Suasana begitu mencekam, keheningan terjadi apalagi di sini juga sudah ada Irana setelah di mintai agar ikut datang dalam pemindahan kutukan ini. Di dalam ruangan ini terlihat Xagara yang duduk bersebelahan dengan Evan dan di depannya ada penyihir Rihom sedangkan Irana dan Ciya duduk di samping kanan mereka. Di depan nya ada segelas air yang mungkin menjadi perantara. Ciya bisa melihat beberapa kali Evan menghembuskan nafasnya mungkin terasa begitu gugup."Biar aku saja yang menggantikannya,"
Lagi dan lagi Ciya ingin menyerahkan dirinya tapi penyihir Rihom menggeleng.
"Hanya jiwa Evan lah yang cocok,"Jawab penyihir Rihom.
Semuanya terdiam dengan penyihir Rihom yang mulai membacakan mantra Irana merangkul Ciya mencoba menguatkannya. Dengan Xagara yang menutup matanya begitu juga yang di lakukan Evan, keduanya sama-sama diam dengan mata terpejam. Perlahan Xagara mulai meringis secara perlahan dan erangan yang pelan dan berakhir erangan panjang dan keras yang di keluarkan Xagara. Irana dan Ciya yang melihatnya meringis mendengar Xagara mengerang keras dengan tangan terkepal sedangkan Evan masih diam dengan mata terpejam sampai Xagara terjatuh pingsan membuat Irana jadi khawatir dan ingin mendekat tapi dengan cepat di tahan oleh penyihir Rihom dengan tangannya dan mulut yang masih terus membacakan mantra. Hingga beberapa saat sampai Irana dan Ciya menyaksikan tangan Xagara yang awalnya menghijau pun kembali normal dengan kulit putihnya.
"Bukalah matamu Evan"titah penyihir Rihom yang langsung di lakukan oleh Evan.
Kedua matanya terbuka dan tak merasa apapun, peluh keringatnya terlihat apalagi dia juga mendengar erangan dari Xagara, pria yang sangat kuat itu pun mengerang sakit karena kutukan itu. Matanya melirik pada Ciya yang juga tengah menatapnya dengan air mata yang membasahi wajahnya, seutas senyum di perlihatkan dengan kepala yang mengangguk pelan. Ciya menggeleng kepalanya dengan tangan kanan yang menutup mulutnya tak ingin jika harus terisak.
"Apa kau siap?."Tanya penyihir Rihom menatap Evan yang di angguki dengan matang.
"Siapkan dirimu dan minumlah air ini."
Evan menghembus nafas nya beberapa kali lalu tangan kanannya dengan pelan mengambil gelas itu dan beberapa kali tegukan ia habiskan pada gelas itu. Semuanya hening menanti efek apa yang terjadi tapi tak terjadi apapun bahkan Evan tak mendesis atau apapun.
"Kutukan itu telah berpindah padamu, sekarang jangan pernah mempunyai hubungan yang dekat dengan keturunan Bytra dan kau tak boleh mempunyai anak dari wanita manapun jika tak ingin wanita itu hancur."
Evan mengangguk mantap dengan mata yang melirik pada Ciya yang hanya menangis. Tangannya dengan pelan menghapus air mata Ciya yang bukannya berhenti Ciya malah terisak. Perlahan Evan mendekat dan memeluk Ciya erat sedangkan Irana mencoba membangunkan Xagara yang dengan perlahan Xagara mulai tersadar. Dirinya terbangun dengan melihat Ciya yang sudah menangis di dalam dekapan Evan.
"Terima kasih,"
Evan mengangguk menyahuti ucapan terima kasih dari Xagara, Irana juga ikut mengucapkan terima kasih karena Evan sudah ingin membantu keduanya.
"Kami telah membantu kalian maka hiduplah bahagia jangan pernah berpikir untuk berpisah,"ucap Evan yang di angguki keduanya.
Penyihir Rihom tersenyum tipis dan mulai berdiri meninggalkan keempat nya yang masih berada di ruangan itu.
Malam kembali menyapa dengan Ciya dan Evan yang makan malam bersama dengan Irana dan Xagara yang menjadi momentum pertama dan terakhir bagi Ciya yang bisa makan bersama dengan kedua tokoh utama. Seutas senyum di perlihatkan Ciya, dirinya memakan makanan nya dengan lahap.
Matahari perlahan terlihat dengan Irana yang mengantar Ciya dan Evan ke busaran tempat dimana penghubung dunia ini dan dunia asli keduanya. Perlahan Evan dan Ciya masuk tapi sebelum itu keduanya berbalik dan melambaikan tangan pada Irana begitu juga dengan Irana yang membalas lambaian tangan itu.
Senyuman manis di perlihatkan Irana di sertai hembusan nafas lega."Terima kasih, kalian adalah orang yang baik, ku berdoa kalian akan mendapatkan kebahagiaan."
Yang mereka rasakan ialah rintikan air yang mengenai keduanya dengan mata mereka yang terbuka perlahan. Kedua tangan yang masih saling mengengam berlari mencari tempat perlindungan agar tak basah kuyup. Meski begitu sia-sia karena berada di jalan yang sepi yang tak punya tempat untuk berteduh hingga mau tak mau keduanya pun harus basah kuyup terkena air hujan. Kini tak lari melainkan jalan membiarkan air hujan mengenai keduanya, Ciya lebih dulu melepas tautan tangan itu dan berhenti membuat Evan pun berhenti dan berbalik.
"Ada apa?."Tanya Evan menaiki sebelah alisnya.
Ciya menatap Evan dalam."Kau tak akan menikah jika kutukan itu ada pada dirimu,"ucapnya sedih.
Evan mengangguk, karena tak mungkin dirinya tak memberikan nafkah batin pada istrinya.
"Ya udah kalau gitu kamu nikah aja sama aku."Kata Ciya lagi.
Evan terdiam begitu juga dengan Ciya yang membuat suasana jadi akward. Suara daheman di keluarkan Ciya, dirinya lebih dulu berjalan dengan cepat yang membuat Evan berkekeh geli dan menyusulnya yang sudah sedikit jauh darinya.
Evan berlari hingga mensejajarkan langkahnya dengan Ciya hingga tangan kanannya menarik tangan Ciya mendekat ke arahnya, meski dengan susah karena air hujan Ciya mendongak dan menatap Evan.
"Jika itu maumu, kenapa tidak?."Ucap Evan dengan senyuman manisnya membuat Ciya juga ikut tersenyum.
Kehidupan terus berputar masalah akan terus ada silih berganti, tetaplah melangkah dan selesai kan masalah itu hingga kau menemukan kebahagiaan dari setiap hal yang kau lewati.Apa yang di takdirkan untukmu akan tetap berada padamu apapun bentuk dari perjalanan itu.
Hidupmu akan tetap menjadi hidupmu, duniamu akan tetap menjadi duniamu. Genggam Lah yang menjadi kehidupan mu dan jangan mengengam sesuatu yang bukan milikmu.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...