Setelah sarapan Irana dan Ima menuju ruang kerjanya dan untuk Samuel dan para tim sudah pulang sedari tadi pagi bahkan saat matahari belum menampakkan dirinya. Disinilah mereka berada, Irana tengah berkutat dengan berkas-berkas sampai ia menghembuskan nafas lelah.
"Di pagi hari seperti ini seharusnya kita tak berkutat dengan kertas-kertas ini,"Lontarnya.
"Ima."Panggilnya.
Ima yang menyadari tatapan Irana yang seakan akan melakukan sesuatu hanya menelan Saliva takut.
"Ada apa?,"tanya Ima.
"Kau punya celana bukan?,"tanya Irana.
Ima mengangguk.
"Ganti gaunmu dengan celana dan pakaian baju saja. Bawakan sepasang juga untukku sekarang. Oh ya, sendal juga ya,"
Ima kembali mengangguk dan berjalan ke arah kamarnya dan tak lama kembali dengan membawakan sepasang baju sedangkan Ima sudah menggunakan baju berkerah dan rompi coklat bertali nya.
Irana mendekat mengambil pakaian itu, ia pun mulai tukar dengan Ima yang menunggu di depan pintu dengan para pengawal yang berjaga di depan pintu.
Irana tersenyum manis melihat penampilan nya di kaca, terlihat baju putih berkerak dan rompi biru tua dengan celana.
"Bagaimana dia bisa mendapatkan pakaian yang sesuai dengan badanku?. Maksud ku kan badanku gendut dan bajunya bahkan masih sedikit longgar,"
Irana berjalan keluar melihat Ima yang juga tengah menatapnya."Bagaimana?. Aneh?."Tanya memastikan.
"Bagus Nyonya Ducches. Seperti nya kamu tak perlu menggunakan rompi aku juga akan melepaskannya. Jadi pakai baju saja,"tuturnya.
Irana membuka rompi begitu juga dengan Ima.
"Berikan padaku, akan aku letakan di dalam ruangan."Ujarnya mengulurkan tangannya meminta Irana memberikan rompinya.
Kini keduanya berada di sebuah lapangan luas dengan Irana yang bercakar pinggang dengan senyum manisnya sedangkan Ima hanya diam saja karena dirinya jadi mencurigai apa yang akan Ducches nya minta.
"Mari berkuda!,"seru Irana.
"Sudah ku duga,"gumamnya.
"Tapi tak ada kuda di sini Nyonya Ducches,"ucapnya.
"Itu."Ujar Irana menunjuk kandang dengan banyak nya kuda.
"Sial, ini kan tempat pacuan kuda,"umpatnya. Ia membenci menaiki kuda, bukan membenci tapi dirinya takut, takut akan terjadi seperti dahulu.
Senyum Irana pudar saat melihat wajah Ima yang hanya diam saja tak ada rasa senang ataupun lain. Seketika dirinya teringat akan kejadian satu bulan lalu saat Ima terjatuh dari kuda karena berburu kijang bersama.
"Maafkan aku."Ucap Irana menunduk.
Ima spontan menatap Irana dengan Irana yang kembali berujar."Maafkan aku karena waktu itu aku meminta mu berburu denganku, padahal waktu itu kau sedang sakit yang berakibat kau jatuh mengenai batu dan tak sadarkan diri hingga dua Minggu. Pasti itu sangat membekas. Maafkan aku."katanya menatap Ima merasa amat bersalah.
"Tak apa Nyonya-,"
"Irana, panggil aku Irana di saat kita hanya berdua," ucapnya memotong ucapan Ima.
"Tak apa, kau bisa pergi memetik apel di ujung timur sana. Di sana kau boleh mengambil apel sebanyak-banyaknya. Tolong bawakan untuk diriku separuh ya,"
Ima mengangguk dan berlalu bergi.
"Maafkan aku Ima, aku akan membantumu dari ketakutan itu."Ujarnya lirih memandang Ima yang kian menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA( Belum Revisi)
FantasySiapa sangka bahwa Ciya akan bertransmigrasi ke dalam novel Fantasi, Novel dengan latar kerajaan. dirinya juga tak menyangka jika memasuki tubuh sang antagonis yang berbadan cukup gemuk. Ciya tak masalah dengan bentuk badan yang ia tepati yang penti...