Di kesunyian malam, terdengar suara kegaduhan dari sebuah rumah di pinggir kota Hongwon.
Hingga suara-suara benturan keras memecah ketenangan, membuat udara seakan bergetar.
'braaakk'
'praangg'
Terdengar suara kaca pecah dan benda-benda dilemparkan ke berbagai arah, seakan menggambarkan kekacauan yang berlangsung di dalamnya.
Seorang wanita muda berlutut di lantai, wajahnya penuh luka, tubuhnya gemetar. Dia memohon dengan suara serak, air mata membanjiri pipinya.
"Tolong hentikan! Aku... aku berjanji akan meninggalkan kota ini, akan meninggalkan kekasihku. Tapi kumohon, jangan bunuh aku dan jangan sakiti adikku" isaknya, suaranya semakin bergetar dengan ketakutan yang mendalam. Tubuhnya tak lagi bisa menopang berat rasa sakit dan ketakutan yang merambat seperti api.
Di depannya, berdiri pria-pria bertubuh kekar, wajah mereka dingin tanpa belas kasih. Salah satu dari mereka mencengkeram rambut wanita itu dengan kasar, menariknya hingga kepalanya terdongak.
"Kau pikir kau siapa? Wanita rendahan, miskin, dan tak tahu diri sepertimu berani menjalin hubungan dengan anak Nyonya Gwe?! Memalukan! Kau tidak pantas hidup!" Teriaknya dengan nada penuh kebencian, cengkeramannya semakin keras, seakan ia ingin menghancurkan setiap harga diri yang tersisa dari wanita itu.
Sedangkan di sudut ruangan, seorang gadis berusia enam belas tahun meringkuk, tubuhnya menggigil, matanya tak bisa lepas dari adegan yang terjadi di depan matanya. Dia menangis, tapi suaranya tenggelam dalam hiruk pikuk kekerasan yang tak terelakkan.
Hanya jeritan sunyi yang keluar dari mulutnya, tak ada yang bisa dia lakukan selain menyaksikan kakaknya disiksa habis-habisan oleh para pria itu. Dia tahu, melawan hanya akan memperburuk keadaan. Keputusasaan menahan tubuhnya di tempat, seolah dunia runtuh di sekitar mereka.
Beberapa menit berlalu, serangan brutal itu tak kunjung berhenti hingga tubuh wanita itu sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit.
Kemudian, pintu depan terbuka dengan pelan, dan seorang wanita paruh baya dengan angkuhnya berjalan masuk.
Dia mendekati wanita yang terluka parah itu dengan langkah ringan, tanpa sedikitpun rasa terburu-buru. Seolah apa yang sedang terjadi hanyalah tontonan biasa.
Dengan satu anggukan dingin, dia memberi isyarat pada pria-pria kekar itu untuk berhenti.
"Wanita seperti kau..." ucapnya dengan nada merendahkan.
"Apa yang telah kau lakukan hingga membuat anakku merengek meminta restu untuk menikah denganmu?" Tatapannya tajam, senyumnya sinis. Tak ada sedikitpun belas kasihan di matanya.
Wanita yang terluka itu hanya bisa terdiam terengah-engah, berjuang untuk tetap bernapas di antara tulang-tulang yang mungkin sudah retak karena pukulan bertubi-tubi. Keringat dan darah bercampur di wajahnya, tetapi ia tetap diam, menahan rasa sakit yang terus menggerogoti tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Let Me Know
FanfictionShin Sekyung, seorang gadis yatim piatu yang terpaksa bekerja menjadi seorang wanita penghibur disebuah klub malam terbesar di kota karna berhutang budi pada sang pemilik klub. Namun hidupnya berubah saat dia bertemu Min Yoongi, salah seorang tamu V...