Chapter 45

1 0 0
                                    

DUNIA NYATA - MARKAS RAHASIA BENTENG RAHASIA

5 Januari 2138

Setelah apa yang terjadi barusan, aku tidak bisa mengingat begitu jelas. Apalagi tiba-tiba di bawa ke fasilitas seperti biasanya. Wanita berambut merah tak pernah menampakkan dirinya lagi kepadaku. Setelah apa yang telah kualami membuat aku tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Orang yang merawatku hanyalah gadis berambut pirang seperti biasanya. Tetapi aku punya permintaan pada jenderal Jarvis agar bisa melakukan hal penting seperti ini. Kemungkinan hal itu berkaitan dengan sekolah dan umurku yang masih cukup muda untuk waktunya bersekolah. Permintaanku benar-benar di terima oleh sang jenderal dan merahasiakan ini agar tidak ada yang tahu. Terus terang gadis berambut pirang sepertinya tak senang dengan keputusan yang ku ambil walaupun ini adalah jalanku menerima diri sendiri dan demi menuju jenjang pendidikan sesungguhnya.

****************

umurku masih 12 tahun. Kemungkinan karena dari saat kecil belum pernah sekolah dari SD, SMP sang jenderal menyarankanku bersekolah ke akademi terkenal yang berada di bawah naungan pemerintah berkolaborasi dengan Akademi Gakuen.

Kupikir kehidupanku harus kumulai disini, udara saat ini sudah cukup memberi tahu betapa dunia yang harus kuterima demi bangsa ataupun dunia.

Langkahku mulai kuarahkan menuju bangunan sekolah yang megah dan elite. Konon ini sekolah tempat orang-orang pintar yang terpilih dan bisa masuk ke universitas ternama agar bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai passion/skill, sekaligus sekolah elite telah bekerja sama dengan pihak akademi gakuen agar mengizinkan kaum hawa setelah mereka lulus akan disekolahkan ke akademi gakuen untuk berlatih menjadi valkries. Dikarenakan wajib sesuai aturan Undang-undang yang di tetapkan oleh pemerintah dunia.

Tanpa sengaja aku menabrak seorang gadis yang ada di depanku. Tepat saat itu juga aku bergegas bangun dan langsung membantu gadis tersebut. Jelas yang kualami tidak ada bedanya saat hari pertama sekolah, tetapi perempuan yang sudah kutabrak mengeluarkan aura kecantikan menawan berambut pirang sambil merapikan buku yang dia bawa. Hanya saja sudah banyak orang tidak tahu kalau perempuan yang kutemui adalah anak penjabat dewan dari pemerintahan dunia.

"Maaf, aku gak sengaja menabrak mu barusan. seharusnya aku juga gak terlalu terburu-buru menuju ke ruang osis."

"kamu anak baru yah?" tanyanya saat melihat wajahku secara seksama dengan serius, dan menatap ku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh diriku sendiri.

"Iya nih, aku baru masuk sekolah ini." jawabku dengan gembira sambil tangan kiriku menyentuh kepala ku sendiri.

"Ternyata kau yah!! anak baru yang di bicarakan oleh sang jenderal" ekspresi gembiranya sangat jelas terlihat saat matanya tertuju kepadaku dan dia tiba-tiba menarikku kedalam.

Gadis itu menarikku sambil menenteng buku yang dia bawa. Tangannya begitu lembut. Lalu wajahnya juga cukup lucu. Serta rambutnya berwarna pirang. Tak kusangka ada hal yang tidak bisa digapai olehku, tetapi aku tidak menyadari sama sekali mengenai keberadaan audrey yang berjalan ke sekolah ini bersama teman perempuan nya. Karena terlalu asik merasakan kelembutan saat ditarik oleh gadis berambut pirang untuk membawaku ke tempat ruang kepala sekolah.

RUANG KEPALA SEKOLAH

Gadis rambut pirang mulai menarikku untuk menghadap ke kepala sekolah yang ingin di ajak bicara oleh jenderal jarvis. Sontak kepala sekolah dengan tatapan dinginnya menatapku dan menghampiri seperti mengendus bau yang enak di tubuhku.

"Kau menarik juga. Sepertinya sesuai dengan yang dibicarakan oleh jenderal barusan, kau benar-benar sesuai kriteria untuk masuk ke sekolah elite ini."

"Apa maksud bapak?"

Kepala sekolah terdiam dan berjalan menuju mejanya, lalu duduk kembali dan menatap gadis berambut pirang.

"Kalau begitu, Asuka, bawa dia ke kelas yang harus di tujunya untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya."

Gadis bernama Asuka menarikku kembali dan membawaku ke kelas yang harus ku tahu, agar diriku menjadi siswa di sekolah elite ini.”

KELAS 10-B

Kami berdua sampai di depan kelas. Lalu tanpa banyak basa-basi Asuka membuka pintu kelas dan memberitahukan guru yang sedang mengajar mengenai kedatangan siswa baru.

Guru tersebut melihatku dan mempersilahkan padaku untuk masuk ke kelas. Suasana kelas saat ini cukup ramai, tanpa sengaja aku melihat gadis bernama Indria yang berada di bangku kiri dan melihat jendela.

Wajahku bisa merasakan hal buruk yang terjadi padaku, jarang sekali melihat gadis itu bisa datang ke sekolah ini. kupikir dia hanya valkries utusan dr Mei, tapi ternyata siswi biasa disini agar terbiasa dengan orang-orang yang ada di kelas ini.

Guru itu mulai memperkenalku dan mempersilahkanku untuk menyembutkan nama di depan kelas. Gadis itu menengokku tanpa ekspresi apapun.

"Namaku Akio Graham. Panggil aja Akio. Aku adalah anak baru di sekolah ini salam kenal semuanya dan mohon bantuannya untuk kedepannya."

Aku memberikan senyuman lebar paling tulus padanya. Begitu aku tersenyum, banyak orang yang menatapku cukup tajam.  Mereka semua mengobrol satu sama lain mengenaiku seakan mereka menjelekkan keadaanku. ini seperti bukan dunia yang kuinginkan, dan ini seperti neraka tiada akhir. Sangat berbeda dengan dunia yang kutemui sebelumnya walau perasaanku hampa, tapi kali ini lebih hampa lagi. Aku benar-benar tidak menyadari bahwa yang kulakukan harus berhadapan dengan hal yang harus kuhadapi di masa depan.

Senyum diwajahku sirna dan guru di depanku menyiratkan agar mencari bangku kosong saat itu juga ada bangku di sebelah kanan belakang dekat jendela Dan pintu.

Satu langkah saja, sebuah  kaki terjulur tepat di depanku hingga membuat aku terjatuh tersungkur ke lantai.  Perasaanku ini mungkin dialami oleh banyak orang dan guru yang melihatku membantuku untuk bangun.

Saat baru berniat berdiri, aku kemudian duduk di bangku yang harus ku tempati sementara ini, pelajaran sekarang adalah matematika. Waktunya belajar cukup serius kali ini.

ISTIRAHAT

Saat jam istirahat datang, datanglah segerombolan anak-anak nakal kepadaku untuk menyuruh mengambilkan makanan di kantin. tapi, karena sifat ku selalu menolak saat di suruh, maka kucoba untuk menolaknya. Tanpa terduga, bajuku di tarik karena mereka terlalu marah padaku yang menolak. Lalu sebuah pukulan mendarat di pipiku. semua orang yang melihat hanya melihat saja tanpa ada yang membantu selain Indria. Gadis itu beranjak dari bangkunya karena ia terganggu saat makan dan ke tidak tenangnya makan membuatnya menghampiri anak-anak nakal tersebut.

"Hei... kalau kalian ingin terus ribut, lebih baik jangan disini." ucap Indria dengan ekspresi dingin.

"hah? apa kau bilang? kau tidak senang?!"

"Haruskah yang satu ini kita pukul walau perempuan?"

Sebuah tendangan mendarat persis pada ketua mereka. Ketua mereka seketika tidak sadarkan diri meski disuruh untuk bangun.

"bagaimana? mau lagi"

"...."

Anak - anak nakal tersebut lalu membawa ketua mereka pergi dari kelas ini dan berpikir untuk membalaskan dendam mereka suatu saat nanti. Sementara Indria sendiri yang tidak peduli kembali ke bangkunya untuk melanjutkan memakan makanan yang tadi dia makan.

Aku tidak bisa merasa seperti ini. ini adalah hal sial bagiku. Setidaknya pukulannya hampir terasa waktu berduel dengan preman di benteng pertahanan, hanya saja semuanya seperti tidak menatapku. Mungkinkah mereka tidak peduli padaku? Aku benar-benar bisa merasakan jenis perasaan seperti ini. Perasaan ini terasa lebih sakit dibanding tubuhku yang di kendalikan oleh sesuatu.

.....BERSAMBUNG.....

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang