Empat puluh enam

401 28 0
                                    


   Hari ini adalah hari pergantian tahun pertama Ciya di dunia ini dan pertama baginya menebas para monster di depannya. Ia tak menggunakan tambahan sihir karena bisa saja dirinya mendapati monster yang kuat lagi, semasa dirinya bisa melawan monster dengan pedang tanpa sihir, dirinya akan melakukannya.

     Dengan tangan yang memegang pedang, Irana menebas monster yang sebesar dirinya. Nafasnya tak beraturan, kini dirinya kelelahan, berbanding terbalik dengan Xagara yang masih membara melayangkan pedang kepada para monster dan para ksatria lain. Bukan hanya Xagara dan Irana, di sini juga ada keempat ksatria, Miko, lion, Liam, Hiram, Reyka dan di tambah beberapa pengawal dan prajurit. Irana terduduk di tanah dengan nafas memburu, banyak sekali Monster yang sudah tak bernyawa di dekatnya di tambah seperti daerah darah, tempat yang di penuhi darah merah dengan sedikit kehitaman. Setelah melayangkan pedang itu menebas leher salah satu monster, Xagara berlari mendekat dan menyamakan tingginya dengan Irana.

"Ayo kita kembali ke istana kerajaan."

Irana menggeleng, dirinya harus mencari dimana raja monster itu dan mengalahkannya dengan sisa tenaganya. Dirinya harus menang melawan monster itu.

  Xagara menatap Irana prihatin, banyak bekas cakaran di wajah bahkan lengan Irana. Dress panjang yang awalnya menutup betisnya kini terlihat karena robek saat menghindar dari mosnter. Dress putih kini juga di penuhi dengan bercak-bercak darah merah kehitaman di tambah noda-noda kecoklatan.

Irana mengelus pipi Xagara yang terkena cakaran dan ada darah di wajahnya."Kau terluka."

Xagara menggeleng."Kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri bukan diriku."

Irana membulatkan matanya, ia dengan cepat mengangkat pedangnya dan saat itu, Xagara merasakan tetesan darah mengenai telinganya dan jatuh terkena tanah, Irana berlutut dengan menancapkan pedangnya pada monster yang seukuran dirinya.

"Duke, monster di sini telah habis kami bantai"Ucap Hiram menghampiri mereka.

"Kalian lanjutkan ke daerah pasar, dan Miko, pergilah ke istana dan bawakan lagi pengawal. Suruh para pelayan jangan pernah keluar dari kediaman."Perintah Xagara yang langsung di angguki Miko.

"Nyonya Ducches, apa mau ku antarkan pulang?."Tanya Hiram dengan sedikit membungkuk.

Irana menggeleng."Aku tak apa, sekarang diriku sedang membara. Aku ingin melawan raja monster itu."Ucap Irana dengan kilatan amarah dan jiwa yang terasa semangat membasmi sesuatu di depannya.

  Xagara menggeleng, dirinya menolak karena bagaimana pun irana terlihat begitu kelelahan sekarang, dirinya tak peduli dan memilih menggendong Irana membuat sang empu memberontak meski hanya berakhir sia-sia. Xagara membawah Irana kembali ke istana kerajaan. Setelah sampai di sana Irana tak bersuara, dirinya benar-benar marah pada Xagara. Dengan perlahan Xagara menurunkan Irana dan berlalu begitu saja.

  Saat ingin mengumpat, Irana dikagetkan dengan Irana asli yang muncul.

"Bagaimana?, apa kau sudah bisa mengalahkan raja monster?."Tanya Irana asli.

"Belum."

Irana asli mengangguk."Sangat sulit mengalahkan raja monster, tapi bukannya dirinya yang akan mencari mu?. Apa yang kau lakukan sedari tadi?."

"Aku membunuh banyak sekali monster-monster dan belum ku dapati raja monster."Ujar Ciya yang berada pada tubuh Irana.

"Sebenarnya aku datang kesini untuk menyampaikan sesuatu."Tutur Irana asli menunduk.

Ciya yang berada di tubuh Irana menatap Irana asli dalam, entah kenapa dirinya juga menjadi merasakan takut dan merasakan sesuatu yang akan terjadi.

"Ciya,Poran ialah penulis dari cerita novel ini, dirinya datang untuk membawamu kembali. Aku tak tau kenapa dirinya tak mengubah saja alurnya agar tak terjadi pertumpahan darah pada rakyat yang tak bersalah. Aku juga ingin mengatakan, jika malam nanti kau belum bisa membunuh raja monster itu maka aku akan ikhlas untuk pergi selamanya."Ucap Irana asli panjang lebar."Karena saat aku kalah melawan monster itu maka aku akan di bawa ke dunia mereka lalu jiwa dan sihir ku akan di ambil untuk menguatkan raja monster dan para bawahan lainnya."Sambungnya

Ciya mengangguk, dirinya sudah mengetahui hal itu karena saat Poran membawanya pada rumah kecil itu dirinya sudah di jelaskan.

"Oh ya, kata penyihir agung beristirahat lah. Karena raja monster akan datang saat malam hari dan tepat saat jam 12 dan pergantian tahun dirinya akan menarik jiwamu."Jelas Irana asli.

Ciya mengangguk mengerti, dirinya berjalan mendekat dan memeluk Irana asli dan dirinya pun menangis, merasa seperti di tekan tapi mencoba untuk melawan dan bertahan.

"Maafkan aku Ciya, kau berada di situasi yang sulit."Lirih Irana asli.

Ciya menggeleng, mereka juga tak ingin berada pada situasi seperti ini. Dan setelah nya keduanya melepas pelukan dan saling menatap lalu tersenyum.

"Aku akan meminta penyihir agung untuk datang menolong mu, sekarang pun dirinya yang menginginkan ku untuk datang menemuimu. Jika tidak aku tak punya kekuatan untuk keluar dari taman itu."

Ciya kembali mengangguk, ia melambaikan tangan saat Irana asli mulai menghilang. Dirinya menghembus kan nafas lelah, lalu mengatur nafasnya, ia harus menyiapkan diri untuk malam hari. Sebaiknya dirinya harus membersihkan diri Sekarang dan makan, dirinya juga harus menyiapkan beberapa hal dan melatih diri agar bisa mengalahkan raja monster.

"Aku kira raja monster sedang terbaring dan mereka membutuhkan jiwa ku untuk membangkitkan nya, tapi raja monster itu masih bisa bergerak bahkan ia datang untuk mengambil sendiri diriku."Gumamnya berjalan menaiki tangga menuju kamar suaminya.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang