Tiga puluh enam

472 40 0
                                    

    Setelah berbicara sebentar dengan Skara, Irana kembali memasuki istana pemerintahan dan mendapati Xagara yang tengah duduk di tempat para orang-orang yang ingin menunggu atau jika ada yang ingin berkunjung sebentar. Ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Xagara yang mendongak saat mendengar suara kaki mendekat ke arahnya. Dirinya berdiri dan tinggi yang membuat Irana harus sedikit mendongak agar bisa melihat wajahnya.

"Kau kemana?."

"Aku hanya berbicara sebentar dengan para pekerja,"jawab Irana.

   Jawaban yang di berikan di balas dengan satu kali anggukan, Irana sedikit terkejut saat tangannya di tautkan dengan tangan Xagara. Kedua telapak tangan dan jari jemari yang saling mengengam, keduanya berjalan bersama keluar menuju kereta kuda.

  Kerald dan Ima hanya diam saja melihat pemandangan di depannya dan tak terkejut sama sekali berbeda dengan para pekerja yang sedari tadi lalu lalang karena sudah waktunya makan siang di kejutkan dengan apa yang mereka lihat, karena tak pernah mereka melihat Xagara mengandeng Irana apalagi pernikahan mereka yang berlandaskan perjodohan politik.

"Setelah di pikir-pikir sudah lama sekali aku tak mendengar rumor tentang hubungan mereka, syukurlah jika membaik,"tutur salah satu pekerja wanita yang menkonde rambutnya yang di balas oleh anggukan dari temannya.

Irana maupun Xagara dan kedua sekretaris nya pun tak peduli, mereka memilih naik kembali ke kereta kuda menuju kerajaan. Bahkan sekarang sudah di mulai bersiapan untuk pergantian tahun yang biasa di laksanakan di rumah masing-masing. Di dalam kereta pun irana hanya diam memandang hamparan pohon di sampingnya, ia masih memikirkan Evan, kenapa Evan bisa masuk ke dalam dunia novel?, bagaimana caranya?, apa ia melukai diri atau meninggal?. Banyak sekali pikiran-pikiran yang mencoba masuk membuatnya sedikit pusing.

  Xagara yang menyadari ekspresi Irana yang tengah menahan sakit pun menepuk pundak Irana."Kau tak apa?."

Irana membalasnya dengan gelengan, ia menyandarkan kepalanya di bahu kanan Xagara dengan mata yang mulai terpejam, tangannya masih terus tertaut dengan tangan Xagara seperti engan untuk melepasnya meski sedetik pun.

"Kau selalu tertutup padaku, maksud ku ada beberapa yang seakan tak bisa aku lihat dari dirimu."

Irana masih menutup mata membiarkan Xagara berbicara.

"Apa aku penting dalam hidupmu?, kau menganggap ku apa?. Bagaimana bisa kau masih tetap menutup diri dari diriku sedangkan aku adalah bagian dari dirimu."

Irana bisa dengar juga nada sedih di dalamnya tapi ia engan untuk membuka mata.

"Baiklah jika kau masih tak ingin berbicara."

"Bicaralah tentang dirimu dulu."

Setelah diam untuk beberapa saat Irana mulai berbicara.

Xagara terdiam untuk sesaat lalu kembali berujar."Bukannya kau telah mengenalku?, lalu bagaimana caranya aku membicarakan diriku lagi?."

Perlahan Irana membuka matanya, kepalanya ia tak sandarkan lagi begitu juga dengan tangannya yang ia lepas dari genggaman Xagara. Irana menatap Xagara."Lalu apakah kau belum juga mengenalku?, maka kau bertanya."

Diam,Xagara terdiam entah dirinya harus mengucapkan kata apa.

Irana yang melihatnya tersenyum kecut, dirinya kembali berujar."Kita saling mencintai tapi sedikit yang baru kupahami dari dirimu Xagara begitu juga dengan dirimu. Kita mungkin tau makanan yang kita suka atau tidak suka tapi beberapa hal yang tak kita ketahui."

Setelah diam beberapa saat Irana kembali berucap sambil menunduk."Mari berpisah."

Xagara yang mendengar sudah pasti terkejut, ekspresi terkejut nya tak bisa di sembunyikan. Situasi macam apa ini?, kenapa harus seperti ini?. Dengan memegang dagu Irana, Xagara meramas dengan kuat begitu juga dengan tatapan tajamnya. Inilah Xagara jika sedang marah, tatapan tajamnya mampu membuat lawannya takut. Begitu juga dengan Irana yang merasa jantungnya berdetak lebih cepat, ia merasakan ketakutan dengan tatapan Xagara.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang