Chapter 2

20 4 0
                                    

Gadis dihadapanku menatap dengan cara yang manis ke arahku. Tanpa kusadari dia membuatku  merasa gelisah dan berdebar. Tiba-tiba aku merasa grogi berdiri didepannya.

"Hey, kau jangan menatapku seperti itu. kau membuatku merasa tak nyaman dan gugup," ucapku terbata-bata.

Mendengar ucapanku, dia mundur selangkah dan memberiku ruang untuk menenangkan kegugupanku. Meski begitu, dia masih menatapku tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Hey, kenapa kau diam saja?" tanyaku semakin merasa gelisah.

"Hmm.... Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sama sepertimu yang kehilangan tempat tinggal dan orang tua. Orang tuaku mengorbankan nyawa demi keselamatanku," ucapnya sembari berbalik dan berjalan menuju jendela. Dia bersandar dan menatap ke langit diluar yang tertutup awan kelabu.

"Sebenarnya aku tidak terlalu mengingat perjuangan dan pengorbanan orang tuaku. Yah, saat itu aku masih kecil dan tidak mengerti banyak hal. Kupikir aku hanya menangis ketika para Valkries datang untuk melawan para malaikat," lanjutnya.

Pandangan gadis itu menerawang seolah mengingat kejadian saat orang tua dan penduduk kota terbunuh didepan matanya secara langsung, seperti apa yang kualami. Hanya saja dia tidak meluapkan emosi dan perasaannya secara langsung.

Aku yakin ekspresiku yang tersembunyi oleh masker saat ini sangat tercengang saat mendengar ceritanya. Siapa yang menyangka ternyata gadis dihadapanku ini memiliki pengalaman yang sama denganku.

Gadis itu menoleh kepadaku, dia tersenyum memberikan semangat kepadaku agar bisa tetap tenang saat menghadapi situasi kacau dunia yang kiamat.

Sesuai keinginanku, dia benar-benar berusaha untuk membuatku tidak grogi lagi. Dia juga terlihat sangat ingin menarikku untuk keluar ke dunia nyata. Aku pikir tidak ada salahnya menuruti keinginannya. Mungkin itu lebih baik dibandingkan dengan hanya mengurung diri dan main game.

"Baiklah, aku akan membantumu," ucapku pada akhirnya.

Gadis itu terlihat senang saat mendengar keputusanku untuk membantunya. Dia bahkan dengan tak sabar menarik tanganku dengan cukup erat dan membawa ku ketempat dimana aku bisa membantunya.

Beberapa menit kemudian, kami akhirnya tiba ditempat yang seharusnya tidak kukenali. Saat ini wajahnya terlihat sangat serius seolah ada sesuatu yang darurat untuk dilakukan. Karena masa lalu kami yang mirip, aku entah bagaimana merasa lebih dekat dengannya.

Manusia seharusnya memang tidak terlalu terikat dengan masa lalu sehingga dia bisa menjalani kehidupan dan meraih masa depan yang lebih indah.

Setelah kami berjalan cukup lama, ternyata dia membawaku ke tempat dimana Valkries berlatih. Aku melirik sekitar, tangan indahnya yang menarikku juga tak luput dari pandanganku. Entah kenapa aku seolah terbawa suasana, terlebih karena bangunannya menjadi tempat yang cocok untuk berfoto.

Bangunan ini sangat ramai dengan hiruk-pikuk para Valkries yang sedang berlatih. Baik beladiri murni maupun menggunakan senjata seperti pedang dan lainnya.

PANGKALAN MILITER

Ketika mereka akhirnya berhenti berjalan, Mereka sudah berada didekat prajurit laki-laki membersihkan Robot Tempur seukuran gedung.

Saat aku merasa bingung apa yang harus dilakukan ditempat ini, gadis yang menggandengku menoleh dan mengatakan bahwa bantuan yang ingin dia butuhkan adalah untuk membersihkan Robot Tempur di sebelah kanan. Aku mengangguk sembari bergumam dalam hati, ternyata itu saja bantuan yang dia minta padaku. Hanya untuk membersihkan Robot Tempur yang kotor sehabis bertempur.

"Oh yah, kalau ada sesuatu yang kau butuhkan atau tidak kau mengerti, kau bisa memanggilku di sebelah sana ya," ucapnya sambil menunjuk jarinya ke arah sebuah ruangan yang jaraknya tidak terlalu jauh.

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang