“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?! setelah mengalami tragedi buruk di masa lalu, seharusnya kita membangun dunia yang lebih indah, lebih hidup dan lebih berwarna. Jika kau menghancurkannya, yang tersisa untuk kita hanyalah lahan tandus. Tanpa teman dan tanpa kebahagiaan!” tandas Akio.
Alter ego Akio mendengus penuh ejekan saat mendengar ucapan Akio.
“Omong kosong. Untuk apa kita menyelamatkan dan mempertahankan dunia yang sudah membuat kita menderita?! Menghancurkannya adalah satu-satunya yang perlu kita lakukan.” Desis alter ego itu acuh tak acuh.
Namun selain ketidakpedulian, ada kebencian pekat yang memancar di matanya.
Kebencian itu mengejutkan Akio. Dia tidak pernah bisa mengerti kenapa alter ego sangat membenci dunia ini. Kenapa alter ego harus menghancurkan dunia ini, sementara yang tidak dia miliki adalah teman dan kebahagiaan.
Jika dunia ini hancur, bukankah dia akan ikut hancur juga? Jika umat manusia musnah, bukankah dia akan ikut musnah juga karena kesepian?
“kau salah mengerti isi pikiranmu. Sejujurnya, kau benci karena tidak diperhatikan siapapun, sama sepertiku. Kau benci karena tidak ada yang peduli padamu, sama sepertiku. Yang kita butuhkan adalah dunia yang damai, teman yang banyak dan kehidupan yang layak. Kita harus mempertahankan keberlangsungan umat manusia di muka bumi ini!” tandas Akio.
Baginya itu adalah hidup. Dia membutuhkan teman, membutuhkan orang yang dia cintai, membutuhkan keluarga, membutuhkan umat manusia dan membutuhkan dunia ini.
“jika kau berpikir seperti itu, tidak masalah. Tapi kau tidak perlu memaksaku untuk berpikir sepertimu. Karena bagiku, kehidupan didunia ini sama busuknya dengan sampah. para ilmuwan itu bersikap seenaknya dengan meneliti apapun dan siapapun yang dia mau. Mereka menciptakan senjata manusia tanpa memperhatikan perasaan subjek eksperimennya. Mereka korup. Suka membunuh. Suka berbuat keonaran dan berbagai tindak kriminal. Kau harus melihat kenyataan.” Cibir alter ego Akio.
“jadi kau masih akan menghancurkan dunia ini?!” tanya Akio tak percaya.
“Apakah menurutmu dunia ini kurang buruk? Lihat kau, sejak kecil melihat bencana erupsi. Orang tua mu tewas mengenaskan saat erupsi 2 malaikat apalagi tidak ada satupun mau menolongmu, berapa banyak kesulitan yang kau alami? Berapa kali kau hampir mati? Tapi begitu sampai di benteng pertahanan, apakah kau mendapatkan teman? Apakah kau mendapatkan perhatian dan kebahagiaan oleh orang-orang seperti yang kau inginkan??” tanya alter ego itu dengan sengaja.
Akio terdiam. Dia tahu persis seperti apa penderitaan yang dialaminya selama pasca Erupsi dashyat. Dia tahu persis berapa banyak cemooh dan caci maki orang-orang sekitarnya yang dia dapatkan ketika dia berada di benteng perlindungan umat manusia.
“kau ingat? Yang kau dapatkan hanya caci maki, direndahkan dan dijadikan objek percobaan. Kau dianggap sampah oleh dunia ini, benar?” hasut alter ego Akio.
Akio terdiam. Apa yang di katakan oleh Alter egonya memang benar. Ketika mengungsi ke benteng pertahanan umat manusia, dia tidak mendapatkan teman seperti yang diinginkannya bagaimanapun dia berusaha. Dia tidak bahagia.
“Dunia yang penuh tindak kriminal dan korupsi seperti ini, bukankah seharusnya dihancurkan? Jika dunia ini hancur, mungkin saja akan ada dunia lain atau dunia baru yang lebih damai lahir. Lihat, korosi terjadi dimana-mana, apanya yang perlu di pertahankan dari dunia ini?!” ucap alter ego dengan nada meyakinkan.
Bahkan jika alter ego itu tahu bahwa kenyataannya bukan orang tua kandung Akio tewas melainkan banyak orang tewas pasca Erupsi dahsyat, dia tidak akan mengatakannya. Dia ingin Akio juga membenci dunia yang rusak dan penuh kekejaman ini sehingga Akio akan selalu membiarkannya untuk mengontrol tubuhnya dan menghancurkan dunia dengan leluasa.
“Tidak, seharusnya tidak seperti yang kau katakan.” Gumam Akio menggelengkan kepalanya bingung.
“kenapa tidak? Orang tuamu tewas didepanmu, orang-orang di sekitarmu mulai memanfaatkanmu, tidak ada yang mau berteman denganmu, jadi bukankah dunia rusak semacam ini tidak sebanding dengan kasih sayangmu? Bukannya kau tidak tahu jika orang yang terlalu lemah sepertimu hanya akan berakhir diinjak dan di caci. Ya, mungkin semua kesialanmu sebenarnya karena kau terlalu lemah!” kekeh Alter ego Akio. bicaranya lambat dan terdengar membujuk, namun ada nada ejekan di dalamnya.
“tidak, aku yakin dunia ini seharusnya masih memiliki sisi indah..... aku....” akio merasa bingung. Dia ingat Adhira, Audrey dan mengatakan sesuatu tentang nasib yang mirip.
Mirip dalam hal apa? Penderitaan? Apakah hidup didunia ini hanya ada penderitaan seperti yang di katakan oleh alter egonya?
“Apakah kau yakin? Sejak kau kesini hingga sekarang yang mana yang kau alami bukan kesulitan? Terkena diskriminasi dimana-mana? Menghadapi monster buas? Menjadi objek penelitian? Hm?” ucap alter ego Akio dengan suara lambat namun tidak bisa lepas dari indera pendengaran Akio.
“tidak...” gumam Akio mulai bingung.
“kau yakin? Yang aku ingat hanya penderitaan, dunia semacam ini terlalu kejam untuk tetap ada kan?” bisik alter ego Akio penuh nada menghasut.
“tidak! Tidak! Tidak!” Akio pada akhirnya hanya mengatakan kata itu berulang dan terus menerus.
Sementara alter ego itu tertawa puas melihat kondisi pikiran Akio yang tidak stabil. Kemudian dengan cepat alter ego itu mengambil alih kendali tubuh Akio dan keluar dari alam bawah sadarnya.
DUNIA NYATA
Alter ego mulai keluar dari ruang dimensi di ruang imaginer membuat Akio menyerap energi Korosi disekitarnya dengan gila-gilaan untuk mendapatkan kekuatan baru dan ruang dimensi imajiner masih belum cukup memulihkan kondisi tubuhnya. Setelah itu, dia menggunakan kekuatan psikisnya untuk merebut senjata para Valkries yang ada dan mengendalikannya.
“Apa ini?! Itu senjataku!”
“Senjataku juga seperti terhisap kuat oleh sesuatu!”
“Apakah semua senjata ini di kendalikan oleh Akio?!”
Mengabaikan keributan yang terjadi, alter ego Akio yang memiliki mata tajam berwarna emas membuat senjata-senjata itu melayang diudara dan mulai dialiri oleh energi ledak juga korosif.
Kekuatan dari pedang valkries Rank S mulai beresonansi satu sama lain tanpa perlu menghancurkan senjatanya.
Jika Akio akan peduli dan menyuruh para valkries pergi menjauh, alter ego Akio tidak peduli. Bahkan jika ada valkries yang mati karena senjata nyasar, dia tidak akan memusingkannya.
Fokusnya adalah menyerang gadis kecil yang sepertinya terluka parah akibat kekuatan mereka yang bentrok sebelumnya.
Serangan Alter ego Akio kali ini benar-benar kuat. Ratusan senjata dengan energi ledak dan korosif mulai beresonansi satu sama lain menjadi satu, membuat kekuatan ini satu persatu Tak terelakkan pada gadis kecil itu. barier yang dipasang oleh gadis kecil itu hanya bertahan beberapa saat sebelum hancur berkeping-keping dibawah hujan senjata dan ledakan.
Pemandangan dan keributan itu seperti festival tahun baru. Sayangnya, alih-alih menyenangkan, pemandangan yang terlihat justru terlihat sangat menegangkan.
Saat hujan senjata ledak berhenti, gadis kecil itu sudah dalam kondisi sekarat dengan tubuh penuh darah. Ada luka menganga lebar seperti dagingnya digigit oleh binatang buas hampir diseluruh tubuhnya.
Untuk memastikan gadis kecil itu mati, alter ego Akio berteleportasi dalam sekejap sudah berada di belakang gadis kecil itu.
Lalu tanpa ampun, alter ego Akio mengerahkan energi pedangnya dan mencabik-cabik tubuh gadis kecil itu menjadi beberapa bagian.
.....BERSAMBUNG.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Judgement I : Zero
ActionNovel ini mempunyai kontrak eksklusif dengan Noveltoon. Link : https://noveltoon.mobi/id/share/3938200 Credits Penulis : 1. Syarif22 2. Varjomies 3. Rayi