duabelas

1.3K 101 1
                                    


Angin berhembus kencang dengan Irana yang tengah kesusahan menjaga tubuhnya agar tak ikut terbang terbawah arus angin. Matanya tertutup dengan mulut Komat Kamit membaca kalimat-kalimat yang tersusun rapi di dalam benaknya. Ini adalah sihir miopranja, sangat sulit baginya karena ia harus bisa melewati angin tersebut untuk mengambil permata di balik balingan besar. Ia berjalan pelan dengan tubuh sedikit menunduk, kakinya ia tahan kuat agar tak terjatuh dan terbawah arus. Meski sangat kesusahan dan butuh waktu hingga berjam-jam, akhirnya permata biru tua bisa ia ambil.

Kedua adalah ia harus memfokuskan pandangan nya pada suatu objek dan membaca mantra. Mantra yang di baca pun tak boleh salah meski berucap lewat mulut atau di dalam hati. Semua kalimat harus di ucapkan dengan benar. Irana memfokuskan pandangan nya sambil membaca mantra-mantra yang sudah ia hafalkan lebih dari dua Minggu. Sampai batu besar di depannya menghilang dan muncul di dalam miopranja yang merupakan kantung menaruh segala hal.

Penyihir Rihom tersenyum berjalan mendekat ke arah Irana, ia menepuk pundak Irana tiga kali."Bagus Irana, kau sangat cepat sekali menghafal dan melakukan nya meski pernah gagal dua kali."

Irana membalasnya dengan tersenyum, ia bangga.

"Kita tidak punya banyak waktu karena suamimu bisa saja pulang dan mencari mu. Dan juga sihir yang menyerupai mu di istana akan kehabisan waktunya."

"Baik penyihir, jadi selanjutnya apa?."Tanya Irana serius.

"Sihir perlindungan sudah kau kuasai, Sihir miopranja juga sudah bisa. Sekarang tinggal satu meningkatkan sihir turun temurun mu. Tapi sebelumnya kau harus ikut denganku ke Gua Iortxa ,Gue penyembuh."Ujarnya merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Jadi?, Kita akan ke gue Iortxa terlebih dahulu?,"tanya Irana memastikan.

"Ya, di sana kau juga akan meningkatkan sihir turun temurun mu, tapi sebelumnya belajar dulu meracik obat-obatan."


Di tempat Lain Xagara beserta kelima ksatria nya tengah melawan beberapa monster yang berhasil lewat dari pagar perbatasan. Mereka berlima beserta pengawal dari kerajaan lain tengah melawan para monster, selain dengan pedang, sihir adalah keharusan. Jika berperang dengan kerajaan lain maka bisa saja menggunakan pedang dan alat tajam lainnya sesuai kesepakatan atau bisa menggunakan sihir. Akan tetapi jika dengan Monster, Tak ada kesepakatan terlebih dahulu. Maka dari itu di haruskan mereka mempunyai sihir agar bisa melindungi diri dan melawan para Monster.

Bola merah yang cukup besar mengenai badan monster sampai monster itu hancur berkeping-keping. Darah hitam mengenai wajah Xagara yang tersenyum dengan tatapan tajamnya. Ia mengambil pedang dengan cepat sambil membaca mantra merasa ada monster berada di belakang nya. Satu kali tebasan berhasil membuat kepala monster itu terpisah dari tubuhnya.

Para ksatria juga membaca mantra sambil melayangkan pedang tajam mereka melawan banyaknya monster. Makin mereka menjatuhkan monster maka makin banyak monster berdatangan.

"Penyihir agung cepat buatkan tembok pelindung yang tinggi. Cepat!!!."Teriak Raja dari kerajaan Utara.

Para penyihir yang berkisaran 50 orang itu terus berkomat Kamit membacakan mantra dengan tangan yang mencoba membuat tembok tinggi hingga lebih dari sejam pagar pelindung yang sempat roboh itu telah tergantikan dengan tembok tinggi. Para pengawal, ksatria dan Duke terduduk lemas. Sungguh kekuatan mereka sangat di uji sampai energi mereka sangat terkuras.

"Salam yang Mulia Duke. Saya ingin menyampaikan sesuatu."Ujar seorang ksatria dari kerajaan Utara datang berucap sambil membungkuk hormat.

Duke mendongak."Ada apa?."

"Raja memanggil ada ke tenda di ujung barat."

"Baiklah, kau bisa pergi."Xagara berdiri menuju Tenda bagian Barat.

Saat sampai di depan tenda, ia bersuara."Duke Xagara Griffiskra datang memenuhi panggilan mu Raja Qerbacza."

"Masuklah,"ucapnya.

Xagara masuk dan di persilahkan duduk.

"Terima kasih karena telah membantu kami."

"Seharusnya tak hanya diriku, ada Duke dari kerajaan lain yang datang membantu."Ujarnya.

"Aku tau, aku berterima kasih kepada mereka juga. Tapi ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, ini tentang istrimu."

Mendengar istrinya di bawa-bawa, raut wajah Xagara sangat dingin dengan tatapan tajamnya."Ada apa dengan istriku?".

"Istrimu adalah satu-satunya keturunan Bytra , keturunan yang akan selalu di incar Raja Monster untuk meningkatkan kekuatan dari raja monster itu."Katanya."Maka dari itu, kau harus selalu menjaga istrimu agar tak di ambil oleh bangsa Monster. Kau juga tau bahwa beberapa monster menyamar jadi manusia. Dan kita tidak tau itu selain Penyihir agung dan keturunan Bytra."

Xagara mengangguk mengerti. Pagar pelindung di bagian timur sedikit roboh dan berhasil membuat banyak sekali Monster keluar. Yang pastinya Monster yang menyamar bukan Monster biasa.

"Terimakasih atas perhatian Raja, saya akan menjaga istri saya."

"Saran dari saya, jangan sampai pengawal meninggalkan dirinya bahkan seinci pun."

Xagara mengangguk mengerti dan pamit pergi.

Di istana pemerintahan terlihat Adalena yang tengah menaruh kakinya di meja dengan punggung yang bersandar pada kursi kebesarannya. Ia menatap tajam di depan."Sialan. Aku kira kau telah tiada Irana. Sial, sangat sial. Sihirku tak mempan, bagaimana bisa kau hidup?."

FANTASIA( Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang