Tiga puluh sembilan

427 39 0
                                    

   Suasana di istana Duke sangatlah dalam keadaan tegang karena sedari tadi sang Ducches belum juga terbangun dari pingsannya. Wajah yang mengeras menahan amarah ia menatap Irana yang sedang di periksa oleh tabib, setelah di periksa tabib itu menatap Xagara lalu melirik sekilas pada bawahan yang berada di dalam kamarnya yaitu Ima dan Wilianna.

"Kalian keluarlah!."Titah Xagara yang dengan cepat keduanya keluar meninggalkan Xagara dan sang tabib.

"Nyonya Ducches mengalami keracunan, racunnya bisa membuatnya meninggal jika tidak di tangani dengan cepat tapi untungnya nyonya masih bisa di selamatkan."

Xagara sedikit bernafas lega,setidaknya Irana masih bisa bertahan.

"Tapi ini adalah kali kedua Duke. Maaf bukannya saya lancang akan tetapi racunnya sama tak ada yang beda. Apa ini di lakukan oleh orang yang sama?."

Xagara terdiam, sekelibat ingatan mengenai sosok Ima yang pernah di penjara karena meracuni Irana. Seketika rahangnya mengeras begitu juga dengan kepalan yang kuat, saat ingin membuka pintu, kegiatannya terhenti dengan sosok wanita yang memanggilnya.

"Xagara"Panggil Irana lirih.

Xagara dengan cepat kembali dan duduk di atas ranjang samping Irana. Tangan kanan di gunakan mengelus surai hitam Irana dengan tatapan khawatir."Bagian mana yang sakit?."

"Tenggorokan ku seakan tercekik tapi syukurlah,"jawab Irana lemah.

"Aku akan mencari tau siapa dalangnya."Ucapnya dengan tatapan tajam.

Irana membalasnya dengan gelengan."Biarkan saja, aku yang akan memberitahu mu."

"Maksud mu?,"tanya Xagara.

"Seperti nyonya mengetahui dalangnya,"Lontar sang tabib."Saya juga permisi Nyonya dan tuan."Ucapnya membungkuk hormat dan berlalu pergi.

Setelah kepergian tabib,Irana kembali berujar."Aku akan memberitahu mu, tolong bantu aku ke lantai bawah."

Sudah pasti Xagara menggeleng, dirinya tak mengijinkan Irana untuk beranjak dari ranjang apalagi ia baru saja melewati masa antara hidup dan mati. Pastinya badan Irana masih begitu lemas apalagi nada bicaranya yang begitu lemah.

"Tolong aku"Pintah Irana menautkan kedua tangannya dengan mata berkaca-kaca.
Xagara yang melihatnya tak punya pilihan lain selain mengangguk pasrah, ia dengan kekuatannya mengangkat tubuh Irana keluar dari kamar.

"Ku perintahkan kalian semua untuk turun ke bawah!."Titahnya.

Ima menunduk dengan terus saja menangis, ia jadi mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang menyeretnya, seakan dirinya pelaku.

  Setelah berada di ruang tamu, semuanya di suruh untuk berdiri. Di depan ada Irana dan Xagara yang tengah duduk di kursi kebesaran. Tatapan dan aura yang Xagara keluarkan membuat mereka semua menunduk takut.

"Sebaiknya kalian jujur sebelum kalian akan merasakan kesengsaraan yang tiada hentinya."

Semua bergidik ngeri mendengar ucapan dari Xagara. Sudah pasti tidak ada yang berani mengaku dan mereka juga tak melakukan nya. Mereka hanya bisa menerka-nerka dan pikirannya tertuju pada Ima, mereka berbalik menatap Ima yang tengah menunduk dengan isakan kecil yang di keluarkan.

"Berani sekali kalian!."Teriak Xagara.

"Mengakulah, jika tidak ingin mendapatkan hukuman yang lebih berat."Kata Irana, ia mencoba berdiri dan pastinya Xagara dengan cepat ikut berdiri dan merangkul Irana, takut jika Irana belum kuat memampah tubuhnya.

"Ima,kemarilah."

Ima yang mendengar panggilan dari Irana mendongak dan berjalan pelan. Saat sampai di depan Irana dan Xagara dengan cepat Ima bersujud menangis.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang