Chapter 46

0 0 0
                                    

JAM ISTIRAHAT

Suasana sekolah saat istirahat cukup menyenangkan. Kemudian ada seseorang gadis menghampiri dan  mendekatiku untuk memberiku sesuatu.

"Ini buatmu," ucap gadis itu sembari memberikan hadiah bunga berserta surat kepadaku.

"Apa ini?" tanyaku dengan ekspresi heran kepadanya.

Alih-alih menjawab, gadis itu justru pergi begitu saja menuju bangku miliknya meninggalkan surat berserta bunga yang seperti tidak ada gunanya ini. Tapi sepertinya harus kubuka sekarang, karena aku penasaran sekali dengan isinya.

Saat surat tersebut kubuka perlahan dan kubaca surat dari gadis tadi, ternyata surat tersebut hanyalah berisikan ungkapan perasaannya pada diriku.

Saat pertama kali aku melihatmu, tak ada yang berbeda dari rasa ini. Tak ada yang berbeda dari apa pun semua tentang kita, layaknya seorang teman yang senantiasa bersama. Namun, seiring berjalannya waktu. Rasa ini mulai tumbuh berbeda dari biasanya. Rasa di mana aku ingin selalu di sampingmu, tertawa, bercanda, menangis ... aku ingin kau selalu ada di sisiku. Bahagia hati ini ketika aku bisa melihat senyummu, ketika kita bersama. Namun, hati ini merasa sendiri ketika kau tak di sisiku... aku begitu ingin berada disisimu. Terserah apa yang ada di benakmu saat ini tentangku. Namun, aku berharap balasan surat darimu yang akan menyejukkan hatiku.

Tertulis Emilia

Ternyata gadis tadi bernama Emilia. Mengapa dia menulis surat kepadaku secara tiba-tiba? Mungkinkah ada hal yang tidak kuketahui sebelum datang ke sini. Waktunya harus ku tepati, ini agar dia bisa senang dan maksudnya dia menulis ini tentang cinta, apa itu cinta?  apa itu perasaan? Apakah ini seperti yang pernah kurasakan bersama Adhira dan audrey? mengapa perasaan seperti ini selalu muncul di sekolah? ada apa ini? maksudnya apa ini?

Perasaanku mengenai cinta masih terasa membingungkan. Kemudian ada lagi seseorang laki-laki datang menghampiriku disaat berbagai pertanyaan menyerang pikiranku dalam sekejap.

"hei.. kenapa kamu kelihatan bingung brother?" Tanya orang itu sambil menempuk bahuku begitu keras.

"brother?" tanyaku dengan bingungnya mendengar cara bicara yang orang ini maksud.

"Iya, brother, masa gak tahu artinya, itu artinya saudara untuk bahasa gaul anak muda seperti kita yang kece abis,”

"iya, maaf aku juga baru tahu itu."

Wajah laki-laki itu berubah menjadi lesu tapi menatapku begitu tajam, tanpa sadar dia menatapku cukup tajam sekali sampai tidak bisa melihat wajahnya sama sekali.

"Ada apa, kok kamu melihatku sampai kayak begitu?" Aku merasa kebingungan dan ingin menghindari wajahnya saking canggungnya.

"Cara bicara mu bisa di perbaiki gak? seperti anak gaul pada umumnya apalagi logatmu itu pakai "aku" Kamu" sumpah bikin jijik."

Ekspresiku tak bisa berkata-kata saat aku hanya mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum saja.

"Iya-iya, saya bakalan pakai bahasa gaul kok."

"btw, ini kau lagi ngapain kok kelihatan bengong aja?" ucap pria berambut putih di sampingku yang menanyai keadaanku saat ini.

The Blood Judgement I : ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang