Kabar pernikahan Ciya dan Evan begitu di setujui oleh para pekerja di cafe tersebut bahkan mereka sangat turut bahagia. Banyak sekali persiapan untuk menuju sebuah pernikahan dengan waktu yang cukup lama akhirnya Ciya dan Evan telah berdiri di depan pendeta dengan melontarkan janji suci mereka. Senyuman manis yang di berikan Ciya dengan Evan pun terpampang karena telah di berkati oleh pendeta hingga pemberkatan pernikahan berlalu semestinya. Kini Evan dan Ciya telah resmi menjadi sepasang suami istri dengan Evan yang membantu Ciya menaiki mobil yang sudah di hiasi bunga di depannya. Mobil berjalan menuju kediaman Evan dengan supir yang mengemudi nya. Di dalam mobil pun Evan engan melepas tautan tangannya dengan terus menatap ciya yang pipinya memerah menahan salah tingkahnya. Sedangkan supir yang bertugas hanya berdehem pelan dan kembali fokus pada jalan di depannya.
Sesampainya di rumah, Ciya di sambut baik oleh kedua orang tua Evan beserta keluarga besarnya. Ciya tersenyum sambil melakukan cipika-cipiki dengan keluarga besar Evan sedangkan Evan yang terus berada di samping Ciya hanya melihat tanpa mengeluarkan kata apapun tapi pandangan nya tetap menatap ciya membuat para keluarganya menggoda Evan yang seakan terhipnotis pada Ciya dan pastinya Ciya di buat salah tingkah.
Hari yang begitu membahagiakan bagi Ciya, inilah hidupnya, inilah takdirnya yang di takdirkan untuk Evan pria yang ia cintai saat bekerja di cafe waktu itu.
"Beristirahat lah karena malam nanti masih ada acara,"tutur lembut ibunda Evan.
Ciya beserta Evan mengangguk dan pamit pergi ke kamar di mana akan menjadi kamar untuk keduanya dengan waktu yang lama. Ciya melihat sekeliling nya dan berlalu duduk di atas ranjang dengan nafas lega, begitu juga dengan Evan yang duduk di sampingnya.
"Kamu cantik banget,"
Ciya menengok pada Evan yang menatapnya dengan senyuman manisnya.
Ciya berkekeh pelan."Kau juga tampan,"ucap ciya,"aku akan membersihkan diri terlebih dahulu dan setelah nya bisa kamu."
Evan mengangguk dan terus menatap ciya yang berlalu menuju kamar mandi. Setelah Ciya benar-benar memasuki kamar mandi barulah Evan membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan nafas yang ia keluarkan secara perlahan.
"Sangat cantik,"gumamnya dengan menampilkan senyumannya.
Ciya yang berada di kamar mandi pun menatap pantulan wajahnya di kaca kamar mandi, tangan kanannya ia gunakan memegang jantungnya yang berdetak cepat dengan pipi yang perlahan memerah."Aishh, Ciya tenangkan dirimu, kau harus bisa terlihat biasa saja."gumamnya yang berakhir sia-sia karena rasanya ingin berteriak tetapi harus tetap tertahan.
Langit yang semula biru berubah menjadi gelap dengan bulan yang menyinari dunia. Lampu-lampu di taman yang menyinari acara malam ini dengan Ciya dan Evan yang berjalan mendekat menuju ke arah depan, semua pasang mata terus melihat ke arah keduanya dengan seruan pelan membicarakan kecocokan keduanya yang sangat cocok.
Ciya dengan gaun putihnya yang mempercantik dirinya dan Evan yang memakai jas hitamnya. Acara pun di mulai semestinya sampai pada tahap wedding kiss, salah satu yang akan di soraki oleh para tamu undangan. Ciya dan Evan berdiri berhadapan dengan bunga-bunga yang menjadi latar belakang mereka, keduanya mengikuti arahan dari pembawa acara untuk saling berdekatan.
"Dalam hitungan ketiga silahkan mempelai pria mencium mempelai wanita."
"Wedding kiss, satu,dua,tiga, kiss"seru pembawa acara.
Dengan perlahan Evan mendekat dengan Ciya yang mulai menutup matanya menunggu di ciumi hingga Evan mendekatkan wajahnya dengan bibir yang mencium kening Ciya lama di sertai suara petasan dan bunga-bunga petasan yang mempercantik nya. Alunan lagu romantis yang menjadi backsound dengan Ciya yang membuka matanya, ikut tersenyum menatap Evan.
"Tetaplah bersamaku selamanya Ciya,"ucap Evan lembut yang di angguki Ciya.
Di tempat lain Irana dan Xagara memandang langit malam yang bertaburan bintang nan indah. Kedua tangan Xagara merangkul pinggang Irana dengan dagu yang ia sandarkan pada kepala Irana.
"Ku harap Ciya dan Evan selalu bahagia."Ucap Irana mengelus lembut tangan sang suami.
Xagara mengangguk, dirinya juga mengharapkan keduanya bahagia."Aku sangat bersyukur karena mereka dengan kebaikan hati membantu kita. Aku berdoa agar mereka selalu mendapatkan kebahagiaan dan selalu bersama."
Matahari perlahan mulai muncul menyinari bumi begitu juga dengan sinar matahari yang muncul perlahan dari sela-sela fentilasi udara kamar Evan dan ciya. Perlahan Ciya mulai membuka matanya dengan pandangan Evan yang pertama ia lihat. Kedua mata yang masih tertutup dengan dengkuran halus, tangan kanan ciya terangkat mengelus pelan pipinya.
"Jika ada yang bertanya tentang perasaan ku pada Xagara kala itu dan sekarang tertuju padamu, sungguh aku akan sulit untuk menjabarkannya. Aku memang pernah menaruh Xagara dalam hatiku tapi ku sadar bahwa aku tak bisa mencintai sesuatu yang bukan punyaku. Maka kau adalah cinta pertamaku, cinta yang ingin ku simpan tapi terlalu mudah untuk di tebak."
"Maafkan aku karena telah menggeser posisi mu di hatiku tapi kini aku berikan semua ruang untukmu."ucap Ciya lembut.
Evan terus saja menatap ciya yang sedang memasak sarapan untuk keduanya. Tangan Ciya dengan gesit menaruh garam dan sedikit mengecap rasa dari masakannya. Kepalanya di angguki pelan merasa bahwa rasanya sudah sangat pas.
"Ayo makan!"seru Ciya menaruh sup ayam di atas meja.
"Tunggu sebentar."Ucap Evan menahan Ciya yang ingin menyendok nasi.
Kini Evan yang mengambil alih sendok nasi dengan dirinya yang menyendok nasi ke piring Ciya lalu ke piringnya. Ciya yang melihatnya tentu tersenyum manis, dirinya menyukai perlakuan seperti ini.
"Selamat makan sayang"Ucap Evan mulai menyuapi nasinya ke dalam mulut. Kedua matanya sedikit melebar."Ini sangat enak."puji nya yang mampu membuat kedua pipi Ciya memerah.
"Terima kasih"Ucap Ciya tersenyum malu.
Evan berkekeh pelan dan mengelus lembut surai Ciya."Seharusnya aku yang harus mengucapkan terima kasih. Terima kasih istriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...