48. Take Me Now

178 19 35
                                    

Di tengah hingar-bingar pesta, lampu temaram memantulkan bayangan samar yang bergerak di sekitar ruangan. Namjoon, dengan pakaian rapi dan sikap percaya diri, berdansa dengan seorang wanita yang tampak tak lepas memandang pesona dinginnya.

Namun sesaat kemudian, matanya tertarik ke ujung ruangan, tempat Jungkook duduk seorang diri di sofa berwarna gelap, seperti mencoba menenangkan diri di tengah keramaian.

Manik Namjoon terfokus pada sosok asing yang berdiri di belakang Jungkook, seseorang yang sekilas tampak berbicara dengannya, namun wajahnya tersembunyi di balik bayang-bayang.

Tanpa pikir panjang, Namjoon meninggalkan pasangan dansanya dan mulai melangkah menuju sofa tempat Jungkook berada. Namun baru beberapa langkah, sebuah suara berat yang dingin memanggil namanya dari belakang.

"Namjoon-ah."

Suara itu seperti petir yang membuat Namjoon terhenti dengan cepat. Tubuhnya menegang, merasakan gelombang ketakutan yang tak dapat ia kendalikan. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang memanggilnya. Itu adalah suara yang selalu membawa beban, suara yang menghantui setiap ambisinya.

Dengan hati-hati, ia membalikkan tubuhnya dan menunduk dalam hormat, suaranya tertahan. "Ayah..."

Di hadapannya berdiri pria paruh baya dengan tatapan tajam yang menusuk, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam. Namjoon berusaha keras menahan ketegangan, menanti kata-kata yang akan diucapkan ayahnya.

 Namjoon berusaha keras menahan ketegangan, menanti kata-kata yang akan diucapkan ayahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di mana Seokjin?" tanya pria itu dengan nada tajam. "Sudah enam bulan aku tidak mendengar kabar darinya."

Namjoon tercekat. Ia tahu betul alasan mengapa Seokjin pergi. Hyung-nya tidak bisa lagi menahan beban hidup dalam keluarga mereka, yang penuh dengan ambisi gelap dan kekerasan. Namun, ia tidak mungkin mengungkapkan kebenaran itu kepada ayahnya.

"Entahlah, Ayah," jawab Namjoon dengan hati-hati. "Terakhir kali dia mengabariku, dia bilang sedang mencari pekerjaan."

"Untuk apa?" Tanya pria paruh baya itu.

"Hyung tidak memberitahuku, tapi... aku sering melihatnya belajar. Mungkin dia masih ingin menjadi dokter," Namjoon mencoba mengalihkan, berusaha menjaga ketenangannya.

"Biarkan saja ayah, lagipula misi kita tidak terganggu." tambah Namjoon.

Ayahnya mendengus, menatap Namjoon seolah memepertimbangkan kata-katanya. "Tentu saja ini akan menggangguku, aku ingin dia ada di sisiku saat aku berhasil mengambil alih kerajaan itu."

"Aku tidak peduli apa yang dia lakukan, kau yang harus mencari dan membawanya kembali Namjoon-ah." Tegas sang ayah.

Tanpa menunggu jawaban, pria itu berbalik meninggalkan Namjoon yang berdiri terpaku, dengan perasaan marah bercampur kecewa yang menghantam keras di dadanya.

Just Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang