Tiga puluh lima

498 44 0
                                    

  Suasana yang hening tapi cukup mencengkam dimana Irana hanya tidur membelakangi Xagara yang juga tidur membelakangi dirinya, irana menyadari jika Xagara belum tidur. Meski begitu Irana cukup takut untuk mengeceknya ia memilih untuk memaksa tertidur meski hanya berakhir sia-sia sampai dimana tubuhnya menegang. Dengan cepat Xagara berbalik dan memeluknya dari belakang.

"Aku cemburu."

Irana terdiam, entah dirinya harus berkata apa karena banyak sekali pikiran yang terus menerus memutar di dalam otaknya. Kehamilannya, Evan dan sekarang ia harus menghadapi Xagara.

Ia menghembuskan nafas lelah meski begitu matanya masih tertutup, ia mencoba untuk tertidur menghiraukan Xagara yang tengah mencoba membangunkannya.

"Irana, bangunlah. Aku masih ingin bertanya, heii, kau yang membuatku cemburu dan kau yang berpura-pura marah?."Tanya Xagara mengoyangkan bahu Irana.

Irana tak peduli ia mencoba tidur meski tubuhnya selalu terguncang.

  Pagi hari kembali menyapa dengan Irana yang sudah melakukan aktivitas nya, ia sedang berjalan di sekitar istana dengan Ima dan Wilianna di belakangnya. Dengan memakai gaun merah yang begitu menawan, kedua kakinya terhenti dan melihat di depannya telah ada Poran bersama keempat ksatria lainnya.

"Hormat Ducches."Kata mereka serempak dengan membungkuk hormat.

Irana ikut membungkuk begitu juga dengan Ima dan Wilianna.

Sedangkan Wilianna menatap Poran dalam, ia merindukan pria di depannya. Seorang pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta, seorang pria yang membuatnya mempunyai keinginan menjadi manusia meski bangsa mereka selalu dalam bahaya jika berada di daratan.

"Apa kalian telah siap saat pergantian tahun?,"tanya Irana basa basi.

Pertanyaan Irana di jawab Hiram, seorang ksatria dengan surai coklat."Ya Ducches, kami hanya berlatih lagi tapi hari ini kami di ijinkan untuk beristirahat oleh Duke."

Irana mengangguk mengerti."Aku juga sudah lama tak melihat kalian,"tutur Irana lalu tertawa pelan.

Semuanya hanya bisa membalasnya dengan senyuman mereka.
Irana kembali berdehem dan berujar."Siapkan diri kalian untuk pergantian tahun nanti, waktu berlalu dengan cepat dan kita harus tetap berhati-hati. Kalian jagalah kesehatan, oh ya Hiram, aku dengar kau sedang menjalin kasih."

Hiram tersenyum malu dengan anggukan."Ya Ducches, doakan aku bisa menjadikan dirinya seorang istri."

Irana menampilkan senyumannya dan mengangguk sebagai jawaban. Sebelum pergi ia sempatkan sedikit membungkuk dan melewati mereka, dirinya melewati Poran yang sedari tadi menatapnya intens, maksudnya ialah Evan.

  Xagara dan Irana berada pada satu kereta kuda sedangkan Ima dan kerald berada pada kereta kuda lain. Dengan beberapa pengawal mereka pergi ke istana pemerintahan, bagaimana pun tinggal tiga Minggu dan laporan akhir bulan bukannya sudah berada pada tahap pertengahan?. Dan biasanya di istana pemerintahan akan memberikan libur pada pekerja-pekerjanya kecuali bagian keamanan yang selalu siap sedia setiap saat.

  Dengan Irana dan Xagara yang berjalan berdampingan dengan wajah datar di belakang nya ada Kerald dan Ima yang merasakan aura tak mengenakan dari dua manusia di depannya.

Ima sedikit mendekat pada kerald sambil berucap dengan nada pelan."Kau tau apa yang terjadi pada mereka?, kenapa mereka saling diam seperti itu?."

Kerald yang mendengar pertanyaan itu pun juga hanya bisa mengangkat kedua bahu tak tau, ya karena dirinya juga tak mengetahui ada apa di antara mereka berdua.

"Sudahlah, kita harus bekerja,"tegur kerald setelah beberapa menit diam.

  Di dalam ruang rapat di setiap divisi memberikan laporan akhir bulan, ini sudah dua Minggu sembilan hari sebelum pergantian tahun dan hari ini para pekerja harus memberikan laporan akhir sebelum akhirnya mereka libur panjang. Xagara menerima semua laporan, di sana juga ada Adalena yang menatap Xagara dengan menopang dagunya, kali ini ia sangat terang-terangan tak memperdulikan Irana yang berada di sana, di sini juga ada Erikson yang masih setia duduk di samping Adalena.

Irana yang melihatnya hanya berdecih sambil membatin melihat Erikson dan Adalena."Dasar monster itu. Awas saja sebelum akhir tahun ku pastikan kau tak akan selamat dan kau Adalena, huh, tundukan pandangan mu itu, dia suamiku!."

  Xagara tersenyum begitu tipis saat matanya melirik Irana yang menatap tajam pada Adalena yang tengah menatapnya.

"Kau cemburu?. Itu yang ku rasakan sayang saat kau bersama Poran itu,"ucap Xagara membatin.

    Kepalanya mengangguk setelah membaca semua laporannya, ia berdiri membuat semuanya juga ikut berdiri, mereka semua jadi takut sendiri jika Xagara akan marah saat ada kesalahan, meski meraka tak korupsi atau melakukan kesalahan atau pelanggaran apapun akan tetapi tatapan dan aura Xagara sekarang sungguh membuat mereka takut dan menciut.

"Kalian semua saya liburkan kecuali keamanan yang akan diberikan waktu berjaga."

Semua ketua divisi tersenyum begitu juga dengan para anggota tim yang berada di depan pintu rapat yang terbuka.

  Irana berjalan keluar meninggalkan Xagara yang masih berbincang dengan para ketua divisi, ia berjalan dan mendekat pada Skara."Saya ingin mengatakan sesuatu."Ucapnya lalu berjalan keluar dengan Skara yang mengikuti dari belakang.

Saat mereka berada di taman istana pemerintahan, Irana mempersilahkan Skara untuk duduk terlebih dahulu pada kursi yang sudah berada di sana.

"Apa yang ingin Ducches bicarakan?."

"Aku tau siapa anda dan dirimu tau jika kenapa aku memindahkan mu ke divisi keamanan yang sebelumnya berada pada divisi kesehatan, karena kamu cukup kuat dan pantas berada di divisi keamanan,"katanya.

"Maksud Ducches tentang aku?."

"Aku tau jika kau adalah siluman serigala. Bagaimana kau bisa dengan cepat ku terima di sini?."

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang