Di dalam kamarnya Irana duduk menyilangkan kaki dengan mata tertutup dan tangan bertaut. Ia membacakan mantra-mantra hingga cahaya-cahaya hijau keluar perlahan dari tubuhnya dan perlahan merambat pada dinding-dinding kamarnya sampai membentuk suatu simbol bunga dan menghilang. Irana membuka mata perlahan dengan senyuman tipisnya, akhirnya ia bisa membuat perlindungan pada kamar dan tubuhnya sendiri.
Ia berjalan ke arah pintu saat mendengar suara ketukan. Membuka perlahan memperlihatkan dua orang pelayanan yang seumuran dengannya, keduanya sama-sama mempunyai surai coklat tua.
"Ada apa?,"tanya Irana.
"Duke meminta kami memanggil Dukess untuk makan malam di ruang makan."Ucap Gadis berkepang menunduk.
Irana menunduk membuat mereka lebih menunduk."Maafkan diriku yang selama ini kasar pada kalian. Aku tau apa yang aku lakukan sangat salah. Aku sangat meminta maaf."Kata Irana sungguh-sungguh.
Keduanya saling pandang dan menatap Irana sekilas lalu mengangguk dengan senyuman manisnya.
"Terima kasih, nanti akan ku buatkan kalian makanan yang enak."
Keduanya kembali mengangguk semangat dan mengikuti Irana dari belakang.
Sesampainya di ruang makan Irana kembali menatap para pelayan dengan senyuman manisnya. Ia tanpa peduli menunduk membuat mereka semua ikut menunduk."Terimalah permintaan maafku. Aku sangat meminta maaf pada kalian, selama ini aku begitu salah dan kasar."
Xagara yang melihatnya tersenyum tipis. Istrinya banyak sekali mengalami perubahan dan dirinya menyukai itu.
"Tak perlu meminta maaf Ducches,",Ujar wanita setengah abad yang merupakan kepala koki.
"Sekali lagi aku minta maaf."
Semuanya mengangguk dengan senyum yang terpatri di wajah mereka masing-masing.
Irana duduk di depan Xagara, ia dengan telaten menaruh nasi dan beberapa lauk ke dalam piring Xagara bahkan menuangkan air ke dalam wadah minum.
"Terima kasih istriku,"
"Sama-sama suamiku."Balas Irana dengan senyuman manisnya.
Sungguh, Xagara sangat menyukai Irana, sangat menyukai dan mencintai. Wanita yang berhasil mengambil atensinya saat pertama bertemu, wanita yang berhasil membuat dirinya terbayang-bayang olehnya. Xagara tak peduli dengan bentuk badan, jika ia mencintai maka mata dan hatinya hanya tertuju pada orang yang ia cintai. Sekeras apapun orang lain mencoba mengambil hatinya, tetap tak akan pernah bisa karena hatinya telah menyatu dengan hati Irana, wanita yang ia cintai.
Tangannya terulur mengelus surai hitam legam milik Irana."Apa kita harus berpisah ranjang?. Kau tak ingin pindah ke kamarku?."
Irana menggeleng."Aku sangat nyaman di kamarku. Kalau kau mau pindah lah ke kamarku."Kata Irana memasukan potongan ayam panggang ke mulutnya."Meski kita berpisah ranjang, kau akan tetap datang ke kamar ku saat tengah malam kan?."
Xagara tertawa lalu mengangguk mengiyakannya.
"Xagara."Panggil Irana lirih.
"Ya?."Jawab Xagara menatap Irana yang tengah menatapnya.
"Apakah kau mencintaiku?. Apa hati dan tatapan mu hanya tertuju padaku?. Apakah kau mencintai Adalena?."Tanya Irana lirih.
"Aku mencintaimu Irana Liyzakvaz Griffiskra, sangat. Dan hati dan tatapan ku hanya tertuju padamu. Soal Adalena?, Tak sedikitpun rasa cinta ini padanya, aku tak mencintainya."Jawab Xagara.
Irana bernafas lega."Aku hanya ingin Ending yang baik untuk Irana."ucapnya sangat pelan.
"Apa?."Tanya Xagara tak mendengar yang di ucapkan Irana.
Menggeleng dan tersenyum sebagai jawaban, Irana kembali memakan makanannya.
"Irana. Kau tak perlu merasa khawatir karena cintaku hanya untukmu. Berhenti berpikir sesuatu yang akan menyakiti mu. Bagaimana bisa wanita selalu berpikir hal yang akan menyakiti mereka?. Aneh."
Irana tak menangapi Kalimat terakhir.
"Irana, kau akan mendapatkan akhir yang bahagia. Aku berjanji."Batinnya.
Di istana pemerintahan Adalena tengah di sibukkan dengan berbagai dokumen-dokumen yang harus ia urus. Di tambah hari ini akan ada pembukaan karyawan yang pastinya sangat membuat dirinya lelah. Ia terperanjat saat sepasang tangan memeluknya dari belakang dengan kepala yang bersandar di bahunya.
"Sayang, kau sepertinya sangat kelelahan."Kata vano.
"Lepaskan tubuhmu itu dari ku."Desisnya di sertakan penekanan di setiap kata.
Vano tak mengindahkan ia terus mengeratkan pelukannya."Kau menikahlah denganku. Duke Xagara sudah beristri,"Ujarnya seakan tau hati dari wanita yang ia cintai.
"Aku sangat sibuk dan tak ingin di ganggu. Kau sebaiknya pergi saja,"ucap Adalena.
Vano melepaskan pelukannya itu, ia mengambil kursi dan duduk di samping Adalena membantu mengerjakan beberapa dokumen. Meski awalnya menolak tapi Adalena mengijinkan nya karena ini terlalu banyak jika dikerjakan sendiri. Di dalam ruangan pribadinya keduanya hanya diam dengan fokus bekerja. Meski Vano sibuk menulis kata-kata di dokumen sesekali matanya mencuri pandang pada sang pujaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...