kedelapan

2.1K 129 0
                                    

  Dirinya sangat telaten menggosokkan minyak di leher kemerahan Poran dengan tatapan bersalah.

"Please bangun Ran, please."Lirih Irana dengan mata yang sudah tertutup cairan bening air mata.

Ia terus mengolesinya bahkan Irana dengan sabar menunggu Poran sadar  sampai tertidur di kursi samping kasur yang di tiduri Poran. Para ksatria terus berjaga di depannya meski malam telah menyapa. Irana terkejut saat bahunya di tepuk pelan, ia perlahan membuka mata melihat orang yang berada di sampingnya.

"Ada apa?."Tanya Irana yang tak lagi menatapnya.

"Tidurlah. Aku yang akan mengobatinya,"ucapnya.

Irana berdiri berjalan keluar tanpa mengeluarkan kata apapun lagi. Ia berjalan menuju kastil dan masuk ke kamarnya tak lupa ia mengunci pintu kamarnya dan jendela. Membaringkan tubuhnya di kasur dengan selimut yang menyelimutinya. Seketika ia berpikir kenapa dan bagaimana bisa?.

"Kenapa gue bisa ada di sini? dan bagaimana caranya?. Gue hanya tidur dan bangun di tubuh ini, oh ya kalau tubuh ini bagaimana bisa sampai dia tinggalin raganya dan sekarang jiwanya dimana?. Meski Irana udah kasih ingatannya tapi itu belum semua dan dia juga nggak datang di mimpi gue. Ini masih menjadi pertanyaan, ada apa?, Bagaimana bisa?, Kenapa sampai bisa?."Katanya beribu-ribu pertanyaan.

Hingga nafas berat di keluarkan"Poran."Lirihnya, ia menutup mata kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu.

  Irana memakai pakaian yang bagus karena ia berencana akan berkunjung ke kediaman ayahnya. Ia turun menuju ke bawah, ruang makan. Dirinya sedikit terkejut dengan sosok di depannya yang bersurai putih. Mata, bibir bahkan tahi lalat tepat di bawah matanya begitu sama persis dengan seseorang yang begitu ia sayangi di kehidupannya. Seorang pria yang sangat Ciya suka dan cintai, pria seumuran dengannya yang bekerja di salah satu restoran yang sama dengan Ciya. Ciya termasuk orang yang susah untuk menyembunyikan ekspresi dan tatapan suka atau cintanya. Karena itulah orang yang dirinya taksir dan orang di sekitarnya juga sangat jelas melihat bahwa Ciya menyukai teman kerjanya. Mata tajam dengan tahi lalat di bawah mata kirinya begitu sama persis dengan ksatria yang tengah berdiri di samping pintu menuju ruang makan. Matanya berair, ia melihat orang yang di cintai dan sayangi. Orang yang membuat Ciya terus bertahan di dunia yang sangat kejam baginya. Hidup sebatang kara bukanlah hal mudah bagi Ciya yang dulu sangat di sayangi oleh kedua orang tuanya sebelum meninggal karena kecelakaan kereta. Adanya Evan di hidupnya selalu berhasil membuat Ciya bertahan dari hari ke hari. Dan karena Evan pula Ciya jadi sangat suka membaca buku fiksi atau bisa di bilang novel.

  Ia masih terpaku menatap ksatria dengan surai putih sampai ia tersadar dan menunduk. Dirinya tersenyum mencoba menenangkan diri dan kembali berjalan mendekat. Tersenyum dan menyapa tak lupa kata-kata manis di pagi hari. Masih dengan senyum saat matanya melihat Poran yang menunduk sambil tersenyum malu karena pujiannya tadi.

  Membuka matanya dengan menghembuskan nafasnya pelan.

"Apakah kamu juga bertransmigrasi ke dunia ini? Atau tubuh dan jiwa mu masuk ke dalam dunia ini?. Evan, i Miss you dan maaf,"katanya,"aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, aku sakit kalau kamu terluka."

   Xagara meletakan tangannya di leher Poran sambil membacakan beberapa mantra hingga merah di lehernya benar-benar hilang dan datangnya kesadaran pada dirinya. Kedua matanya terbuka perlahan dengan tubuh yang terbangun menatap Xagara yang sudah pergi dari kamarnya. Kedua bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis saat dirinya tak merasakan sakit lagi dan pasti Duke Xagara yang mengobatinya.

    Pagi hari kembali menyapa dengan Irana yang membuka mata perlahan. Perutnya merasakan ada sesuatu tangan yang melingkar dan benar saja saat ia melihat kesamping ada Xagara yang tengah tertidur pulas sambil memeluknya.

Mengerutkan kening, bagaimana bisa Xagara masuk sedangkan ia saja mengunci pintu dan jendela?. Seketika dirinya teringat kejadian kemarin saat Poran mencekik dirinya sendiri dan tubuhnya yang terangkat kebelakang. Xagara punya kekuatan?. Ia menatap wajah teduh Xagara yang tengah tertidur dengan pikiran yang masih memikirkan apa Xagara punya kekuatan?.

"Aku akan menanyakan hal ini pada ayah.. mungkin ayah mengetahuinya dan ya, Irana bisa nggak kasih ingatan penuh?, Kenapa hanya separuh?."Gerutu Irana dalam hati.

   

  Suasana pagi yang cerah dengan bunga-bunga yang berada di taman kastil sangat memanjakan mata Irana. Tadi pagi setelah membersihkan tubuhnya  ia berjalan menuju taman di samping Kastil.  Menatap bunga-bunga itu lama sampai ada yang menepuk bahunya di samping. Kedua sudut bibir Irana terangkat saat mengetahui siapa orangnya."Selamat pagi ayah,apa yang membawah ayah ke kastil ini?."

"Apa tidak boleh ayah mengunjungi putrinya di pagi hari?."Tanya Traska menatap wajah Irana.

Dirinya tertawa pelan."Iya iya, ayah boleh mengunjugi ku. Oh ya ayah, aku mau bertanya satu hal."

"Apa itu?." Tanya Traska menatap Irana yang kini telah serius.

"Apa Xagara punya kekuatan?. Bukan dalam hal berperang tapi lebih seperti sihir,"

Traska mengangguk."Semua Duke punya Sihir untuk melindungi mereka. Selain harus pintar dalam hal perang, akademi, mereka juga harus bisa dalam hal sihir. Meski tak semua sihir bisa akan tetapi dalam hal teleportasi, menyerang lawan dan mengetahui makanan yang beracun dan tidak, itu adalah hal wajar dan harus di kuasai,"jelas Traska.

Irana mengangguk mengerti, ya memang benar tak hanya bisa mengandalkan dalam hal memanah, bela diri, berpedang, sihir juga tak kalah penting. Meski tak menguasai penuh semuanya.

"Apa aku punya sihir juga?."Tanya Irana pelan menatap bunga-bunga di depannya.

Traska mengelus surai hitam legam milik putrinya."Jelas kau punya. Dirimu mempunyai sihir yang di turunkan dari ibu mu."

"Oh ya?, Apa itu?."Tanya Irana penasaran.

"Kau bisa membedakan mana manusia asli, mana monster dan mana Duyung saat mereka menyamar jadi manusia. Selain itu kau juga bisa menyembuhkan penyakit, selain manusia, dirimu juga  bisa menyembuhkan binatang, duyung bahkan monster. Kau punya hati yang tulus maka kau juga bisa masuk ke dalam gua tempat para penyihir penyembuh berada."

Membulatkan matanya terkejut, ternyata ia punya kekuatan yang menakjubkan.

"Aura baikmu membuat Xagara tertarik tapi ayah mendengar setelah menikah kau kasar sekali kepada para pelayan,ksatria dan pengawal. Kau bahkan memukulnya. Ayah merasa bersalah karena ayah, kau jadi seperti itu."Ucap Traska lalu menunduk merasa bersalah.

"Bukan salah ayah, aku hanya belum bisa menerimanya."Katanya mengelus bahu Sang Ayahanda.

"Ya sudah ayah harus kembali ke istana. Jika kau ingin berziarah, maka ambilah beberapa bunga di sini."

"Baik ayah."

  Setelah kepergian Traska seketika tubuh Irana ambruk, kepala yang begitu sakit membuat dirinya  terjatuh di antara bunga-bunga tinggi yang perlahan menutupi dirinya.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang