dirinya membutuhkan jiwa Irana agar lebih kuat bukannya sekarang dirinya juga sudah sangat kuat?.

"Berikan jiwa mu dengan sukarela"Ucap Raja monster itu.

Irana merinding dengan suara nan berat apalagi melihat beberapa tetes air liur yang keluar dari mulutnya.

"Ciya kau pasti bisa"gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.

"Apa kau telah siap akan kematian mu tuan?."Tanya Irana remeh.

Sudah pasti Raja monster tak terima, ia mengerang dan muncul perlahan kuku-kuku yang panjang dan tajam. Irana berdecih, dirinya mundur beberapa langkah dan menghilang seketika, semua nya melihat sekeliling mencari di mana Irana tapi tiba-tiba terdengar suara teriakan dari Raja monster. Irana berada di wajah monster itu dan menikam salah satu bola matanya, yang pastinya Irana terpental karena di lempar dengan spontan oleh Raja monster itu. Xagara tak tinggal diam, ia berlari mencoba menikam raja monster itu dengan pedang yang di baluri sihir biru, tapi Raja monster itu dengan cepat menghempas Xagara hingga tubuh Xagara juga terpental.

  Sedangkan para prajurit, pengawal dan ksatria melawan para monster lain yang berada di sana. Lagi dan lagi pertumpahan darah terjadi lagi, Irana sudah tak peduli, dirinya harus melenyapkan Raja monster itu meski sangat susah.

  Erangan pelan Irana keluarkan, dadanya terasa sakit hingga darah perlahan keluar dari hidungnya. Ia kembali bangkit dan mencoba melawan raja monster itu begitu juga dengan Xagara, keduanya berlari mendekat dan melayangkan pedang keduanya pada kaki raja monster itu hingga mengeluarkan darah tapi seperti nya tak terasa begitu sakit, raja monster itu tertawa dan mengangkat satu tangannya ingin mengajar Irana tapi dengan cepat dirinya melakukan teleportasi hingga tak terkena.

"Seperti nya harus dengan sihir."Ucap Irana, perlahan sihir hijau memenuhi pedangnya. Ia menatap tajam monster itu dan kembali melayang kan pedangnya.

Di sertakan itu banyak sekali prajurit dan pengawal yang datang, bahkan penyihir agung pun ikut datang.

  Irana terus melawan sebisanya meski beberapa kali ia di hempas, raja monster itu tak menggunakan begitu banyak kekuatan nya pada Irana tapi pada Xagara sepertinya dia menggunakan cukup banyak. Irana bisa melihat Xagara yang berlari naik perlahan dan mencoba melayangkan pedangnya pada dada monster itu.

Irana terdiam sebentar, apa titik lemahnya pada dada nya?. Saat ingin menyerang dirinya melihat pria yang sepertinya ia begitu kenali, Dia ialah duyung yang pernah memberikan batu pada Irana, kemal.

Untuk apa dirinya kemari?

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang