ketujuh

2.2K 150 4
                                    

   

  Sinar matahari bersinar terang dengan cuaca yang cerah dan para penduduk yang sangat antusias menyaksikan pembukaan pameran di pusat kota wilayah selatan. Di depan sana sudah ada Raja dan Duke Traska, keduanya tersenyum dan memberikan sepatah kata sebagai pembukaan, sudah pasti Raja yang berbicara terlebih dahulu dan setelahnya Duke. Meski sudah berumur 90 tahun ketampanan Raja Abamar tak pernah luntur begitu juga dengan Duke Traska yang sudah setengah abad. Memimpin suatu wilayah bukanlah hal yang mudah begitu juga yang di lalui oleh kakeknya Irana, Raja Abamar dan Ayahnya Duke Traska. Duke Traska mempunyai Dua saudara perempuan yang kini telah menjadi istri dari Duke di kerajaan wilayah lain dan ada juga yang menjadi istri seorang pemimpin perang.

  Irana tengah berdiri bersama kedua bibinya, adik-adik dari Ayahnya. Ada Syara yang merupakan anak kedua yang menjadi istri dari seorang Duke di wilayah Utara dan anak ketiga yaitu Syila yang merupakan istri dari pemimpin perang wilayah barat. Keduanya berdiri di sisi kiri dan kanan Irana sedangkan Xagara tengah berbincang dengan para petinggi negara dan beberapa Pangeran ataupun Duke dari wilayah lain.  Pemeran telah di buka dengan seni bela diri di atas panggung, dimana para ksatria tengah melawan satu sama lain dengan pedang punya mereka.

"Bibi, aku mau menyaksikan pertarungan perang. Apa kalian mau ikut?,"Tanya Irana.

Keduanya kompak menggeleng dan memilih bergabung bersama suami mereka.

  Irana berjalan mendekat ke arah kerumunan orang, seketika para masyarakat mempersilahkan dirinya untuk berdiri di depan. Ia tersenyum tak lupa mengucapkan terimakasih. Dirinya menyaksikan pertarungan dari ksatria Timur dan Ksatria Selatan. Surai putih milik ksatria Timur Poran dan Ksatria Selatan, Sikran. Sudah di pastikan ia akan mendukung ksatria wilayah suaminya. Ia dengan berteriak dan berlompat kecil memberikan semangat.

"Ksatria Poran semangat. Semangat Sayang."Teriaknya heboh dan di balas senyuman tipis milik Poran.

Sedangkan orang-orang di sana terkejut, bagaimana bisa seorang Dukes berteriak memanggil sayang kepada Ksatria nya?, Apa iya tak takut jika suaminya marah?. Itulah yang di pikirkan orang-orang. Irana tak memperdulikan itu, ia terus memberikan dukungan.

Keduanya saling berlawanan satu sama lain, suara pedang yang bersentuhan menghasilkan bunyi yang membuat gigi masam sendiri. Suara yang bisa membuat orang bergidik memikirkan jika pedang itu mengenai mereka. Keduanya sama-sama kuat membuat Irana greget sendiri karena ia menginginkan kemenangan di tangan ksatria wilayah suaminya. Ia terus berteriak menyemangati.
"Semangat Poran. Pedangmu di mainkan lagi jangan sampai kalah. Kau harus menang, aku akan memasakkan mu makanan yang paling enak."Teriaknya.

Poran yang menyukai makanan pun semakin bersemangat, ia dengan cekatan berhasil menjatuhkan pedang ksatria wilayah setelan. Dan sudah di pastikan Poran lan pemenangnya.

  Irana begitu senang ia bahkan berlari naik ke atas panggung dan tanpa peduli ia menarik tangan Poran untuk saling bersalaman."Selamat Poran, sesuai janjiku, aku akan mentraktir mu dan ya sebentar malam ikut denganku berkeliling pameran."ucapnya sedikit berbisik.

"Baik Nyonya duchess Irana. Kau sungguh baik,"Ujarnya.

"Eii tak perlu merasa seperti itu. Aku sebenarnya merasa bersalah padamu bagaimana bisa aku yang selalu memukulmu untuk melampiaskan amarahku. Dan kenapa kau tak lawan saja aku?."

"Kalau aku lawan, kau akan mati."Jawabnya santai membuat Irana meringis, benar juga.

"Sudahlah. Kau menang dan tunggu aku malam nanti, aku akan mengajakmu berkeliling, oh ya untuk makanan buatan ku, akan aku buatkan saat kita sudah kembali ke istana."

"Apa kalian akan terus berdiri di sana?. Masih ada ksatria yang harus bertanding!."Seruan seorang pria.

Irana met nyengir  dan menunduk mengucapkan maaf sambil menarik tangan Poran turun. Tak peduli ia terus menarik tangan Poran melewati kerumunan dan bahkan melewati Xagara yang sedari tadi menatap dirinya di atas panggung. Poran yang melihatnya hanya menahan nafas, bagaimana Dukes melewati Duke begitu saja?, Apa ia akan di hukum setelah ini?, Wah sangat mengerikan.

  Sampai di salah satu kedai, Irana melepas tangannya dari pergelangan tangan Poran membuatnya kebingungan.

"Pesan makanan yang kau mau, aku akan mentraktir mu."

"Benarkah?."Tanya Poran tak percaya.

Irana berdecih."Apa wajahku terlihat berbohong?!. Pesan saja."

"Baik duchess."

Ia duduk di kursi dan memesan roti panas dan susu yang di panaskan. Rasa segar dan panas yang masuk ke tenggorokan dan perutnya. Irana yang melihatnya jadi tergiur, ia pun duduk di  samping Poran dan memesan sama seperti yang Poran pesan.

Poran menatap wajah Irana menunggu respon yang akan di berikan." Bagaimana?." Tanyanya penasaran.

Irana tersenyum dengan mata yang tertutup membentuk bulan sabit. Ia mengangguk dengan mulut yang mengigit roti panas itu.

"Paman, roti dan susumu sangat enak,"ucap Irana memuji makanan milik paman.

Pria itu tersenyum."Terima kasih telah memuji makanan ku duchess Irana. Aku tak menyangka bahwa kau akan makan di kedai kecil punya ku. Apalagi ini sedikit jauh dari kerumunan pameran."

Suara tawa dari bibir Irana dengan surai hitam yang menerpa angin, sungguh dirinya sangat cantik dan imut di satu waktu yang bersamaan bahkan Poran terpesona dengan Irana, dirinya tak berkedip sama sekali.

  Seketika aura di sekitarnya terasa tercekik, Poran memegang lehernya kuat, dirinya merasa tercekik membuat Irana kalang kabut. Irana memegang tangan Poran  yang mencekik dirinya sendiri sampai tangan itu terlepas dengan Poran yang telah jatuh pingsan bahkan paman kedai yang sudah berumur terdiam melihat kejadian barusan. Irana bertambah khawatir dengan  terus menggoyangkan tubuh Poran agar terbangun tapi bukan Poran yang terbangun, tubuhnya lah yang terasa melayang terbang kebelakang.

  Irana berteriak merasakan tubuhnya terbang sampai Sepasang tangan memeluk pinggang dan kakinya menginjak tanah. Ia membuka mata dan mendongak menatap Xagara yang juga tengah menatapnya. Ia menunduk membisikkan sesuatu."Kau sangat berani memegang tangannya dan berlalu dariku begitu saja. Apa kau sekarang sudah berani hm?."

Sungguh suara bisik lirihnya berhasil membuat bulu kuduknya merinding. Ia berdehem."Kau gila?!. Bagaimana jika Poran meninggal?. Ingat, dia ksatria di kerajaan. Kenapa kau?,Kau punya kekuatan?."Tanya Irana. Sungguh, di dalam novel tidak membicarakan Xagara yang mempunyai kekuatan kecuali dalam hal perang.

Xagara tak peduli ia melihat sekilas Poran lalu kembali menatap Irana yang tengah menatapnya. Ia mengelus pipi bulat milik Irana."Dia tidak akan meninggal hanya pingsan saja."

"Aku melakukan itu karena ingin meminta maaf padanya. Dulu, saat aku kesal aku selalu melampiaskan amarah ku pada Pelayan, pengawal bahkan ksatria pribadimu. Kau tau?, Apa yang aku lakukan tadi tak semata sebuah permohonan maaf. Aku akan lakukan ke semua Ksatria, pengawal bahkan pelayan. Aku akan melakukan nya, Xagara,"ucapnya,"Dan ya yang harus kamu ketahui lagi. Ingat! Bahwa dulu aku tak peduli denganmu."Sambungnya lagi sambil mendorong tubuh Xagara agar terlepas darinya. Ia berlari mendekat ke arah Poran dan mencoba membawah Poran kembali ke kerajaan agar di obati karena lehernya begitu merah.

Ia menopang tubuh Poran yang tinggi dengan susah payah, sampai dimana ia berdiri di samping Xagara, tatapan tajamnya menatap Xagara. "Ingat Xagara. Mereka setia padamu bahkan mereka tak akan menikah dan tak memperdulikan kehidupan pribadi. Mereka sudah setia padamu bertahun-tahun dan kau tak bisa percaya pada mereka?, Kau tak bisa menganggap mereka keluarga?. Sangat kejam sekali karena itulah waktu itu aku tak ingin menikah denganmu."ujar Irana tajam.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang