Hari ini Xagara dan Irana tengah menikmati teh panas bersama di taman kerajaan,keduanya menatap hamparan bunga-bunga dengan kupu-kupu yang berterbangan. Tak ada yang bersuara, Irana memfokuskan pada satu bunga biru di ujung sana sambil membaca mantra pelan dan sekejap bunga itu pindah ke dalam kantong sihir miopranja. Kantung tak kasat mata yang berada di sampingnya. Ia tersenyum lebar membuat Xagara menatap Irana penuh.
"Kau kenapa?,"tanya Xagara heran.
"Oh?. Tidak aku hanya ingin tersenyum saja,"jawab Irana asal.
"Baiklah."putusnya."Sayang."kini terdengar nada manja yang di keluarkan Xagara.
"Ya tuhan kenapa jadi geli begini?,"ujar Irana bergidik."Ha ha ha aku bercanda."sambungnya saat melihat tatapan tajam dari sang suami.
"Ada apa sayang. Apakah kau butuh sesuatu?,"tanya Irana.
Xagara mengangguk, ia mulai membaringkan tubuhnya dengan paha Irana sebagai bantalnya. Dirinya membenamkan wajahnya di perut Irana dengan tangan kanan yang memeluk pinggang sang istri."Biarkan seperti ini."
Irana mengelus lembut surai biru tua milik sang suami, surai yang selaras dengan manik matanya. Usapan lembut yang membuat Xagara menutup mata merasakan kenikmatan itu. Ia menghembuskan nafas secara perlahan, Irana menyadari bahwa Xagara sangat kelelahan. Memang menjadi pemimpin bukan suatu hal yang mudah, pasti banyak sekali keluhan dari para penduduk, adanya peperangan, politik dan berbagai hal lain. Pasti sangat berat baginya melakukan itu sendiri.
"Serahkan beberapa pekerjaan mu padaku. Bagaimana pun akulah istrimu dan aku adalah Ducches. Seharusnya aku membantumu dalam tugasmu,"ucap Irana lembut.
Xagara kini menatap Irana yang juga tengah menatapnya. Sangat lama hingga keduanya sama-sama terlena dibuatnya. Xagara bangun dari tidurnya dan sekali tarikan ia bisa menarik Irana ke dalam pangkuannya dan mengelus pipi bulat Irana begitu juga dengan surai hitam sang istri. Keduanya masih saling menatap hingga wajah perlahan maju mendekat dengan bibir yang berhasil menempel satu sama lain dengan waktu cukup lama sampai membuat Irana memukul dada Xagara untuk melepaskan tautan itu dengan tangan kanannya yang membersihkan bibir Irana.
Canggung, keadaan menjadi canggung. Meski Irana sering sekali mengecup sang suami tapi ini pertama kalinya terjadi hal lebih.
"Dua bulan lagi akan pergantian tahun, aku harap kau tak pernah pergi jauh dariku,"ucap Xagara tersenyum.
Irana terdiam, ternyata sudah cukup lama dirinya di sini. Ia tak bisa membuang banyak waktu lagi. Dirinya harus mencari bukti tentang kejahatan Adalena meski begitu ia juga harus tetap membantu tugas suami.
"Semoga saja."Jawab Irana pelan sambil turun dari pangkuan Xagara yang membuat Xagara merasa tak rela.
"Aku akan ke kamar. Bukannya kau harus ke istana pemerintahan?, Sebaiknya kau pergi saja sekarang."
"Kau mengusirku?."Tanya Xagara tak terima. Ia berdiri menarik Irana dekat dengannya."Apakah kau salah tingkah,sayang?. Wah wajah memerah mu."Bisiknya lalu menjauhkan tubuhnya dari Irana dan berjalan meninggalkan Irana yang masih terdiam di taman.
"Bibir kita."Gumamnya memegang bibirnya yang masih sedikit basah."Apakah aku berdosa melakukan hal itu?,"tanyanya Konyol.
"Wah ciuman itu."Katanya sambil berjalan ke dalam Kerajaan.
Malam hari kembali menyapa dengan xagara yang menyuruh salah satu pelayan memanggil Irana ke ruang kerjanya. Irana berjalan ke ruangannya dengan menggunakan baju tidur sebatas lutut , bagaimana pun ia malas sekali harus berganti gaun yang panjang. Sesampainya di depan ruang kerjanya, ia tak lupa mengetuk pintu.
"Selamat malam Duke Xagara Griffiskra, Irana datang untuk memenuhi panggilan mu."Seruannya.
Pintu di buka memperlihatkan sekretaris dari Duke Xagara, Kerald. Kerald refleks berbalik saat mendapati Ducches memakai gaun pendek sebatas lutut. Peraturan di semua negeri, wanita hanya memakai pakaian pendek saat dirinya hanya sendiri di rumah atau bersama suaminya saja. Xagara mengerutkan kening dan berjalan mendekat, seketika ia menatap tajam sekretarisnya.
"Keluarlah."Perintahnya.
Sungguh nada rendah itu membuat bulu kuduk Kerald berdiri, ia dengan cepat mengangguk berlari menjauh dari keduanya.
Xagara kini menatap Irana yang hanya menatap Xagara bingung."Kau seharusnya tau Ducches Irana, Bagaimana peraturan kerajaan."Sindir Xagara masuk lebih dulu.
Membulatkan matanya terkejut, ia melupakan peraturan itu."Apakah aku harus berganti?."
"Tak perlu, masuklah."
Irana masuk tak lupa menutup kembali pintu. Ruangan yang cukup besar dengan dua meja dan kursi, banyak sekali kertas-kertas dan buku-buku.
"Bersiaplah, besok kau harus ke istana pemerintahan karena kau harus ikut adil dalam keputusan pembangunan cabang pemerintah di desa Amapa."Ucap Xagara sambil menulis beberapa dokumen yang menumpuk di atas mejanya.
Irana mengangguk mengerti."Baik Duke. Apa masih ada lagi?,"
Xagara bangun dari kursi kebesarannya dengan lambang singa. Ia berjalan mendekat membuat Irana mundur hingga punggungnya menyentuh lemari. Irana mendongak melihat senyuman yang Xagara perlihatkan,bukan senyuman manis tapi lebih tepatnya seringaian.
"Xagara,"gumanya seketika gugup.
"Iya sayang."jawabnya menunduk menyamakan tingginya dengan Irana.
"Kau membuatku cemburu. Kenapa kau melakukan itu?."tanyanya.
Mengerutkan kening."Maksud mu?. Aku tak melakukan hal aneh-aneh atau hal yang membuat dirimu cemburu,"ucap Irana kebingungan.
Xagara menunduk membuat Irana ikut menunduk menatap gaunnya yang sebatas lutut. Irana menggaruk pipinya yang tak gatal dan memyengir."Aduh aduh suamiku ini. Hahahaha."Irana berujar tertawa pelan sambil mendorong tubuh Xagara meski tak membawah hasil. Tubuh Xagara tak bergeser sedikitpun.
"Kau harus memuaskan ku?. Bukannya setelah menikah kita belum pernah melakukan nya?."Tanya Xagara menarik turunkan alisnya.
"Kenapa kau jadi begini?. Kau berbeda, maksud ku kenapa jadi pencemburu dan agresif begini?."
"Memangnya apa pandangan mu padaku?."Tanya Xagara mulai tertarik dengan apa yang Irana lihat tentang dirinya.
Irana mengingat cerita yang ia baca."Kau tak pernah kasar pada pasangan mu, kau sangat baik dan sabar.Itu yang ku tau."
Xagara menjauhkan tubuhnya dengan gelak tawa yang terdengar."Aku melakukan nya kepada musuhku. Maksudnya musuh tertentu, Aku akan baik pada mereka sambil menusuk mereka dari belakang. Begitu sayang."
Irana tak bisa berkata-kata
"Ayo ayo mari kita melakukannya. Aku sudah cukup bersabar selama ini. Tatapan mu padaku tak seperti dulu lagi dan aku akan menunjukkan sifat asliku kepada pasangan ku."
Irana masih mencerna ucapan Xagara di kagetkan dengan dirinya sudah berada di kamarnya dengan Xagara yang mendorong dirinya di kasur.
"Wah akan menjadi malam yang panas."Ucapnya
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...