Sudah berbulan-bulan Ciya berada di dunia aslinya, dirinya tersenyum dan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Dengan menatap hamparan bunga-bunga di taman kota ia tersenyum melihat bunga-bunga yang begitu cantik, dirinya dan Irana punya kesamaan dari segi makanan dan sangat menyukai bunga. Memikirkan tentang Irana, Ciya berharap agar Irana bisa lebih membuat Xagara nyaman dan memberikan cinta.
"Tapi kutukan itu,"gumam Ciya yang baru sadar, bagaimana dengan keadaan Irana di sana?, bagaimana dengan kutukan itu?.
"Kamu lagi mikirin apa?"tanya Evan yang baru datang dengan menenteng satu plastik berisikan Snack dan minuman.
"Kutukan, bagaimana dengan kutukan Xagara?, dan bagaimana dengan sihir yang di miliki Irana?. Bukankah Xagara juga akan hancur karena sihir turun temurun dari Irana?"Tanya Ciya beruntun.
Evan menggeleng."Aku tak tau tapi ku harap para penyihir agung bisa membantu."
"Itu kan karya kamu, novel kamu. Apa nggak bisa di ubah?,"tanya Ciya sedikit kesal."Lagian kan dengan aku masuk ke dalam dunia itu dan melewati banyak hal dan kembali lagi ke dunia asli ku, isi dari novel itu seketika berubah. Jadi?, bukankah kau bisa mengubahnya?. Lagian kata mu hanya kau buat khusus untukku, maka tambahkan lah halaman dan buat mereka berakhir bahagia."
Evan terdiam menatap ciya yang juga tengah menatapnya. Dirinya menghembus nafas berat dan berbalik meninggalkan Ciya sendiri. Ciya hanya bisa melihat Evan yang berjalan menjauh dirinya.
"Apa yang harus aku lakukan?."
Kedua bibirnya terangkat dengan tangan yang memegang handuk sambil mengeringkan rambut sang suami. Perut Irana juga kini kian membesar dan tak bisa untuk terus menutupi nya dari Xagara.
Xagara mengelus pelan perut Irana."Maafkan aku, karena diriku kau jadi begini. Maafkan aku."pintahnya dengan lirih.
Irana menghembus nafas lelah, dirinya memegang dagu Xagara agar bisa melihatnya.
"Tak perlu meminta maaf, semuanya telah terjadi. Apapun yang terjadi kedepannya biarlah terjadi, jika kau yang bertahan, tolong jaga anak kita."
Xagara kembali menunduk."Punggung ku juga sudah menghijau, lama kelamaan akan hancur. Entah apa yang harus kita lakukan."
Irana tersenyum dan terus mengeringkan rambut Xagara. Meski begitu dirinya juga tengah memikirkan caranya, harus dengan apa?.
Kedua kakinya terus melangkah dengan payung yang menjadikan pelindung baginya di saat hujan melanda daerah tempat tinggalnya. Ciya, gadis itu berjalan pelan dengan memikirkan bagaimana keadaan mereka di sana?. Nafas berat di keluarkan olehnya, kepalanya jadi sakit karena terus memikirkan sesuatu yang sangat susah mencari jalan keluarnya.
Salah satu tangannya ia gunakan untuk membuka gerbang rumahnya dan tak lupa kembali di tutup, Ciya memasuki rumahnya, baru saja ia membuka pintu rumahnya dirinya di kejutkan dengan seseorang yang duduk membelakanginya.
"Siapa kau?."Tanya Ciya sedikit takut.
"Aku."Dirinya berbalik dan tersenyum tipis membuat Ciya terdiam sesaat.
Pria di depannya adalah duyung yang ia temui di pantai kalah itu dan di saat dirinya membisikan kegunaan batu itu. Ciya mengerutkan kening tak mengerti dengan pria di depannya, apa hubungan nya?.
"Sebenarnya kau siapa?. Bagaimana bisa dirimu berada di sini dan di dunia fantasi?."Tanya Ciya.
"Aku"ucapnya lagi yang seketika berubah menjadi penyihir agung Rihom.
Ciya di buat terkejut, benar-benar terkejut. Dirinya tak tau harus berkata apa seperti mulutnya di kunci.
Penyihir agung Rihom mendekat dan tersenyum pada Ciya."Aku memang penyihir agung dan bisa membantu siapapun tapi menyangkut kutukan dan sihir turun temurun Bytra dengan menghancurkan sihir jahat dari orang di sekitarnya tak bisa di hentikan oleh ku, maka beritahu kekasih mu untuk membuatnya menghilang."
Ciya masih diam meski begitu dirinya mengerti maksud dari penyihir Rihom, saat mengatakan hal itu seketika penyihir Rihom menghilang. Ciya dengan cepat menelepon Evan untuk datang ke kediaman nya.
Suara ketukan pintu dari luar mengalihkan atensi Ciya yang semula menatap novel di atas meja nya kini memilih berjalan membukakan pintu untuk pria di depannya. Setelah mempersilahkan dirinya masuk, Ciya kembali menutup pintu.
"Jadi tadi penyihir Rihom datang dan mengatakan itu?."Tanya Evan sambil membuka jaketnya yang di angguki oleh Ciya.
"Maka penambahan halaman adalah satu-satunya jalan."
Evan mengangguk dan Ciya yang berjalan ke arah kamarnya di ikuti Evan. Setelah sampai di kamar, Ciya membuka komputernya dan mempersilahkan Evan untuk duduk sambil mengetik beberapa part lagi.
"Buatlah ending yang bahagia,"ujar Ciya.
Jadi jemari Evan menari di atas keyboard mengetik alur tambahan dan memprint nya lalu menempelkan pada novel itu yang di bantu oleh Ciya, setelahnya Ciya tersenyum begitu juga dengan Evan, keduanya bertos dengan masih menampilkan senyumannya. Ini adalah akhir bahagia bagi mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...