Angin berhembus kencang dengan Duke yang tengah mengangkat pedang menebas lawan di depannya, kini mereka telah mengalami peperangan dengan timur laut. Pedang menebas leher seorang pria berbadan besar hingga darah muncrat mengenai wajah Xagara. Apakah dirinya takut?, sudah pasti tidak. Yang ada hanya senyuman penuh amarah. Dengan menunggang kuda dan tangan kanan memegang pedang yang sudah berlumuran darah, ia terus melayangkan pedang ke arah lawannya. Sesekali dirinya juga mengenai pedang dari para lawan bahkan sebuah panah mengenai jantungnya. Dirinya melepas anak panah itu dari jantungnya, ia turun dari kuda melayangkan pedang. Pertarungan yang sengit akhirnya wilayah timur yang memegang kemenangan tersebut.
Kini mereka sedang berada di tempat peristirahatan dengan Xagara yang tengah membuka bajunya membersihkan luka. Dirinya mengambil ramuan yang sudah di buat lalu di olesi pada tubuh bagian jantung dan perut yang terkena pedang.
"Mereka masih berada di bawah kekuasaan ku dan berani sekali ingin memberontak."Ucap Xagara mengolesi ramuan dedaunan pada lengannya.
"Mereka ingin menguasai wilayah timur seutuhnya, padahal mereka hanya desa kecil yang masih dalam wilayah Timur dan berada pada kekuasaan Duke Xagara,"timbal Miko.
"Ya tapi aku mengkhawatirkan Poran,"ujar Reyka, salah satu ksatria di antara lima yang mempunyai surai ungu.
Kata-kata itu di angguki oleh Miko,Lion, Hiram.
"Yang aku tau sekarang dirinya berada di kastil dekat rumah Tuan Vano. Karena Vano yang menemukan mereka di dekat kebun gandum,"ucap Hiram.
"Kami semua tau,"cetus lion.
"Terserah diriku, aku ingin mengucapkan itu. Apa urusannya dengan mu hah?."Tanya Hiram ketus.
"Sudahlah, kalian selalu saja bertengkar,"lerai Miko.
Xagara hanya menggeleng karena sudah biasa dengan kelakuan Lina ksatria pribadinya meski sekarang tak ada Poran akan tetapi sikap Poran tak jauh beda dengan ke empatnya.
Kedua kakinya ia hentak-hentakan dengan bibir yang di monyongkan dan wajah yang terlihat kesal tertahan. Ia ingin berteriak tapi sekarang dirinya berada di istana pemerintahan, sangat tidak elit sekali jika seorang Adalena, wanita cantik dan anggun ini berteriak layaknya orang gila.
"Sialan!."Umpatnya pelan.
Dirinya sudah mencoba menghilangkan tanda itu tapi seakan percuma hanya membuat kulitnya memerah dan sakit saja. Apalagi dirinya tak ada sihir satupun bahkan dasar pun sudah tak ada.
"Nyonya Adalena,"Panggil seseorang.
Adalena berbalik memperlihatkan senyum tipisnya."Ada apa?."Tanyanya pada seorang gadis.
"Tuan Samuel sedang mencari mu, dirinya memberitahu jika aku melihat mu tolong bertemu dengannya di ruangannya,"
"Baiklah. Terima kasih."
Wanita itu mengangguk.
Vano tengah menunggu Irana menjelaskan semua yang terjadi, dirinya menunggu Irana yang masih menyeruput teh hangatnya. Vano berdecak kesal karena Irana tak juga membuka suara.
"Jika kau tak berbicara aku akan membuat Ima lumpuh,"ancamnya yang berhasil membuat Irana tersedak minumannya.
"Kau gila?!."Pekiknya.
"Maka dari itu alangkah baiknya kau beritahu aku,"
"Bahkan sekarang kau tak memakai embel-embel Ducches wahai Tuan Vano,"
"Kau yang bilang padaku bahwa kita teman,"ucapnya mencari pembelaan.
"Aku bukanlah Irana asli."Katanya meletakan kembali gelas ke atas meja.
"Maksud mu?."Tanya Vano bingung dan penasaran.
"Memang ini adalah tubuh Irana akan tetapi Irana yang asli tengah berada di sebuah taman dan tak bisa kembali ke tubuhnya. Jiwanya terjebak di sana bertepatan dengan jiwa ku yang memasuki raga ini,"
Vano masih mencerna apa yang di ucapkan Irana.
"Nama asliku adalah Ciya, aku berasal dari masa depan dan aku masuk ke dalam dunia novel atau bisa di bilang transmigrasi,"
"Saat itu aku hanya membaca novel fantasi hingga pagi hari akan tetapi saat ku bangun dari tidurku, aku malah memasuki raga seorang Irana. Aku memasuki dunia Novel."Jelasnya menatap Vano yang bingung sendiri.
"Jadi singkat nya begini, aku mengamali transmigrasi jiwa. Dimana jiwaku memasuki tubuh orang lain yang sudah di tinggalkan jiwanya, tubuh yang kosong itu di masuki oleh jiwaku. Sebenarnya kejadian bersamaan, saat jiwa Irana asli meninggalkan tubuh ini saat itulah jiwaku memasuki tubuh ini."Katanya kembali menyeruput tehnya .
"Jadi dimana jiwa asli Irana?."
"Biasanya jiwa asli telah meninggal selamanya tapi ada juga terkurung. Untuk Irana asli jiwanya terkurung karena sihir hitam,"
"Aku juga terkejut saat aku memasuki dunia ini tapi aku lebih terkejut saat diriku di tarik ke dalam taman dimensi lain,"Katanya.
"Maksudmu. Kau memasuki tubuh Irana karena jiwa Irana meninggalkan tubuh ini. Kau juga tak tau jika akan masuk ke tubuh ini karena saat kejadian berbarengan dengan keadaan mu di dunia mu itu?."Tanya Vano yang mulai mengerti.
Irana mengangguk dengan senyumannya karena Vano mengerti apa yang ia ucapkan."Sihir hitam yang berasal dari Adalena."
"Adalena?!."Tanyanya sedikit berteriak terkejut.
"Gendang telingaku akan pecah dengan teriakan mu Vano,"
"Maafkan aku,"katanya berkekeh.
"Tak ada yang lucu,"sungut Irana.
"Bagaimana bisa?. Adalena?."
"Adalena mencoba melenyapkan Irana waktu itu dengan memasuki kamar Irana. Dirinya membunuh Irana dengan ilmu hitam itu, ia memakaikan kalung hitam ke tubuh Irana dan membunuhnya dengan membaca mantra ilmu hitam membuat Irana sesak nafas dan meninggal."
"Tapi jiwa Irana tak benar-benar meninggalkan dunia ini, akan tetapi memasuki taman dimensi lain karena di bantu oleh salah satu penyihir agung. Aku akan membantunya mengungkapkan kejahatan Adalena dan beberapa hal lain. Setelah itu , aku bisa kembali ke dunia ku dan impian ku membuat akhir bahagia untuk Irana tercapai."jelasnya.
Vano mengangguk mengerti."Aku juga mempercayai hal tersebut."
Irana menghembuskan nafas lelah."Kau memang teman ku, benar-benar teman."Ucapnya menepuk bahu Vano beberapa kali.
"Aku boleh meminta sesuatu?,"tanya Irana.
"Apa itu?."
"Tolong rahasiakan ini. Aku mohon, kau satu-satunya orang di dunia ini yang mengetahui selain Penyihir agung."
Vano mengangguk."Aku termasuk orang yang menjaga rahasia."
"Oh ya, jadi aku adalah salah satu karakter novel?. Bukannya tadi kau bilang memasuki novel?."Tanyanya meminum tehnya.
Irana mengangguk."Karena itulah aku terkejut saat jalan cerita semua berubah. Ya tidak semua tapi hampir semua,"
Vano mengangguk."Karena kau memasuki nya maka alurnya bisa saja berubah tapi ada yang tetap sama. Seperti sihir?."
"Sihir?. Dalam cerita tidak menceritakan sihir sekali pun hanya menceritakan kisah Irana, Xagara dan Adalena. Singkat cerita Adalena dan Xagara bersama dan untuk dirimu, kamu mati membantu Adalena yang di kepung Monster."
Vano mengangguk."Syukurlah, setidaknya aku tidak akan mati karenanya."
"Aku harus pulang, Ima pasti menunggu ku di ruang tamu."
"Dirinya sudah pulang,"ucapnya.
"Hah?,"
"Aku yang menyuruhnya, tenang saja diriku tidak memberitahu tentang Poran. Hanya memberitahu jika ada urusan pribadi yang tak bisa di ketahui semua orang,"
"Kau memang terbaik Vano."Kata Irana memberikan dua jempol.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...