tiga belas

1.2K 96 0
                                    

Kedua kakinya menyentuh air sungai yang menyegarkan, duduk di atas batu yang tak terlalu besar dengan kaki yang ia rendam di air. Irana, gadis itu tengah menutup mata merasakan kenikmatan ini. Saat datang, penyihir langsung saja memberikan ia tugas meracik obat-obatan yang membuatnya pusing karena harus memikirkan nama tumbuhan dan beberapa mantra lagi. Sudah dua hari penuh dirinya tak tidur karena kata penyihir mereka tak punya banyak waktu. Tepukan di bahunya dengan seseorang duduk di samping sambil tersenyum.

Bram, pria seumurannya yang juga merupakan penyihir penyembuh
.meski masih pemula, dirinya sungguh sangat berbakat. Bahkan dirinya dengan muda menghafal segala macam tanaman dan bahkan batu-batuan yang bisa di jadikan obat.

"Kau sepertinya sangat kelelahan."Ucapnya ikut merendam kan kakinya.

Irana mengangguk dengan nafas yang ia keluarkan kasar."Aku sangat lelah, bagaimana bisa penyihir Rihom begitu jahat padaku?. Dua hari aku tak tidur dan di paksa karena tak punya banyak waktu. Waah aku merasa tersiksa."

Bram tertawa pelan, dirinya membuka baju dan menyemburkan tubuhnya di dalam air sedangkan Irana membaringkan tubuhnya di atas batu dengan mata yang mulai tertutup. Bram masih terus berenang sampai ia berenang ke tepi, ia menatap Irana lalu tersenyum manis."Kau pasti sangat lelah, istirahatlah karena setelah ini masih banyak hal yang kau lakukan apalagi waktu mu tak lama. Seharusnya kau kuasai secara cepat."Ucapnya mulai naik ke daratan melewati tempat lain.

Kereta Xagara mulai berjalan di jalanan malam yang sepi, setelah menghadiri acara makan malam yang di adakan raja, saat setelahnya mereka langsung pamit pulang. Mereka memutuskan membuat tenda dan duduk sebentar mengelilingi api unggun.

"Apa Duke tak sabar bertemu Duchess?."Tanya Hiram menggoda, seorang ksatria berambut cokelat.

Para ksatria yang lain ikut menggoda Duke

"Diamlah!!. Aku sangat lelah."Katanya masuk ke dalam tenda.

"Sebaiknya kita tidur juga."Ujar Miko dan di angguki keempatnya.

Lima hari telah berlalu dan Irana sudah bisa mengembangkan sihir turun temurun, meski susah tapi sedikit mudah karena ingatan yang di berikan Irana asli. Ia tengah memegang jubah penyihir Rihom dengan kuat karena mereka akan melakukan teleportasi. Sungguh kepala Irana rasanya Sangat sakit saat keduanya sampai tepat dikamar Irana. Dirinya bahkan terjatuh saking pusingnya.

"Saya pamit dulu, jika ada sesuatu panggil lah aku."Katanya lalu menghilang.

"Wah aku pusing dan lelah. Sepertinya ingin muntah."Baru saja berujar ia mengeluarkan makanan sisa dari mulutnya.

Pintu di buka dengan kasar memperlihatkan sosok Xagara yang berlari mendekat menatap Irana khawatir.

"Cepat panggilkan pelayanan dan bawakan susu hangat untuknya!."Titah Xagara sambil mengendong Irana ke atas ranjang.

Sedangkan Irana hanya diam saja karena rasa pusingnya masih begitu terasa. Ini pertama kalinya dia mengalami teleportasi dan cukup lama karena jarak yang lumayan jauh, pastinya energi penyihir juga terkuras.

"Kau tak apa?."Tanya Xagara membantu Irana meminum susu yang sudah di bawakan pelayanan dan beberapa pelayanan memberikan sisa muntahnya di lantai.

"Aku ingin tidur kepala ku rasanya sangat sakit."jawab Irana lemas."Maafkan aku, seharusnya aku menyambut mu."

Xagara menggeleng."Tak apa."

Irana mengangguk dan menutup matanya, selain teleportasi sepertinya ia kekurangan tidur.

Setelah Irana tertidur dengan pulas, Xagara bangun menatap para pelayan tajam membuat mereka ciut.

"Ikuti saya!,"ucapnya penuh penekanan.

Sesampainya di bawah semua pelayanan di panggil. Xagara berjalan mengitari mereka yang sudah berkeringat dingin dengan tubuh bergetar.

"Jelaskan kenapa istriku bisa muntah seperti itu. Apa yang kalian taruh di makanannya?!!."Teriaknya.

"Duke. Saat Duke pergi ke wilayah Utara, saat itulah Duchess bersikap sedikit aneh. Ia bahkan sangat datar dan makan dua hari sekali,"Jelas salah satu pelayan dengan pita di rambutnya.

Ucapan itu berhasil membuat Xagara naik pitam.

"Manusia rendahan!!. Berani sekali kalian menelantarkan istriku!. Siap-siaplah!."Tampik nya.

Semua sudah sangat ketakutan apalagi aura Xagara sangat tajam dan menekan.

"Xagara."Panggil Irana berjalan mendekat dengan wajah pucat.

"Sayang,"Xagara menghampiri Istrinya.

"Kalian semua kembalilah bekerja. Biar ini menjadi urusanku."

Semuanya mengangguk dan berlari terbirit-birit.

Irana memeluk Xagara dan di balasnya lalu tangan kanannya mengelus surai hitam Irana.

"Kau kenapa begini?,"tanya Xagara.

"Aku takut, aku takut kau pergi Xagara. Kau tau kan? Monster itu menyeramkan."

Sudut bibirnya berkedut dan membentuk sebuah senyuman manis."Kau mengkhawatirkan ku?."Tanya Xagara.

"Iya."jawab Irana mengeratkan pelukannya.

"Jangan lakukan itu lagi, kau hanya membuatku sakit."

Mengangguk."Aku tak akan melakukan itu lagi."Lirih Irana.

"Syukurlah Ducches datang tepat waktu."bisik seorang pelayan dan di angguki para pelayan lain.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang