10. Midnight Sun

739 91 78
                                    

Habano Apartement
Hongwon City, 02:00 PM

Sekyung terduduk lemah, punggungnya menempel di dinding. Seolah menyerahkan segalanya kepada Yoongi yang kini berdiri di depannya. Wajahnya menunjukkan kecemasan, namun di balik tatapannya yang gelisah, terselip perasaan yang lebih dalam.

Dia menginginkan ini. Tidak, lebih dari itu, dia mencintai pria ini.

"Apakah ini mimpi? Bagaimana mungkin pria setampan Yoongi menginginkanku? Aku seharusnya menolak, tapi bagaimana bisa? Aku juga... menginginkannya." Batin Sekyung berbisik lirih dalam pikirannya, kedua matanya terpejam membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi yang mengguncang saat bibir Yoongi menelusuri
lehernya, menyentuh setiap inchi kulitnya dengan kehangatan yang begitu memabukkan.

Tubuh Sekyung mulai bergetar, perlakuan Yoongi yang semakin liar membuatnya tak lagi mampu menahan diri.

Dengan gerakan yang nyaris tak terkendali, tangannya terulur, meraih wajah pria itu. Tanpa ragu, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang penuh gairah, membuat seluruh dunianya seakan bergetar.

Di sela ciuman mereka yang semakin panas, Yoongi menarik diri sejenak, tersenyum miring saat melihat Sekyung yang kini tampak begitu hanyut dalam hasrat. Matanya menyala penuh kebanggaan, seolah menikmati bagaimana wanita itu sepenuhnya menyerahkan dirinya pada permainan yang Yoongi kuasai
dengan begitu sempurna.

Setiap kali Sekyung menciuminya lagi, lebih dalam, lebih rakus, Yoongi hampir kehabisan napas, namun ia tetap membiarkan dirinya tenggelam dalam ledakan hasrat yang meluap-luap.

Akhirnya, dengan senyum tipis Yoongi perlahan-lahan melepas tautan bibir mereka. Sekyung, yang kini kehilangan napas, tak melepaskan Yoongi. Tangan
lembutnya melingkar di leher pria itu, matanya memohon.

"Tatapan itu. Ya, itulah yang aku tunggu." Yoongi tersenyum puas dalam batinnya.

Tanpa sepatah kata pun, Yoongi mengangkat tubuh Sekyung dengan mudah, membawanya ke ranjang yang terletak tak jauh dari tempat dia bersandar.

Dengan perlahan, Yoongi meletakkan tubuh Sekyung di atas ranjang, seolah ia adalah sesuatu yang begitu rapuh dan berharga.

Sekyung menatapnya dengan tatapan penuh harap, tapi juga terselip rasa gugup yang semakin membuat suasana di antara mereka semakin tegang.

"Kau berkeringat," ujar Sekyung dengan suara pelan, tangannya mulai bergerak menuju kancing kemeja Yoongi, membuka satu persatu dengan gerakan hati-hati.

"Kalau begitu, lepaskan saja semuanya," balas Yoongi dengan suara rendah yang terdengar serak matanya menatap dalam- dalam ke arah Sekyung, membuat jantungnya berdegup semakin cepat.

Sekyung terdiam sejenak, jari-jarinya terpaku pada kancing terakhir.

Kemeja Yoongi kini terbuka, memperlihatkan tubuhnya yang berotot, setiap lekukan otot tampak sempurna di bawah cahaya yg terselip di dalam kamar.

Sekyung menahan napas. Ini pertama kalinya dia melihat pria yang begitu diidolakannya dalam keadaan seperti ini. Matanya tak bisa berpaling dari tubuh Yoongi seolah terperangkap dalam daya tarik yang tak terelakkan. Dalam diam, pikirannya berkecamuk.

"Tubuhnya seindah ini? Dia benar-benar membuatku kehilangan kendali." Sekyung membatin, bibirnya terkatup, namun sorot matanya berbicara lebih dari sekedar kata-kata.

Yoongi menundukkan tubuhnya sedikit, mendekatkan wajahnya ke Sekyung.

"Sudah cukup?" bisiknya tiba-tiba, suaranya begitu lembut namun menusuk, membuat Sekyung tersentak dari lamunannya.

Just Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang