Pagi hari kembali menerangi bumi akan tetapi Irana belum juga di temukan, Xagara sudah kalang kabut. Dirinya sedari malam tak pernah tidur bahkan ia terus mencari di hutan-hutan berharap menemukan Irana. Kuda yang tunggangi di hentinya saat mendapati sepotong kain yang tersangkut pada ranting kayu. Dirinya turun dari kuda dan mengambil kain itu, ia juga melihat jejak kaki yang masih basah dan sebuah kalung.
Kalung dengan permata biru, kalung pemberian dari Xagara saat malam setelah pengakuan cinta Irana di kebun apel itu. Meremas kalung dan menyimpan sepotong kain beserta kalung itu pada saku celana, ia kembali menaiki kuda dan menunggang kuda menuju bagian timur saat melihat jejak kaki yang berjalan ke arah sana.
Kuda kembali terhenti saat tak mendapati jejak kaki, ia berbalik saat merasakan ada yang bergerak di semak-semak. Saat berbalik dan dengan gerakan refleks, Xagara melompat menghindari serangan panah. Ia menatap ada sekitar 5 orang pria yang berdiri di depannya dengan panah masing-masing yang berada pada tangan mereka. Amarahnya yang tengah memuncak pun merasa senang karena ia bisa melampiaskan sedikit amarahnya. Dengan mengeluarkan pedang yang panjang di sampingnya, ia menatap mereka dengan datar dan sedikit senyum tipisnya.
Perkelahian pun terjadi, Xagara merasa lawannya tak sepadan. Mereka bisa di bilang seperti perampok pemula yang mencoba merampok dirinya dan dengan mudah Xagara menjatuhkan mereka bahkan pedangnya sudah penuh dengan darah. Kembali menaiki kuda dan melanjutkan pekerjaan nya, sebelumnya ia menaruh kembali pedangnya pada sarung yang tergantung di samping pinggang nya.
Di tempat lain Irana baru saja tersadar dari tidurnya. Ia membuka mata perlahan dan meregakan otot-ototnya, mengedarkan pandangannya dan mendapati seorang pria yang tengah memunggungi nya. Dirinya sedang berkutat dengan alat masak untuk menghasilkan sebuah makanan dengan aroma yang membuat Irana merasa lapar lalu menganti posisinya menjadi duduk. Kedua matanya menatap Poran yang baru saja selesai memasak dengan terus saja menatap Poran yang datang membawah sepiring nasi dan sup panas. Menaruh makanan itu di atas meja, Poran menatap Irana yang juga tengah menatapnya.
"Makanlah, kasihan bayimu."
Irana berjalan mendekat dan duduk di depan Poran.
"Ayo makanlah."
Irana mengangguk dan memakan makanan itu dengan lahap, begitu juga dengan Poran yang juga ikut makan dengan perlahan. Setelah beberapa menit Irana sudah selesai makan begitu juga dengan Poran yang baru saja selesai meminum airnya.
"Pangeran tampan adalah aku."Akunya.
Irana yang baru saja selesai meminum air menatap Poran penuh. Pangeran tampan ialah penulis dari novel yang ia baca yang berjudul Adalena dan xagara. Novel yang ia masuki sekarang ini yang menurutnya bukanlah dunia novel karena jalan ceritanya sangat bertolak belakang.
"Jadi pangeran tampan adalah nama samaran mu?,"tanya Irana terkejut.
Dengan santai Poran mengangguk.
"Sebenarnya karakter Poran tak ada tapi aku yang membuat cerita ini maka dengan suka hati aku menambah karakter Poran di dalamnya. Untuk duyung itu, aku hanya iseng menambahkan nya."Jelas Poran.
"Lalu, alur lainnya?."Tanya Irana penasaran.
"Aku tak mengubahnya tapi ceritanya jadi berubah. Seharusnya kisah percintaan Irana dan Xagara melemah."
"Apa karena aku masuk ke novel ini dan kau sedikit merubahnya?."Tanya Irana lagi.
"Aku tak tau, aku hanya menambah karakter Poran saja. Untuk kisah percintaan pemeran utama, tak ada yang berubah. Aku juga berpikir mungkin karena aku menambahkan karakter Poran, maka alurnya berubah. Tapi bukan berarti aku akan dengan mudah menyerah mencari mu Ciya."
"Karakter Poran adalah aku, Evan. Hanya surai yang berbeda, selebihnya adalah sama."Jelas Evan Lagi.
Irana hanya terdiam mendengar penjelasan Evan, ia masih tak menyangka jika Evan lah penulis novel ini dan ia tak habis pikir juga jika kehadiran dan karakter tambahan dari Evan sangat mempengaruhi jalan cerita dan berubah seketika.
"Kenapa bisa berubah?."Tanya Irana.
"Aku akan mengubahnya, aku akan membuat Xagara tak mengenal mu dan kita bisa kembali ke dunia kita"Lontar Evan mengengam tangan kanan Irana yang berada di atas meja.
Atensi Irana kini menatap penuh Poran, dirinya merasa tak ingin pulang ke dunianya, ia merasa ini adalah dunianya, terlepas dari dunia novel atau pun bukan tapi dirinya merasa benar-benar hidup dan bahagia disini.
"Tolong selamatkan aku."Lirih Irana di dalam batinnya.
Poran atau Evan mengangguk."Aku akan menyelamatkan mu."
Irana menggeleng."Aku ingin Xagara."
Senyuman yang baru saja terpatri kini tak menampakkan lagi, kini terlihat tatapan amarah."Kau hanya milikku ciya!."Teriak Evan.
Irana menutup matanya terkejut dengan teriakan Poran dan setelahnya perutnya terasa sakit. Memegang perutnya yang kesakitan Irana memekik tertahan. Evan yang melihatnya di buat kalang kabut entah ia harus berbuat apa padahal dirinya adalah penulis dari novel ini akan tetapi seakan di buat bingung dan tak tau harus bagaimana sekarang.
Sedang berada di situasi seperti ini, pintu rumah ini terbuka dan terlihat wajah Xagara yang menatap Poran. Poran yang melihatnya di buat kaget, wajah terkejutnya tak bisa di sembunyikan. Xagara berjalan mendekat dan melayangkan satu pukulan tepat di pipi kiri Poran hingga wajah Poran harus mengenai tanah yang menjadi lantai di rumah ini. Sedangkan Irana terus saja menahan kesakitan ia terus saja memeluk perutnya yang terasa sakit. Xagara memukul Poran sampai Poran saja tak punya kesempatan untuk membalas dan berakhir tak sadarkan diri.
Xagara berjalan mendekat dan berjongkok di depan Irana. Menarik Irana ke dalam dekapannya tatapan dan ekspresi khawatir nya tak bisa di sembunyikan. Ia begitu merasa bersalah dan gagal menjadi seorang suami.
"Bertahanlah"Ucap xagara mengendong Irana keluar dari rumah kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...