keenam

2.3K 168 1
                                    

    

       Adalena digambarkan menjadi gadis yang cantik, bisa memanah dan jago dalam hal pedang. Ia merupakan salah satu pekerja di pemerintahan istana dan menjadi pembantu pemimpin atau bisa di bilang sekretaris pada jaman modern. Meski bekerja di pemerintahan tapi Adalena sangat jago dalam hal pedang. Karena itulah banyak sekali laki-laki yang terpikat dan juga banyak sekali orang tua yang ingin menjodohkan anak mereka dengannya. Jika di sandingkan dengan Irana sudah pasti Irana kalah. Bahkan sangat jauh kalah dari Adalena.

  Karena itulah Irana iri dan semakin tak suka saat dirinya mengetahui bahwa Adalena menyukai suaminya

  Meski terlihat begitu sempurna Adalena termaksud wanita yang susah untuk menyembunyikan perasaan suka atau cinta. Ia akan memberitahu. Maka dari itu Xagara bilang kalau Adalena mengungkapkan perasaan sukanya pada pertemuan awal. Dan dari penuturan Xagara sudah berbeda dengan apa yang Ciya baca, dimana Adalena menyembunyikan perasaan nya hingga tak bisa menyimpan perasaannya dan mengungkapkan perasaannya. Dan saat pengungkapan itu terjadi saat Irana telah tiada tapi ucapan Xagara waktu di kereta sudah berbeda. Berbalik lagi bahwa Adalena tak bisa menyembunyikan perasaannya dan memilih mengungkapkan jika menyukai seseorang, tentang itu Adalena menahannya karena orang yang ia suka adalah Duke Xagara Griffiskra yang sudah beristri. Dirinya susah untuk menyimpan perasaan dan setiap hari pasti ada saja mereka bertemu.

"Semua berbeda sangat berbeda. Baiklah sekarang kau tak boleh labil Irana, tak boleh terlalu terpaku pada jalan cerita. Seperti ucapan mu yang ingin membuat Irana berakhir bahagia maka harus di lakukan," Ucapnya penuh keyakinan.

  Kedua kakinya melangkah memasuki ruang makan kerajaan selatan milik ayahnya. Di dalam ruangan yang besar dengan sentuhan emas dan warna tembok seperti kayu. Di sini juga masih ada Erikson Bungla dan Adalena Bungla, karena di paksa untuk menginap oleh Traska, mau tak mau mereka menyetujuinya. Tak ada yang bersuara hanya ada bunyi sendok dan piring yang bersentuhan meski hanya sesekali.

  Irana mengintip dimana Adalena sedikit mencuri pandang pada Xagara yang tengah makan dengan tenang.

"Satu yang ku tau lagi. Kau sangat suka melihat dan mencuri pandang pada orang yang kau suka, Adalena. Tapi maafkan aku, aku hanya ingin membuat Irana bahagia dan akhir yang bahagia. Maafkan aku, kau pantas mendapatkan pria baik dan pria itu pastinya bukan suamiku,"Batinnya.

"Bibirmu sayang."Tegur Irana dengan nada sedikit besar agar mereka juga mendengar. Ia mengelap sudut bibir Xagara dengan ibu jarinya, bukan mengelap di kain, Irana malah menyecap saus yang menempel di ibu jarinya."Hmm enak apalagi kena bibir kamu."Godanya mengedipkan sebelah matanya.

Xagara terkejut bahkan ia sampai batuk.

"Sayang pelan-pelan saja."Irana memberikan segelas air dan di minum hingga tersisa setengah. Dirinya tersenyum tipis saat mendapati Adalena yang tengah menggenggam sendoknya lebih kuat lebih tepatnya kepalan tangannya itu.

"Maaf sekali lagi. Aku hanya ingin hidup saja. Lupakan perasaan itu Adalena, kau pantas mendapat seorang raja,"ucap Irana dalam hatinya.

"Waah ayah sangat terkejut. Kalian terlihat sangat mesra HAHAHA. Apakah ini pertanda bahwa ayah akan mendapatkan cucu?."Tanyanya bergurau.

"Ya secepatnya. Secepatnya ayah akan mendapatkan kabar itu,"jawab Irana  dengan mantab.

Jawabannya berhasil mengagetkan Xagara dan membuat Traksa tertawa sedangkan Erikson hanya merespon dengan senyum tipis, lalu Adalena?, Dirinya terbakar api cemburu.

"Kami akan membuatkan untukmu ayah mertua jadi bersabarlah."Tutur Xagara lembut sambil merangkul pundak Irana. Irana membalasnya dengan pelukan tak lupa ia mengecup pipi Xagara.

"Kalian terlihat sangat romantis meski pernikahannya di landasi politik,"ucap Adalena lembut.

"Ya begitulah."Balas Irana santai yang masih memeluk Xagara.

Xagara?, Pria itu menatap Adalena dengan tatapan tak suka. Apa-apaan wanita itu?, Dasar!. Meski sedang kesal ia tetap mempertahankan wajah santainya seperti tak terjadi apapun.

"Apakah kau sudah selesai?, Istriku."Tanya Xagara.

"Sebentar lagi. Aku sangat suka dengan makanan yang terbuat dari ikan. Ini sangat enak,"ucapnya.

Traska tertawa kecil, memang dari dulu Irana selalu suka ikan."Bahkan saat kecil dulu kau sangat pandai dalam hal memancing."

"Iya saat kecil aku sangat suka memancing dan pandai dalam hal itu. Tapi ayah tau, setelah aku masuk akademi, aku tak pernah memancing dan mungkin sekarang aku sudah lupa dan tak jago lagi,"ucapnya mengingat masa kecilnya, ingatan Irana yang di berikan olehnya.

"Ayah, aku sangat mengantuk,"Bisik Adalena.

"Apakah kau mengantuk Nyonya Adalena?,"tanya Irana.

Adalena mengangguk meski dirinya tidak mengantuk hanya tak ingin kembali sakit melihat Xagara yang terus menatap Irana." Ya, sangat. Hari ini begitu melelahkan."

"Baiklah, kami permisi beristirahat dulu Tuan Duke."Ucap Erikson berdiri diikuti Adalena.

"Baiklah silahkan istirahat. Jika membutuhkan sesuatu panggil lah pengawal di depan pintu kamar kalian,"ujar Traska

Keduanya mengangguk dan pamit pergi. Sekarang tertinggal Traska dan kedua sepasang suami istri yang masih setia berada di ruang makan.

"Ayah juga harus beristirahat karena besok akan banyak sekali pekerjaan dan ayah juga harus menghadiri acara pembukaan pameran di pusat kota."

"Apa?,,Pameran?.Wah aku ingin kesana,"katanya dengan tatapan berbinar.

Traska tersenyum mengelus surai hitam legam milik anaknya, ia mengangguk dan pamit pergi.

"Apa kau masih lapar?"Tanya Xagara.

"Aku sudah kenyang, aku juga sama seperti kalian makan dalam porsi pas. Ingat tubuhku yang besar juga karena Gen ayah ku, ingat lagi bahwa aku mengambil gen ayah yang banyak."

"Iya sayang, aku mengerti dan tak perlu di perjelas karena saat pertama melihatmu saat itulah aku selalu mencari tau tentangmu."

"Benarkah?,"tanya Irana seakan tak percaya.

"Iya,"balasnya dengan nada lembut.

"Wah kau membuatku merinding dengan nada bicaramu."Tutur Irana mengelus kedua lengannya.

"Apa kita harus membuat anak?."Tanya Xagara dengan nada jail.

Tersedak, Irana tersedak air yang baru saja memasuki mulutnya. Ia menatap tajam Xagara yang masih  mempertahankan senyuman manisnya. Sungguh senyuman yang memabukkan.

"Apa kau gila?, Huh. Ini masih di kerajaan ayah. Bagaimana jika ada yang mendengar?," Tanyanya mencoba mencari alasan.

"Kita tinggal di kastil mu dan itu jauh dari kerajaan ini."Jawabnya dengan nada lembut.

"Berhenti!!."Teriaknya. Kenapa Xagara menganggap serius ucapan nya tadi?. Sangat gila.

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang