“Akio!” panggil Louise yang segera berlari mendekati alter ego Akio yang sudah menang melawan gadis kecil itu.
Alter ego Akio menoleh dengan wajah berlumuran darah. Matanya berkilat-kilat penuh ketidaksukaan saat menatap Louise. Ekspresinya begitu dingin bak patung.
Dia tidak mengerti kenapa Akio selalu suka berdekatan dengan wanita-wanita yang merepotkan seperti ini. Agar hidup Akio tidak memiliki harapan, bukankah lebih baik dia membunuh wanita ini? Dia ingin Akio semakin menderita dan merasa jika dunia ini begitu rusak dan kejam.
Berpikir seperti itu, tatapan alter ego Akio menjadi dingin. Seolah benar-benar tidak ada satu hal pun didunia ini yang bisa membuatnya berpikir bahwa hal itu berharga.
Tanpa sadar langkah Louise melambat ketika melihat wajah dingin alter ego Akio. Entah kenapa instingnya mengatakan jika pria ini bukan Akio. Pria didepannya ini terlalu bahaya untuk didekati. Tatapan Akio ini terlalu jelas dan terang-terangan seperti tidak menatap dunia. Dia hanya ingin menghancurkan sesuatu.
Tapi akal sehatnya mengatakan bahwa jika orang didepannya bukan Akio, siapa lagi? Akio tidak memiliki saudara kembar. Dia sangat mengenali sosok Akio yang belum lama ini dia peluk dan tangisi. Bagaimana mungkin dia tidak mengenali sosok Akio?
Tapi, meski sosok ini adalah Akio, intingnya mengatakan bahwa ada yang berbeda dengan Akio ini.
Selain tidak mempercayai instingnya, rasa cemasnya akan keselamatan Akio membuat Louise mengabaikan instingnya. Dia benar-benar melupakan jika insting seorang valkries rank S biasanya cukup akurat. Dan kebanyakan valkries rank S mengandalkan insting ini sebagai penilaian terhadap sesuatu yang berbahaya.
“Akio, aku senang kau baik-baik saja. Kau tahu aku ketakutan ketika melihatmu menghilang,” ucap Louise dengan nada lembut.
Dia agak ragu apakah Akio mendengar pengakuan yang dia ucapkan disaat-saat terakhir sebelum pria itu menghilang atau tidak.
Louise ingin menanyai bagaimana jawaban Akio. Tapi, bagaimana jika Akio ternyata tidak mendengar pernyataannya tadi?
Dengan wajah memerah dalam kebingungan, Louise merasa tidak pantas membahas hal seperti itu disini. Tapi, bukankah musuh mereka semua sudah pergi? bukankah sekarang sudah aman? Jadi seharusnya tidak masalah membahasnya sekarang?
Louise hanya khawatir jika mereka akan sulit bertemu ketika kembali ke markas. Bagaimanapun sebagai salah satu pemimpin dari para valkries, dia memiliki banyak pekerjaan.
“Akio, tentang pengakuanku sebelumnya, apakah kau....” ucapan Louise terhenti ketika bagian samping perutnya terasa sangat nyeri.
Saat dia menunduk, dia melihat pedang Akio menusuk perutnya. Dengan mata melebar tak percaya, Louise mendongak menatap wajah dengan noda darah milik Akio.
Meski memiliki noda darah, wajah Akio masih tampan dan menawan. Hanya saja terlalu beku dan dingin. Benar-benar tanpa ekspresi. Ini memberi Louise ilusi bahwa Akio yang sekarang bukanlah akio yang sebelumya.
Sementara itu, dikejauhan, para valkries terbelalak melihat Akio menusuk Louise. Segera saja para valkries itu sangat marah. mereka mengambil senjata yang tersisa dari masing-masing yang berserakan tergeletak di tanah dan melesat menyerang ke arah alter ego Akio.
“Kenapa?” tanya Louise terbata dengan darah yang mengalir dimulutnya.
Alter ego Akio menyeringai, “kau terlalu berisik!”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Alter ego Akio segera menarik pedangnya dari perut Louise. Membuat perut gadis itu menyemburkan darah.
Alter ego Akio bahkan mengangkat tangannya bersiap melakukan tebasan terakhir yang akan memutuskan leher Louise. Namun saat itu, sebuah teriakan keras dari belakang menghentikan gerakan alter ego akio.
“bajingan! Kenapa kau memperlakukan ketua seperti itu?!” raung salah satu valkries yang paling depan sembari menyerang alter ego Akio.
Dengan santai alter ego Akio mengelak sehingga lolos dari serangan valkries itu. dua gadis lagi datang dan menyerang alter ego Akio secara bersamaan.
“Bahkan jika kau membunuhnya, itu juga bukan masalah kan?” ejek alter ego Akio sambil menebaskan energi pedangnya menyerang ketiga gadis valkries yang menyerangnya.
Bahkan alter ego Akio juga memperkuat energi pedangnya agar sekaligus menyapu para valkries yang berada di belakang.
Bunyi dentang yang terus menerus terdengar ketikan para gadis valkries berusaha menangkis energi pedang yang berasal dari serangan alter ego Akio. Namun karena besarnya energi Akio, tubuh para gadis itu terbang hingga beberapa meter ke belakang. Hanya sebagian valkries rank S yang tidak terbang akibat bentrokan dengan energi pedang alter ego Akio.
“Kekuatan ini terlalu besar. Kita tidak akan mampu mengalahkannya dengan cepat.”
“kita harus bekerja sama.”
“penyerang utama adalah valkries rank A dan sisanya menyerang dari jarak jauh. ini akan mengurangi jatuhnya korban,”
“Aku akan membawa ketua Louise pergi terlebih dahulu agar tidak terdampak.”
Semua valkries berdiskusi dengan cepat dan bertindak secara efisien.
Diantara para valkries itu, ada valkries berambut merah yang menatap alter ego Akio penuh amarah. Dia sudah mengatakan pada orang ini untuk tidak turun ke medan perang. Dia pikir orang ini akan membuat para valkries celaka karena kelemahannya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, orang ini membuat para valkries celaka karena kekuatannya.
Lalu, sementara yang lain menyerang alter ego Akio, dua orang valkries membawa Louise pergi saat ada kesempatan agar lukanya mendapatkan penanganan yang paling sesuai. Saat orang-orang yang membawa Louise memasuki hyperspace, mereka sudah di tunggu dan disambut oleh tim dokter.
Pemeriksaan awal dilakukan. Kemudian dokter itu menghela nafas, “untungnya luka ini tidak akan membunuhnya. Jadi kalian tidak perlu khawatir.”
“Terima kasih dokter,” setelah mengatakan itu, gadis valkries yang membawa Louise segera keluar dari kapal untuk membantu teman-temannya yang menghadapi alter ego Akio.
*****
Pertarungan itu sangat berdarah. Karena terlalu melihat banyak darah, alter ego Akio mulai lepas kendali. Dia melesat pergi menuju benteng pertahanan dan kemudian mengerahkan energi ledaknya hingga sebesar bola voli, kemudian dia melemparkannya ke arah barier yang melindungi benteng pertahanan umat manusia.
Akio menembakkan energinya berkali-kali sehingga menimbulkan ledakan yang memekakkan telinga. Ledakan itu seperti letusan gunung berapi yang beruntun puluhan kali sekaligus sehingga membuat orang-orang dalam pengungsian yang berada dalam benteng pertahanan menjadi panik.
Para valkries yang bertugas menjaga benteng pertahanan segera berlari keluar dari pos masing-masing dan menatap ke langit dimana cahaya akibat ledakan itu berpendar. Riak besar dari barier membuat para valkries cemas. Apakah barier mereka akan rusak karena terus di bombardir oleh seseorang?”
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya salah satu valkries dengan panik.
“yang pasti kita perlu mempertahankan barier ini agar tetap utuh. Jika barier ini hancur maka semua kehidupan yang ada didalam benteng ini akan mati.” Ucap valkries yang lain.
“Dimengerti.” Sahut valkries lainnya dan segera berlari ke ruang kontrol untuk memastikan raung kontrol tidak akan mengalami kegagalan system atau human error dan sejenisnya.
.....BERSAMBUNG.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Judgement I : Zero
ActionNovel ini mempunyai kontrak eksklusif dengan Noveltoon. Link : https://noveltoon.mobi/id/share/3938200 Credits Penulis : 1. Syarif22 2. Varjomies 3. Rayi