47. One Last Night

205 22 22
                                    

Habano Club,
Hongwon City. 03:00 PM

Kembali lagi ke hiruk piruknya ibukota Hongwon. Kota pertama yang mempertemukan dua orang insan yang seharusnya tidak bersatu. Ya, tepatnya di klub Habano, klub terbesar milik seorang janda kaya, nyonya Gwe yang pastinya akan diwariskan pada sang anak tunggalnya, Park Jimin.

Hari masih sore dan Habano belum menunjukkan denyut kehidupan malamnya. Suasana sepi, hanya ada alunan musik instrumental yang mengiringi ruangan gelap yang elegan itu.

Di salah satu ruangan kantor klub, Jimin tengah duduk di depan laptopnya, memeriksa saham dan pendapatan yang mengalir dari bisnis ibunya itu. Sesekali, ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja, mengisi kesunyian dengan ritme kecil yang hampir menenangkan.

'Tok'

'Tok'

Suara ketukan di pintu memecah konsentrasinya.

"Masuklah," ujar Jimin tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Seorang wanita, salah satu pelayan klub, membuka pintu dan melangkah masuk dengan ragu. "Tuan Jimin... sepertinya Anda kedatangan tamu."

"Hhmm? Siapa? Di mana dia?"

Tanya Jimin yang masih fokus ke laptopnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanya Jimin yang masih fokus ke laptopnya.

Pelayan itu menelan ludah, terlihat gugup. "Saya tidak tahu siapa dia tuan. Tapi dia ada di apartemen pelayan di sebelah, terus berteriak mencari Shin Sekyung... Bukankah wanita itu sudah tidak bekerja di sini tuan?"

"Haruskah aku meminta penjaga keamanan untuk mengusirnya?" Tanya wanita itu terlihat cemas.

Ekspresi Jimin berubah, dari kebingungan menjadi seulas senyum yang samar. Ia tertawa kecil, tampak tidak terkejut mendengar nama yang disebutkan pelayan itu. "Biarkan saja. Tak lama lagi dia akan masuk ke ruangan ini," balasnya tenang.

Pelayan itu mengangguk dan bergegas meninggalkan ruangan, menutup pintu dengan hati-hati.

Namun, tak lama kemudian.

'Braakkkkk'

Suara pintu terbuka keras memenuhi ruangan, seolah-olah pelakunya tak peduli pada kesopanan atau ketenangan. Jimin bahkan tidak terkejut. Ia tahu siapa yang datang.

Yoongi berdiri di ambang pintu, napasnya tersengal-sengal dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran

Yoongi berdiri di ambang pintu, napasnya tersengal-sengal dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang