Menghindari serangan dari pria itu terlalu mustahil bagiku. Karena pria itu benar-benar kuat. Serangannya sulit di halau dan sulit ditebak. Aku pasti akan kesulitan mengalahkannya.
Pria berambut putih itu mulai memasang kuda-kuda untuk memberikan serangan kuat dari jurusnya. Kemudian sebuah pedang tertancap ke tubuh Reina, pedang itu tertancap di bagian lengan kanannya.
"huff.... huff.... huff...." nafas Reina tersengal-sengal karena kelelahan disaat melawan pria berambut putih. Setelah beberapa saat, serangan kekuatan asli valkries nya mulai di kerahkan olehnya.
"Ahh... aku tidak peduli pada diri ku sendiri. Ini semua demi para manusia." ucap Reina sembari mengeluarkan kekuatan asli valkriesnya di tangan kanannya. Kemudian kekuatan itu melelehkan area sekitar.
Wajah pria itu tidak berekspresi sama sekali, seakan-akan membeku. Sampai sesaat kemudian dia memberikan serangan kejut dari arah yang lain. Pertahanannya sama sekali tidak bisa di remehkan. Hal itu membuat Reina tidak bisa mempertahankan kekuatan nya. Kekuatan yang seharusnya tidak ia gunakan untuk melawan musuh karenakan kekuatan itu akan membuat tubuhnya terkorosi.
Malam natal ini cukup indah, namun tidak satupun dari keindahan itu yang dihargai oleh dua manusia yang sedang melakukan pertarungan sengit. Aku ingin mundur, hanya saja di halangi oleh musuh. Musuh mulai menyadari kelemahanku saat aku menggunakan jurusku. Dalam sekejap mata pria itu dengan kecepatan kilat bergerak kebelakangku lalu menusukku begitu dalam.
Tusukannya sangat menyakitkan. Pedangnya tertancap ditubuhku dan kemudian pria itu melihatku sembari berbisik.
"Cukup sampai disini, kau sudah kalah." ucap pria itu saat menarik lepas pedangnya dari tubuhku.
"Hah...Hah.... hah..." erangan kesakitan terdengar seolah aku sedang sekarat. Sempat aku berpikir untuk berlari dan meminta pertolongan. Tapi dia merasa jantungnya bergetar melihat tatapan dingin pria itu.
Pria itu hanya berdiri tanpa ada rasa belas kasihan. Transformasinya perlahan kembali ke bentuk semula. Kemudian dia berjalan pergi tanpa menoleh ke belakang menuju kegelapan yang tak ada ujungnya. Dia tidak ingin berkata apapun selain hanya untuk memastikan misinya.
Reina berjalan dengan tertatih-tatih karena luka kritis tusukan pedang dari musuh. Hal itu membuatnya terkapar di tanah karena kehabisan darah. Hidupnya sepertinya hampir berakhir. Keinginan yang tersisa baginya adalah menyatakan perasaannya didepan akio graham. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Situasinya tidak bisa diubah sejak dia mengambil keputusan. Mata Reina perlahan tertutup, dia menghembuskan nafas terakhir dan mati.
LABORATORIUM PEMERINTAH DUNIA
Para peneliti sedang mengamati melakukan percobaan terhadap proyek mereka. Beberapa ilmuwan yang berkumpul mulai berdiskusi satu sama lain tentang beberapa hal.
Ada seorang perawat yang menjaga ketika Akio graham sedang tertidur pulas.
Pertemuan kali ini mengumpulkan seluruh ilmuwan untuk berdiskusi satu sama lain mengenai subjek eksperiment. Beberapa saat kemudian suasana mulai menjadi lebih tegang.
"Pertemuan kali ini, kita harus tahu solusi yang mudah agar subjek bisa menjadi senjata pemusnah tapi juga bisa di kendalikan oleh umat manusia untuk menahan serangan monster."
"Gunakan saja Delta."
"Cara itu terlalu beresiko. Subjek pasti menjadi sulit untuk di kendalikan."
"Kalau begitu dibiarkan saja."
"Kebingungan ini mulai terasa seperti membuang-buang waktu, apa gunanya kita berdebat dalam keadaan dunia tidak bisa di prediksi sekarang."
"Betul."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood Judgement I : Zero
ActionNovel ini mempunyai kontrak eksklusif dengan Noveltoon. Link : https://noveltoon.mobi/id/share/3938200 Credits Penulis : 1. Syarif22 2. Varjomies 3. Rayi